Chereads / VAMPIRE CEO / Chapter 4 - Badai Telah Berlalu

Chapter 4 - Badai Telah Berlalu

Zevanya masih ragu apa yang hendak ia lakukanya, masih dengan kebingungannya tiba tiba Arthu memberikannya sebuah peper bag di hadapannya.

Sambil mendongakkan kepalanya Zevanya bertanya "Apa ini Tuan?".

"Bukalah sendiri kamu juga akan tahu?" jawab Arthur dengan santai dan meninggalkan ruang tersebut.

Zevanya melihat isi di dalam peper bag tersebut ada dua pasang baju yaitu satu setelan untuk kerja dan sebuah gaun tidur dan dua pasang underwear.

Zevanya menuju kamar mandi untuk mandi dan membersihkan diri serta mengganti pakaiannya.

Dalam waktu tiga puluh menit kemudian Zevanya keluar sudah menggunakan gaun tidur yang di berikan padanya oleh Arthur.

Namun karena gaun itu terbuat dari sutra lembut yang tipis dan dapat memperlihatkan lekuk tubuhnya yang sexy bagi siapa pun yang melihatnya.

Zevanya memperlihatkan dirinya di pantulan cermin dia tercengang dan menutup bagian yang tampak menonjol di tubuhnya dengan malu malu.

'Kenapa gaun ini sangat transparan begini aku kan jadi tidak nyaman memakainya jikalau begini?! tapi bagaimana lagi karena tak ada lagi yang lain terpaksa deh harus tetap kugunakan' Zevanya berkata dalam hati.

"Untung Tuan Arthur tidak ada disini bisa malu aku jika begini" zevanya bernafas lega.

Namun saat dia mulai melangkah mendekati ranjang pintu terbuka dan sosok tampan itu masuk dan mendekatinya.

Zevanya terkejut dan menoleh kearah suara langkah kaki yang memasuki ruangan tersebut dan matanya melebar melihat Tuannya masuk dan mendekatinya dia pun diam terpaku.

Deg...deg...deg...deg...

Deg...deg...deg...deg...

Detak jantung Zevanya berdetak kencang seakan hendak keluar dari tempatnya.

Mendengar tabuhan yang indah menurut Arthur dia melengkungkan senyumnya dengan ekspresi yang dibuat datar.

Sebenarnya dia ingin sekali tertawa keras karen mendengar suara detak jantung Zevanya namun dia menahannya.

Arthur mendekati Zevanya dengan tatapan intimidasi ya membuat Zevanya meras ditelanjangi walaupun sudah memakai gaun panjang.

Namun mau dikata apa gaunnya saja bisa mengundang seseorang untuk berbuat kejahatan asusila.

Arthur tampak suka dengan gaun tidur yang di pilihnya untuk Zevanya.

"Kamu tampak segar setelah mandi?! apa kamu suka dengan pilihanku?"Arthur bertanya.

Zevanya tampak ragu untuk menjawabnya dan akhirnya dia menjawabnya " Saya menyukainya Tuan pilihan Anda sangat bagus".

Walaupun sebenarnya Zevanya merasa tak nyaman mau tak mau dia mengalihkan tangannya dari dadanya.

Sebuah pemandangan yang membuat pria manapun akan menerkam penuh gairah jika melihatnya.

"Jangan pernah dipakai dihadapan siapapun kecuali Aku gaun ini" Arthur pun menarik pinggang ramping Zevanyadan membisikan kalimat tersebut di telinga Zevanya.

"Ba...baik Tuan" jawab Zevanya tergagap karena posisinya saat ini.

"Ingatlah kamu adalah milikku sekarang dan selamanya" Arthur mengingatkan.

Setelah mengatakan itu Arthur memegang dagu Zevanya dan mencium dengan lembut dan penuh gairah.

"mmmhmm..." desahan lembut keluar dari mulut Zevanya dan itu membuat Arthur melumat bibirnya dengan lebih menggebu dan gairah yang membakar nafsunya.

Mereka hampir saja kehilangan kendali jika Zevanya tidak mengatakan sesuatu yang dapat menghentikannya.

"Tuan...jangan...Zeva mohon...jangan lakukan ini sebelum menikahi ku" Zevanya berkata dengan terputus putus karena nafasnya tidak teratur.

Arthur tiba tiba berhenti di leher Zevanya dia hendak menghisap darah yang sudah mengundang insting dia sebagai predator.

Namu dia urungkan sehingga dia pun melepas Zevanya dan meninggalkannya seorang diri di kamar pribadinya.

Zevanya merasa lega untuk saat ini, dia menuju pintu dan menguncinya dan berlari menuju ranjang tersebut dan mulai memasuki dunia mimpinya.

Arthur marah pada dirinya yang hendak menghisap darah yang selalu menggodanya, hari ini dia lepas kendali dirinya.

Terdengar sayup suara nafas teratur di telinganya yang menandakan Zevanya sudah terlelap.

Hari mulai terang hujan badai telah berhenti pagi pun datang.

Zevanya membuka matanya dan bangun duduk di tepi ranjang empuk itu untuk menyusun semua nyawanya setelah tidur pulas.

Setelah dirinya sudah tersadar penuh Zevanya melangkah ke kamar mandi dan mulai rutinitas paginya.

Didalam kamar mandi dia menatap cermin dan dilihatnya bibirnya yang sedikit bengkak akibat ulah Arthur yang sudah mengambil ciuman pertamanya.

Setelah mempersiapkan dirinya dengan cantik Zevanya keluar dari ruangan pribadi Bisanya.

Tampak lelaki tampan dan sempurna sudah duduk di sofa dengan meja yang penuh dengan berbagai makanan.