Pada saat hari pernikahan Achiera dan Hans, Dexter mengatakan banyak hal manis untuknya, tetapi hal yang tidak bisa dilupakan Kaili adalah, saat Dexter berkata, "Jangan cemburu pada Achiera, kita juga akan segera menyusul mereka. Kamu juga akan menjadi pengantin yang paling cantik saat itu, terkhusus di mataku. Tenang saja, pernikahan terbaik untukmu sedang aku persiapkan!"
Itu adalah ucapan pertama Dexter padanya dengan ekspresi yang sangat serius. Berkali-kali Kaili mengamati wajahnya, tidak ada satu celah pun yang menunjukkan bahwa Dexter sedang bermain-main. Padahal sebelumnya Dexter selalu saja berbual sembarangan dengan mengatasnamakan 'benih yang direbut Kaili darinya.'
Menurut Dexter pada saat itu adalah, Kaili orang yang paling beruntung karena bisa membawanya tidur bersama. Keuntungan besar yang seperti itu sangat langka dimiliki orang lain, jadi Kaili adalah orang yang paling beruntung.
Dexter pun menambahi, "Benihku tidak sembarangan tertanam dalam rahim mana pun! Kamu adalah yang pertama."
Namun, saat menyadari bahwa dirinya dan Dexter tidak pernah benar-benar melakukan hal itu, bahwa malam pertamanya bukan pada Dexter melainkan direbut oleh orang yang bahkan tidak dikenali saat malam perjamuan, hatinya sangat hancur. Dia telah salah paham pada Dexter.
Kala dirinya mabuk, bahkan Dexter tidak melakukan hal apa pun yang mengambil keuntungan darinya. Padahal jelas-jelas Kaili-lah yang menggodanya, tetapi malah marah pada penyelamatnya.
Memikirkan hal itu, Kaili merasa sangat bersalah pada pria ceria ini. Dan membayangkan bahwa dirinya sudah tidak lagi suci, dia benar-benar kehilangan segalanya, bahkan kesempatan untuk mencintai dan menikah telah hancur. Dia tidak berani memikirkan itu. Itulah mengapa, sejak hari itu dia berencana memikirkan cara agar membuat Dexter membencinya, dengan cara menghina profesi Dexter.
Antara dirinya dan Dexter memang terlihat jauh berbeda. Langit dan bumi, terlihat begitu jelas bagi mereka. Walau dulu negara F dikuasai Hans Matthew, tetapi keluarga Goh juga tidak bisa dianggap remeh. Itulah mengapa, alasan itu digunakan Kaili untuk menghina Dexter berkali-kali.
Tetapi pria ini tidak pernah membencinya, bahkan saat maut akan menghampiri Kaili, Dexter tetap setia merawatnya. Mengerahkan segala kemampuannya agar menyelamatkan Kaili. Dari negara F, mereka pindah ke negara J, karena rumah sakit Danka baru meluncurkan alat medis yang dapat menolong Kaili, dan itu juga karena rekomendasi Dexter.
Dexter meninggalkan segala miliknya di negara F dan pindah ke negara J, padahal saat itu dia akan hendak menjadi direktur di rumah sakit tersebut, tetapi dia tidak memedulikan hal itu.
Kaili masih ingat sebuah kalimat yang diucapkan Dexter pada rekan sesama dokternya kala dirinya koma, "Aku hanya tidak tenang jika tidak merawat dan menyembuhkannya secara langsung. Aku ingin dia tetap hidup, walau mungkin tidak ditakdirkan menjadi istriku." Walau Kaili koma, dia mendengar itu. Hingga sekarang tersimpan di memorinya.
Dua tahun Dexter mengobatinya. Bukan waktu yang singkat, tetapi Dexter begitu bertahan dan setia. Tetapi ketika dirinya pulih total, dia malah mencampak Dexter. Bahkan menghunjamnya dengan beberapa kata-kata pedas. Kaili terlalu takut menghadapi kenyataan, itulah mengapa dirinya lebih rela jika Dexter membencinya. Kaili hanya ingin Dexter menikahi seorang wanita dan keluarga wanita itu juga mencintainya dan menerima Dexter. Wanita yang bersih dan murni.
Jika saja tidak karena keluarganya yang menginginkan menantu yang sempurna, terkhusus di bagian kekayaan, jika saja Kaili tidak mengalami malam buruk itu, maka Dexter adalah pilihan paling sempurna untuk dijadikan sebagai seorang suami.
Mengingat itu semua, Kaili menyadari terlalu banyak berhutang pada pria ini. Apakah masih ada kesempatan untuknya menebus semua itu? Apakah dia pantas marah jika Dexter mengabaikannya? Kaili telah memutuskan, dia tidak akan meninggalkan sisi Dexter, apa pun yang terjadi.
Mata Kaili hampir memerah menahan tangis. Tangannya gemetar, tetapi masih tetap di angkat ke atas. Dexter melihatnya yang seperti itu sedikit mengernyit. Belum sempat Dexter bertanya ada apa, Kaili sudah mencium bibirnya kembali.
Dexter melotot beberapa saat. hingga pada akhirnya membalas ciuman Kaili. Bahkan kini dirinya yang sudah membimbing permainan lidah itu. Melilitnya, menari di dalam rongga yang terasa panas, dan terus mempermainkannya dengan buas. Bahkan kini dirinya sedikit merasa senang, karena Kaili mulai membalasnya. Mereka berperang di dalam. Air liur keduanya bercampur dengan sangat intim.
Ciuman berlangsung hingga beberapa saat, hingga tiba-tiba saja Dexter merasa sesuatu yang hangat mengalir di wajahnya, dan menembus masuk ke permainan mulut mereka.
Mata Dexter membulat dan menghentikan ciumannya. Tangannya yang besar memegang wajah mungil Kaili. Mata gadis itu sangat merah, tampaknya memang air mata tadi sudah ditahannya cukup lama.
"Hei, apa aku menyakitimu? Aku membuatmu kesulitan bernapas lagi?"
Kaili tersadar, dan segera menyeka air matanya, "Tentu saja. Menurutmu apa aku tidak akan segera mati jika kau terus menciumku seperti itu? Terburu-buru dan—"
Kaili salah tingkah dengan ucapannya barusan. Memalingkan wajahnya agar tidak saling terhubung dengan tatapan mata Dexter.
Dexter tertawa geli dan menarik kembali wajah Kaili agar melihat padanya, "Bodoh! Jika memang sudah tidak kuat kau bisa menggigit mulutku maka aku akan berhenti."
Perlu diakui memang, selama wanita itu adalah Kaili, Dexter selalu menggebu-gebu. Sangat tidak bisa mengontrol 'binatang buas' yang ada di dalam dirinya.
"Itu ... aku takut mengataiku bodoh dan tidak tahu teknik berciuman. Apalagi saat mengambil napas—" Kaili menggigit bibir bawahnya.
Sialan dia kan sedang sedih hari ini, tetapi malah menggunakan kata-kata yang begitu vulgar untuk menutupi suasana hatinya.
Dexter tertawa kecil. Kaili terlalu bersemangat dan menoleh padanya. Dexter yang tertawa seperti ini terlihat semakin tampan. Hati Kaili pun berdetak dibuatnya.
"Memangnya yang aku katakan itu salah? Kau memang tidak bisa kan?"
Kaili tidak menduga, bahkan Dexter malah menyudutkannya. Dia cemberut dan memalingkan wajahnya. Sangat kesal sekali rasanya.
"Ha ha... Sudah, sudah. Lihat pipimu itu, sebaiknya kau berkaca lho, sudah mirip udang yang baru diangkat dari kukusan!"