Chereads / 36 Cara Mengejar Cinta Istri / Chapter 27 - Tidak berminat

Chapter 27 - Tidak berminat

"Memangnya ini sangat penting?" tanya Dexter. 

"Tentu saja sangat penting, aku tidak akan memakai bekas dari wanita lain!" ketus Kaili. 

Dexter paham dengan ini, Kaili adalah putri satu-satunya dari keluarga kaya, sekalipun memang kekayaan mereka tidak sangat besar, perubahan 'Goh Corp' tidak mencakup tingkat internasional, tetapi di negara J ini mereka cukup diakui. Bahkan masuk dalam kategori 5 keluarga kaya di negara J. Dengan status yang demikian, memangnya masih akan menggunakan baju bekas orang? Ini terdengar seperti lelucon. Diam-diam Dexter tertawa geli memikirkan itu. 

"Bukan... Mana mungkin baju bekas." Dexter menunjuk ke arah baju itu. "Buka dan lihat saja, tag label sama belum terlepas. Apakah yang begitu tanda bekas?"

"Bukan itu maksudku!"

Dexter menautkan alisnya, "Jadi?"

"Kenapa kau menyimpan pakaian wanita di rumahmu? Bahkan kau membungkusnya dengan sangat baik!"

Bibir merah alami yang baru saja dicium Dexter itu terlihat mayung saat mengatakan hal itu. 

"Heh, apa aku bisa mengartikan kau sedang cemburu?"

Deg! 

Mata Kaili membulat penuh. Wajahnya juga merona. 

Gawat! Apakah terlihat sangat jelas? Atau haruskah Kaili mengatakan isi hatinya? 

Kaili membuang wajahnya ke sembarang arah. Tidak mengizinkan Dexter melihat rona yang sudah mengalahi kepiting rebus itu. 

"Heh! Bercanda apaan! Itu mustahil!"

Mata Dexter menggelap, tetapi dengan cepat dia mengontrol emosinya.

"Sebaiknya memang jangan! Sekalipun dalam alam mimpi, jangan pernah bayangkan untuk mencintaiku! Kau tahu, ketika mencintai orang yang sudah melepaskan cintanya, yang kau dapat hanya sebuah siksaan. Sebaiknya jangan menyiksa dirimu!"

"Hu'um... Aku mana mungkin tidak jelas dengan hal itu!" balas Kaili dengan tenang. Hanya dirinya yang sebaik-baiknya yang tahu, seperti apa guncangan yang diterimanya saat mendengar kalimat itu dari mulut Dexter. Seketika saat itu, jantungnya berhenti berdetak. 

Dexter memalingkan wajahnya, memakai pakaian dan berjalan ke balkon. Memandang langit yang ajan siap meninggalkan segala sinar dan digantikan dengan kegelapan.

Dexter mengambil rokok, mulai mempermainkan asapnya. 

"Pakai baju itu, kita akan pergi!"

Kaili masih ingin menanyakan tentang baju itu. Lebih tepatnya, dia ingin tahu alasan Dexter menyimpan gaun yang sangat indah itu di lemari bajunya. Tetapi, dia sangat ketakutan. Tidak ingin membuat hubungan mereka semakin berjarak! Tetapi, bagaimana dia mengenakan gaun itu jika Dexter masih terus berdiri di sana? 

"..."

Kaili menggigit bibir bawahnya, masih tetap tidak bergerak, sambil terus memandangi gaun yang indah itu. Dia benar-benar sangat terpesona.

"Apa kau tidak menyukainya?"

Suara itu tiba-tiba mendarat di telinga kanannya. Membuat wajahnya sangat panas, beserta sedikit terkejut. Hampir saja dirinya melompat. 

"Kamu ... Kenapa tiba-tiba mendekat?" ucap Kaili dengan wajah yang sudah merah matang.

"Apa kau tidak menyukainya?" tanya Dexter lagi..Nampak sekali kalau dirinya tidak berminat menjawab pertanyaan Kaili. 

Melihat mata hitam Dexter yang begitu menawan, sejenak Kaili jatuh dalam pesona. Tanpa sadar dan terburu-buru, dia menjawab, "Ah, suka, suka! Eh-" Setelah sadar dengan jawabannya, Kaili kembali menggigit bibir bawahnya.

"Lalu kenapa masih tidak dipakai?" 

"Itu... Apa kau akan terus di sini? Eh maksudku—"

Dexter meletakkan jarinya di tengah bibir Kaili. Lalu menyentuh bibirnya dengan lembut. "Lain kali jangan pernah menggigit bibirmu di depanku!"

"..." Kaili membulatkan matanya. Karena sudah kebiasaan, dia hampir saja lagi menggigit bibir bawahnya. 

"Kau lakukan iti lagi, percaya atau tidak, aku akan menghabisimu sore ini!" Ancaman yang lagi-lagi membuat pipi wanita itu memerah. 

Namun dengan cepat Kaili sadar, "Kau menghabisiku? Bukannya kau tidak berminat samaku?"

"Sialan! Apa otakmu kemasukan air?" umpat Dexter, dan memukul ranjang dengan kesal.

Apa wanita ini tidak bisa merasakan gejolakku yang tadi? Bisa-bisanya dia bicara seperti itu! Jika saya karena kalau semalam dia tidak sakit, akan kubuat dia tidak bisa turun dari ranjang! Rancau Dexter dalam hati. 

"Ya sudah, kau pergilah ke sana! Aku ingin memakai baju!" Kaili mendorong dada Dexter. 

"Kenapa aku harus pergi? Pakai sekarang jangan menunda-nunda waktu, atau tidak pergi sama sekali!"

"Haa? Apa kau baru saja mengatakan aku harus memakai baju di depanmu?" tanya Kaili.

"Hem..." Tanpa ragu Dexter mengangguk. 

Kaili menutupi tubuhnya dengan kemeja putih Dexter yang semalam dipakaikan Dexter padanya. Wajahnya benar-benar sudah tidak tertolong lagi, sangat merah!

"Kenapa? Malu? Apa kau lupa, tadi seluruh tubuhmu sudah aku—"

"Iya, iya! Pakai ya pakai! Kenapa harus seperti itu," ucap Kaili menyela perkataan Dexter. 

Dexter tanpa sadar menyunggingkan senyum kecil di sudut bibirnya. Tanpa sungkan Kaili mulai menggenakan gaun itu di depannya. Namun sialnya, hasrat itu kembali bangkit. Dexter telah bermain api dan kini dia malah terbakar. 

"Sial!" umpatnya dan langsung bergegas ke kamar mandi. Susah payah dirinya menidurkan gejolak itu, malah dengan mudahnya bangkit seenaknya seperti itu. 

"Eh, kau mau ke mana?" jerit Kaili, padahal dia ingin meminta bantuan Dexter ingin mengancing gaunnya. 

15 menit kemudian, Dexter keluar dari kamar mandi. Kaili sudah duduk kembali di tepi ranjang. 

"Sudah? Ayo, jalan!"

"Tunggu dulu," ucap Kaili dengan enggan. 

"Kenapa?"

"Itu... bisakah kau menolongku mengancing gaunku? Aku tidak—"

"What? Apa kau ingin membunuhku secara perlahan?" balas Dexter dengan cepat. Baru saja dia selesai memadamkan api, sekarang wanita ini malah seenaknya membangkitkan 'api gairah' itu lagi. 

Tidak menunggu lama lagi, jika begini Dexter akan mati secara perlahan dibuatnya. Wanita memang berbahaya! Ada yang bilang, jangan bermain dengan lidah api yang sudah membara, iti akan membakarmu tanpa ampun. Dari pada kobaran lidah api, yang lebih menakutkan dari hal itu adalah, 'gairah yang sulit dipadamkan karena logika terkadang tidak terhubung dengan baik'.

"Apa kau melihat di tanganku ada pisau? Bercanda apaan!" Kaili langsung bangkit, dan memberi punggungnya yang masih terbuka di depan Dexter. 

"Aku tidak bisa mengikatnya. Bantu aku yah," ucapKaili lagi.

Seerrr... Dexter meneguk lidahnya melihat punggung Kaili yang putih dan mulus. Gaun itu masih terbuka, menyorot hingga ke pinggang. 

"Aku tidak bisa! Lakukan saja sendiri." Dexter langsung beranjak menikmati mata hari yang sebentar lagi akan menguning. 

"Di rumah ini hanya ada kita berdua, aku tidak bisa melakukannya. Apakah aku harus pergi tanpa mengancing gaunnya?"

"...." Dexter membisu. Tanpa perlu menunggu lagi, alat privasinya kembali menegang.