"Ma! Sisi! Makan yuk!" seru Dandelion dari bawah tangga.
"Wah! Kenapa kamu repot-repot masak, Sayang? Mama sudah bilang, biar Mama saja," ucap Lesiana sambil menarik kursi.
"Kak! Sisi tidak makan malam di rumah. Sudah ada janji sama Irgi," pamit Sisi sambil berpamitan.
"Huh! Yang punya pacar, sampai tidak suka lagi masakan Kakak," goda Dandelion.
"Bukan begitu, Kak, tapi~"
"Sudah sana! Kakak juga tahu," potong Dandelion.
Sisi tersenyum malu saat kakaknya menggoda. Ya, ia sudah tidak canggung lagi memanggil Dandelion sebagai kakak. Sesuai peraturan yang seharusnya sejak dulu diterapkan olehnya. Namun, baru kali ini ia memanggil seperti itu.
Sejak kecil, Sisi tidak mau memanggil wanita itu sebagai kakak. Ia bahkan selalu menindasnya. Menjebak kakaknya berkali-kali, hingga membuat seluruh harta warisan milik kakaknya itu habis dipakai berfoya-foya bersama ibunya.
"Aryk belum pulang?"