Di kafe tak jauh dari lokasi lomba Kirana tadi dua orang teman lama sedang asyik mengobrol, hujan yang datang tiba- tiba dan sangat deras tidak membuat mereka terganggu. Ziyad teringat istri dan adiknya yang sedang berada di lokasi out door, tetapi mau memohon diri tidak enak hati karena mereka lama tidak bertemu.
Akhirnya mereka pun tetap mengobrol sambil menunggu hujan reda. Ziyad mengambil ponselnya yang diisi daya di kafe dan menyalakannya, banyak sekali panggilan tak terjawab dari Ifa dan Kirana. Ziyad pun kembali menghubungi Kirana, tersambung tetapi tidakk diangkat. Rasa khawatir menghampiri Ziyad, kemudian dia mencoba memanggil Ifa.
drttt... drttt... berdering... satu menit... dua menit... akhirnya Ifa mengangkat telepon dari Ziyad.
"Huaommm....a Assalamualaikum Kak..." Ifa rupanya tertidur di bus.
"Wa'alaikum salam... Ifa, dimana posisi kalian? Ziyad mulai bertanya pada Ifa... Ifa yang tadi mengantuk pun jadi melotot...
"Jadi Kakak belum bertemu Kirana?" Aku dan rombongan sudah meninggalkan lokasi hampir satu jam yang lalu... Kirana dimana?" tanya Ifa panik tetapi suaranya pelan karena rombongan itu semua tertidur.
"Kirana tidak bersamamu Ifa?" tanya Ziyad panik. Ustadz Ghofur pun merasa khawatir melihat ekspresi Ziyad.
"Kirana menunggumu di belakang panggung seperti yang Kakak janjikan. Cepat cari dan kabari aku segera! awas kalau terjadi apa- apa padanya aku tidak akan memaafkan Kakak.!!" Ifa benar-benar marah tapi tidak berdaya.
Ziyad langsung berlari keluar dan menembus hujan yang perlahan mereda dan menuju mobilnya. Ustadz Ghofur pun ikut mengejar Ziyad dengan mobilnya sendiri karena temannya itu sudah keburu pergi dengan mobilnya.
Mobil Ziyad berhenti tepat dibelakang panggung. Dengan terburu-buru Ziyad berlari sekitar panggung tidak ada tempat berteduh sama sekali. Ziyad sangat panik saat Ustadz Ghofur bertanya ada apa.
"Ente nyari siapa tadz? kok terlihat cemas sekali.?" Ustadz Ghofur ikut panik saat melihat sesosok tubuh terbaring ditanah tak sadarkan diri.
"Ustadz Ziyad lihat..." Ustadz Ghofur menghampiri sosok yang pingsan itu. Sebelum Ustadz Ghofur menyentuh tubuh yang pingsan itu, Ziyad sudah lebih dulu berlari dan membopongnya karena itu jelas- jelas Kirana istrinya.
"Itu siapa tadz? " tanya Ustadz Ghofur...
"Istri ane tadz..." Ziyad langsung membawa Kirana ke dalam mobil. Ustadz Ghofur ingin bertanya tetapi tidak memungkinkan untuk saat ini jadi dia menyuruh Ziyad untuk mengikutinya.
"Tadz.. .ikuti ane... cepat..." kedua mobil itu berjalan beriringan dengan kecepatan tinggi, setelah lima belas menit mobil Ustadz Ghofur dan Ziyad tiba di sebuah rumah dengan halaman yang luas, didepan rumah itu ada papan nama
Praktek
Dr. Ashila
Spesialis Penyakit Dalam
Jam buka 08.00
Jam tutup 20.00
Ziyad membaca sepintas dan hatinya agak tenang
"Baringkan disini tadz....." perintah Ustadz Ghofur, Ziyad pun membaringkan Kirana di tempat tidur ruang periksa. Ustadz Ghofur masuk ke dalam dan kembali lagi membawa handuk dan selimut juga baju ganti milik perempuan.
"Ini... gantikan dulu pakaian istri ente... ane ganti baju dulu." Ustadz Ghofur pergi meninggalkan Ziyad dan Kirana. Tanpa pikir panjang, Ziyad menggantikan baju istrinya dengan pakaian kering, mengeringkan rambutnya dengan haduk dan menutupi rambut istrinya dengan handuk kemudian menyelimuti tubuh istrinya yang sudah membiru karena kedinginan.
Tak lama Ustadz Ghofur kembali bersama seorang wanita cantik berhijab, dilehernya tergantung alat periksa.
"Maaf Ustadz Ziyad, saya akan memeriksa istri anda... bisa menunggu diluar sebentar.." Dr. Ashila meminta Ziyad dan Ghofur keluar ruangan dan keduanya pun meninggalkan ruang periksa dan duduk di ruang tamu .
"Ini rumahmu tadz ? tanya Ziyad pada Ghofur yang langsung mengangguk.
"Berarti dokter itu istri ente...? Ustadz Ghofur mengangguk lagi.
"Ente kapan nikah..? " tanya Ziyad lagi.
Ustadz Ghofur tersenyum dan menjawab rasa penasaran teman nya itu.
"Ane udah nikah tiga tahun yang lalu dan sudah memiliki seorang putri yang cantik berumur satu tahun. Ente sendiri kapan nikah? dan itu... gadis itu beneran istri ente?" tanya Ustadz Ghofur yang diangguki oleh Ziyad.
"Tapi sepertinya dia masih kecil..." Ustadz Ghofur mulai kepo.
"Iya tadz... nggak tau kenapa ane bisa jatuh cinta dengan seorang anak kecil,, " Ziyad mulai bercerita. Ane langsung jatuh cinta saat pertama kali mendengar suaranya saat melantunkan sholawat, Terdengar sangat merdu hingga hati ane bergetar. Terus ane juga pernah melihat auratnya tanpa sengaja dan ane langsung menikahinya. Dia baru kelas tiga sma, lulus tahun ini." mata Ustadz Ghofur membesar mendengar cerita Ziyad.
"Maaf Ustadz Ziyad, bisa kita bicara sebentar?" Dr.Ashila memberi kode pada suaminya untuk menghentikan obrolan mereka sejenak. Dr. Ashila kemudian duduk disebelah suaminnya.
"Begini tadz, secara keseluruhan istri anda baik-baik saja, hanya saja tubuhnya sangat kedinginan dan tubuhnya sudah membiru. Meski saya sudah menambahkan selimut tetapi tubuhnya tidak merespon karena dia terkena hujan cukup lama hingga tak sadarkan diri.
"Satu-satunya cara agar istri anda bisa selamat adalah membuat tubuhnya hangat. Anda suaminya, jadi anda tau apa yang harus anda lakukan. Sekarang bawa istri anda ke dalam, saya sudah menyiapkan kamar tamu untuk anda." penjelasan Dr Ashila langsung di mengerti oleh Ziyad.
Dia menggendong kirana dan memindahkannya dikamar tamu. Dr.Ashila dan Ustadz Ghofur kemudian pamit untuk beristirahat karena ini sudah jam dua dini hari. Setelah Dr. Ashila dan Ustadz Ghofur pergi, Ziyad bingung. Apa yang harus dia lakukan? dia sudah berjanji pada Kirana tidak akan menyentuhnya, tetapi berhubungan suami istri adalah satu-satunya cara menyelamatkan Kirana.
Ziyad benar-benar berada dalam dilema. Digenggamnya tangan kirana yang sangat dingin, bibirnya membiru dan bergetar Ziyad dengan terpaksa melepas seluruh pakaiannya juga pakaian Kirana dan memeluk tubuh dingin Kirana dibalik selimut, setengah jam berlalu, tetapi suhu tubuh Kirana tidak kunjung menghangat.
"Maafkan aku, Sayang...." Ziyad mencium bibir Kirana yang terasa seperti es batu, Ziyad mengulumnya perlahan dan sekarang agak terasa menghangat, kemudian Ziyad menindih tubuh polos Kirana sambil terus mencium bibir istrinya itu, perlahan Ziyad memasukkan miliknya kedalam milik Kirana.
Saat sudah berada didalam milik Ziyad menyentuh sesuatu seperti penghalang,, dengan membaca do'a dan dengan rasa bersalah Ziyad perlahan menembus penghalang milik Kirana. Gadisnya kini telah dimilikinya seutuhnya meski dalam keadaan darurat seperti ini.
Saat ini tubuh Kirana perlahan menghangat dan ada airmata yang mengalir disudut matanya. Ziyad merasa kasihan pada Kirana, dia pasti merasakan kesakitan saat keperawannya terenggut,
"Maafkan Kakak Sayang, Kakak tidak bermaksud menyakitimu. Kakak hanya ingin menyelamatkan mu...." Ziyad mulai menciumi tubuh istrinya yang belum sadarkan diri. Sekarang hasratnya benar-benar tak tertahankan lagi. Dengan sangat lembut agar tidak menyakiti istrinya Ziyad mulai menggerakkan pinggulnya dan akhirnya Ziyad merasakan rasa yang sangat membuatnya bahagia untuk pertama kalinya.
Dia menumpahkan benihnya dirahim istrinya, dia tidak berniat mengeluarkannya diluar karena itu berdosa. Setelah merasakan tubuh Kirana mulai menghangat dan dia juga telah mencapai puncaknya Ziyad mengeluarkan miliknya dan memeluk tubuh mungil Kirana dengan posesif dan mengucapkan terima kasih juga permintaan maaf kemudian Ziyad pun tertidur dengan memeluk tubuh Kirana.
Istrinya telah selamat sekarang dan Ziyad pun tak henti-hentinya mengucap syukur. sehingga sekarang Ziyad bisa berkelana dialam mimpi dengan senyuman mengembang diwajah tampannya.