Sepulang sekolah Ifa mampir kerumah Kirana untuk memastikan keadaan sahabatnya itu.
"Assalamu'alaikum..." Ifa mengucapkan salam dan terdengar jawaban dari dalam, beberapa saat kemudian Kirana keluar menemui Ifa.
"Wa'alaikum salam." Kirana membuka pintu dan langsung memeluk Ifa. Melihat Kirana memeluknya sambil menangis Ifa menjadi bingung dan memapah Kirana masuk untuk duduk di sofa ruang tamu.
"Sstt... ada apa Kiran? ceritalah padaku..." bujuk Ifa menenangkan sahabatnya itu.
"Hiks... hiks... Ifa, aku bingung..." Kirana terisak dipelukan Ifa.
"Ceritalah Kiran..." Ifa mengelus bahu Kirana penuh kasih sayang.
"Kak Ziyad... hiks.. hiks..." Kirana rasanya tak mampu mengatakannya pada Ifa.
"Kak Ziyad kenapa Kiran? kalau dia macam-macam padamu biar aku yang menghadapinya." Ifa mencoba menenangkan sahabatnya.
"Ifa... Kak Ziyad akan menikahiku dan akad akan dilaksanakan jum'at depan. Aku tidak boleh menolak, terus aku mesti bagaimana?" Kirana masih terisak. Sementara Ifa membelalakkan matanya seolah tak percaya dengan kata-kata Kirana..
"Apaaa...!!! menikah? dengan Kakakku?" Ifa melihat Kirana menangguk dan Ifa langsung tersenyum bahagia.
"Kakak ipar... he.. he..." kini Ifa malah menggoda sahabatnya itu. Ifa sangat setuju kakaknya menikah dengan Kirana, gadis sholihah, pintar,rajin, suara merdu, cantik, apalagi yang kurang
"Ih... Ifa... kok malah tertawa..." Kirana jadi cemberut sekarang.
"Percaya pada Kakakku, Kiran. Dia baik dan insyaAlloh pengetahuan agamanya juga baik. Itu yang terpenting. Aku yakin kamu tidak akan menyesal." Ifa berkata dengan mantap karena dia sangat mengenal kakaknya, Ifa juga berfikir Ziyad pasti mencintai Kirana pada pandangan pertama.
Ziyad tidak pernah seperti ini tiba-tiba memutuskan untuk menikah, padahal banyak teman-teman wanitanya yang ingin bersamanya tetapi tidak ada yang bisa meluluhkan hati kakaknya itu. Tapi Kiran? justru kakaknya yang membuat keputusan akan menikahi Kirana...
"Karena aku tidak bisa menolak, aku akan terima dan menjalaninya dengan ikhlas. Aku akan belajar mencintainya dan akan menurut kepadanya. Mungkin ini skenario dari gusti Alloh..." Kirana pasrah pada akhirnya.
"Sekarang senyum dulu dong...cantiknya hilang nanti.." goda Ifa. Saat keduanya mengobrol ponsel ifa berbunyi
"Assalamu'alaikum... iya Yah..." Ifa berjalan keluar saat menerima telepon, sepuluh menit kemudian..
"Kiran... Ayah dan Ibuku ingin kamu kerumah sekarang..." ternyata yang menelepon ayah Ifa dan meminta Ifa untuk mengajak Kirana kerumah. Ada yang mau dibicarakan.
"Sebentar, aku ganti baju dulu..." Kirana masuk kamar dan berganti baju.
Kirana memakai kemeja batik warna merah dan sarung warna hitam dipadukan denga jilbab hitam. Gadis kecil itu terlihat sangat imut, Ifa saja yang perempuan terpesona apalagi laki-laki.
"Ayo Kiran..." Ifa memanggilnya karena Kirana lama sekali.
"Iya ini sudah... ayo kita kerumahmu." Kirana menggandeng Ifa keluar dan menutup pintu tanpa mengunci karena hanya akan kerumah Ifa, keduanya mengobrol sambil berjalan dan saat hampir sampai mereka berdua berpapasan dengan Eko didepan warungnya.
"Hai Kiran... hai Ifa. Sini, mampir dulu..." sapa Eko..
"Makasih Mas, kami sedang terburu-buru..." tolak Ifa...
"Ya sudah... hati-hati..." pesan Eko pada Ifa dan Kirana. Mereka melanjutkan perjalanannya.
"Assalamu'alaikum..." Ifa dan Kirana mengucapkan salam saat tiba dirumah Ifa.
"Wa'alaikum salam..." ibu dan ayah Ifa menjawab salam dua gadis cantik itu karena sudah menunggu mereka. Ifa dan Kirana mencium tangan ayah dan ibu Ifa, Kirana sudah akrab dengan keluarga Ifa karena Kirana setiap hari main kerumah Ifa.
"Sini Kiran duduk dekat Ibu..." Ibu Ifa menepuk kursi disebelahnya dan Kirana berjalan menghampiri calon mertuanya itu.
"Nggeh Bu... makasih..." Kirana sangat menyayangi orang tua Ifa seperti orang tuanya sendiri.
"Begini nduk... kamu sudah diberitahu Ziyad to tentang pernikahan kalian. Jadi sekarang kamu sama Ziyad pergi membeli barang-barang untuk mahar kalian. Kamu pilih sendiri, yo..." ibu Ifa memberitahu maksudnya menyuruh Kiran datang.
"Mmm... anu... Bu, Kiran minta maaf nggeh Bu karena tiba-tiba kak Ziyad menikah dengan Kiran" Kiran merasa tidak enak dengan orang tua didepannya.
"Kenapa minta maaf? kami senang kamu menjadi menantu kami. Kebetulan Ziyad yang minta sendiri. Jadi kami tidak perlu ikut campur menjodohkan kalian." ayah Ifa terkekeh melihat wajah imut Kiran yang meminta maaf.
"Matur suwun Yah... Bu..." Kiran menyunggingkan senyum. Tak lama Ziyad keluar dan mengajak Kirana segera berangkat takut kemalaman pulangnya. Keduanya pamit sementara ibu dan Ifa juga akan pergi mengurus catering.
***
Didalam mobil Ziyad dan kiran sama-sama terdiam, keduanya merasa canggung, Kiran juga malu kalau teringat Ziyad pernah melihat auratnya.
"Kiran... pertama kita pesan cincin dulu ya..." Ziyad memulai pembicaraan. Kirana hanya menangguk.
"Kenapa diam hemm...? tanya Ziyad melirik calon istri kecilnya itu.
"Nggak apa-apa Kak, bingung mau ngomong apa.." Kirana tertunduk karena Ziyad menatapnya terus. Wajah mungilnya terasa memanas.
Mobil Ziyad parkir di depan toko perhiasan, keduanya kemudian masuk dan memilih-milih cincin. Setelah dapat mereka berdua mulai belanja barang-barang yang lain seperti mukena, sajadah, dalaman, kain, alat make up, handuk, sepatu dll.
Semua sudah didapat, hanya tinggal satu yang belum, dalaman!! Ziyad dan Kiran menuju mall yang dekat dengan toko terakhir mereka kunjungi. Keduanya berjalan beriringan, Ziyad didepan Kiran dibelakangnya. Saat tiba di counter pakaian dalam keduanya berhenti.
"Kiran... sekarang kamu pilih! Kakak belum tau ukuran kamu..." kata Ziyad tersenyum melihat calon istrinya tersipu malu.
"I... iya Kak..." Kirana berjalan meninggalkan Ziyad dan memilih pakaian dalam yang sesuai dengan ukurannya, setelah mendapat apa yang diinginkan keduanya menuju ke parkiran tempat mobil Ziyad parkir.
Barang-barang belanjaan mereka ditaruh di jok belakang. Kemudian Kirana dan Ziyad masuk kedalam mobil dan dengan sekejap keduanya tiba di caffe yang sangat sejuk dengan background pegunungan.
"Ayo turun kita makan dulu..." Ziyad turun lebih dulu dan membukakan pintu untuk kirana.
"Makasih Kak.." Kirana kemudian berjalan mengikuti calon suaminya. Keduanya makan dengan tenang dan langsung mengantar Kirana pulang. Sementara barang-barang yang tadi dibeli dibawa pulang Ziyad untuk dibungkus dirumah dan dibawa saat akad besok.
"Kak Ziyad hati-hati..." Kirana berpesan setelah turun dari mobil dan masuk kerumah, Ziyad juga segera mengemudikan mobilnya untuk pulang. Keesokan harinya bapak dan mamak kiran tiba lengkap dengan adik- adiknya. Nenek senang keluarga Kiran bisa berkumpul semua. Orang tua Kiran dan neneknya membicarakan acara besok lusa, mereka juga bersiap untuk acara pernikahan putri mereka.