Adzan subuh mengusik Ziyad yang sedang terlelap memeluk tubuh polos istrinya, memperhatikan wajah pucat Kirana hatinya merasa sakit, ditepuk- tepuk halus pipi istrinya tetapi tak kunjung siuman. Ziyad beranjak dari tempat tidur dan pergi kekamar mandi, Ziyad membaca do'a dan mandi besar untuk menghilangkan hadas setelah berhubungan suami istri.
Setelah itu Ziyad berganti baju koko dan mengenakan sarung yang disediakan oleh Ustadz Ghofur di kamar tamu. Ada juga baju perempuan, jilbab, dan semuanya masih baru.
Ziyad menunaikan sholat sunah fajar sebelum sholat subuh. Dia belum pernah sekalipun meninggalkannya karena melaksanakan sholat sunah fajar itu lebih baik daripada dunia dan seisinya. Setelah selesai sholat subuh Ziyad berdo'a untuk kesembuhan istrinya.
Ziyad melipat sajadanya dan mengembalikan kedalam lemari, Ziyad juga mengambil satu set gamis dan jilbab kemudian meletakkannya di tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi untuk menyiapkan air hangat di bathtub. Setelah air penuh Ziyad menggendong istrinya yang masih belum sadar kemudian memandikannya dengan penuh kasih sayang .
"Sayang, bangun lah! jangan seperti ini, Aku minta maaf, Aku lalai menjagamu." Ziyad membilas tubuh Kirana dan setelah bersih membalut tubuh istrinya dengan handuk dan membaringkan kembali ke tempat tidur. Dengan telaten Ziyad mengusapkan handuk keseluruh tubuh istrinya hingga kering dan memakaikan pakaian kepada Kirana dengan perlahan.
Setelah selesai, Ziyad memindahkan tubuh Kirana ke sofa dekat jendela dan mengganti sprai yang ternoda darah keperawanan Kirana. Semua barang-barangnya yang kotor termasuk seprei dan baju Kirana di lipat dan dimasukkan kedalam kantong plastik untuk dibawa pulang.
Setelah mengganti sprei Ziyad memindahkan kembali tubuh Kirana ke tempat tidur agar lebih nyaman dan menyelimuti istrinya kemudian Ziyad keluar dari kamar untuk berjalan-jalan disekitar rumah temannya.
"Bagaimana keadaan istri anda Tadz..." tanya Ustadz Ghofur yang melihat Ziyad keluar dari kamar.
"Masih belum sadar, tetapi keadaannya sudah lebih baik. Terima kasih sekali Ustadz Ghofur untuk semuanya." Ziyad dengan tulus berterima kasih pada keluarga ini yang sudah membantunya. Dr Ashila datang dari dapur membawa nampan berisi bubur ayam dan wedang jahe kemudian menyerahkan pada Ziyad agar memberikannya pada Kirana. Ziyad menerimanya dan berterima kasih kemudian membawanya ke kamar tamu dimana Kirana masih tertidur.
"Sayang, kamu sudah bangun?" Ziyad terkejut Kirana sudah duduk bersandar dikepala tempat tidur.
"Kita dimana kak..." tanya Kirana masih bingung karena tidak mengenali tempat ini.
"Kita berada dirumah temanku, Sayang..." Ziyad menghampiri Kirana dan memberikan wedang jahe bikinan Dr.Ashila.
"Sarapan dulu, biar tubuhmu cepat pulih dan kita bisa segera pulang. Ziyad menyuapi Kirana hingga satu mangkuk bubur itu habis, Ziyad pun tersenyum dan menggoda istrinya
"Kamu sangat lapar ya Sayang?" tanya Ziyad merasa gemas melihat wajah istrinya.
"Apakah kakak melakukan itu padaku?" Kirana tiba- tiba bertanya dan senyum di wajah Ziyad seketika sirna. Ziyad menggenggam tangan Kirana dan meminta maaf.
"Maafkan Aku, Sayang. Aku tidak bermaksud menyakitimu dan mengingkari janjiku, tetapi semalam keadaan benar-benar darurat, jika aku tidak melakukan itu padamu, nyawamu dalam bahaya, Sayang.
Kamu boleh marah, boleh menghukumku, tetapi Aku tidak akan sanggup jika kehilanganmu. Aku benar-benar minta maaf..." Ziyad tertunduk penuh penyesalan, Kirana pun merasa kasihan. Bukan sepenuhnya salah Ziyad dan lagi dia halal bagi suaminya. Kirana memeluk tubuh suaminya.
"Kakak nggak salah, sudah semestinya kakak melakukannya, itu juga kewajibanku melayanimu. Janji kita dulu tidak berlaku lagi. Kakak boleh melakukannya saat kakak menginginkannya. Aku akan melakukannya dengan ikhlas, aku ingin suamiku bahagia sehingga aku bisa mendapat ridhoNya..." Kiran terisak dan Ziyad memeluknya dengan erat.
"Sudah lebih baik?" Kirana mengangguk
"Mari kita berpamitan dan mengucapkan terima kasih.." Kirana dan Ziyad keluar dari kamar tamu dengan membawa pakaian kotor mereka, kemudian berpamitan kepada Ustdz Ghofur dan istrinya.
***
Kirana merasakan ngilu disekujur tubuhnya, dia juga masih agak lemah, sepanjang perjalanan Kirana lebih banyak tidur. Saat sampai dirumah barulah dia terbangun. Ziyad mengambil barang-barang mereka dan membawanya keruang cuci, memasukkan kedalam mesin cuci, sedangkan Kirana pergi kekamar mandi untuk mengulang mandi besar dan sholat dhuhur. Kirana membaca al-qur'an sebanyak tiga juz dan selesai dalam dua jam. Ziyad memperhatikan kemajuan dalam bacaan istrinya dia pun tersenyum bahagia.
"Kiran, sini sayang mendekatlah kepadaku..." Ziyad melambaikan tangan memanggil istrinya.
Kirana tersenyum sambil melepas pakaian yang dipakainya untuk sholat dan melipatnya kemudian mendekat pada suaminya, Ziyad langsung memeluk istrinya yan memerah dipipinya karena malu.
"Sayang, kenapa kamu selalu malu jika bersamaku?" Kirana tidak menjawab tetapi menundukkan wajahnya yang semakin terasa panas.
"Sayang, lihat Aku!" Ziyad menyentuh dagu istrinya dan mengangkatnya sehingga wajah Kirana yang merah bisa terlihat dengan jelas.
"Mulai sekarang aku akan memanggilmu khumaira, karena pipimu kemerahan. Seperti Aisyah istri baginda rosulullah..." Ziyad tersenyum penuh arti kemudian melumat bibir Kirana sebentar.
"khumaira... boleh aku kembali berhubungan suami istri denganmu?" Ziyad menaik turunkan alisnya tetapi Kirana tidak mengerti.
"Apa...?" Kirana mulai bingung.
"Mengulang kembali seperti semalam. Aku ingin melakukannya denganmu dalam keadaan sadar, tidak seperti semalam. Apakah boleh?" tatapan Ziyad membuat Kirana tidak berdaya dan menganggukkan kepalanya. kalau menolak takut dosa.
Ziyad membaringkan istrinya ditempat tidur, menaikkan gamisnya dan melepaskannya kemudian mulai mencumbu istrinya. Kirana merasakan rasa yang aneh saat merasakan sentuhan Ziyad. Saat suaminya melepaskan penutup dadanya Kirana memalingkan wajahnya. Dia merasa malu.
"Kenapa, Sayang? tidak usah malu! Aku sudah melihat semuanya..." Ziyad terkekeh geli melihat tingkah istrinya.
Ziyad dan Kirana kini bersatu, keduanya sama-sama dalam keadaan sadar dan melakukannya penuh cinta. Kirana merasakan hatinya mulai mencintai suaminya, saat Ziyad bergerak diatas tubuhnya, Kirana memejamkan matanya, dia merasa malu.
Ziyad dan kirana sama-sama tahu bagaimana melakukan hubungan suami istri dengan benar, mereka masih punya rasa malu dan setiap melakukan hubungan mereka akan berada dibawah selimut. Akhirnya keduanya mencapai pelepasan mereka dan tertidur dengan lengan Ziyad menjadi bantal istrinya. Senyum lelah campur bahagia menghiasi wajah keduanya. Dua insan yang telah halal itu mulai jatuh cinta