Chereads / 36 Cara Mengejar Cinta Istri / Chapter 25 - Malam ini harus...

Chapter 25 - Malam ini harus...

Ciuman itu pelan-pelan melembut, membawa beberapa emosi yang tidak terlalu jelas. Perlahan turun ke leher, meninggalkan bekas kepemilikan yang sangat jelas. 

Tidak! Dexter tidak ingin berhenti hanya sampai di situ, dia ingin memberikan pengalaman yang indah bagi mereka. Ini malam kedua setelah malam pertama 5 tahun yang lalu. Dexter ingin cepat-cepat mengurung Kaili di bawahnya, memberikan pengalaman yang tidak akan pernah dilupakan wanita ini. Sehingga dengan begitu, dia tidak akan berani untuk bercerai. 

Penantian Dexter mengikatnya dalam suatu hubungan pernikahan telah lama. Setelah mendapatkan hal itu, mana mungkin akan dilepaskan. Jika perlu, dia akan menunjukkan identitas aslinya, agar mertuanya yang mata duitan itu tidak menolak dirinya lagi. 

Seharian Dexter telah memikirkan hal ini, asal dia bisa mendapatkan cinta Kaili, dia akan menunjukkan identitasnya. Membawanya tinggal di mansion yang sudah disiapkan sejak dulu, hanya untuk Kaili.

Dia harus menaklukkan wanita keras kepala ini, pikirnya. 

Ciuman Dexter berpindah ke leher jenjang Kaili, sambil mengecup tidak lupa dia meninggalkan tanda kepemilikannya dengan posesif. Kemudian mengecup kecil kecil tulang selangka indah wanita itu. 

Kulit Kaili begitu putih dan lembut. Setiap disentuh mampu membuat Dexter bagaikan tersengat listrik dengan kekuatan daya volt yang tinggi. Membuat dirinya selalu lupa diri. 

Oke, ini bukan sepenuhnya salah Dexter, siapa yang meminta kulit Kaili begitu halus dan lembut, begitu memabukkan jika disentuh dan tidak akan berhenti hingga tuntas. 

Dexter melihat Kaili dengan tatapan memohon, seakan ingin mengatakan, 'tolong berikan padaku', tapi kata itu pun tidak keluar. Malah kini kedua tangannya berpesta pora di 'bukit kenyal' itu. 

Memainkannya, memilin 'biji' yang sudah menegang di sana. Tidak ingin menahan diri, Dexter mengecup salah satu biji itu. Menjilatnya bagikan 'es krim'. 

Gerakan Dexter sangat lembut, tidak tergesa-gesa seperti saat dia mencium Kaili. Bibirnya yang basah sesekali menyesap kulit di 'bukit kenyal' Kaili. Tanpa perlu dilihat, Kaili sudah tahu besok dia akan melihat bulatan-bulatan yang tidak beraturan yang sudah berubah menjadi warna biru tua di sekitaran dadanya. 

'Aahh...'

Di luar kendalinya, Kaili mengeluarkan rintihan yang memalukan. Tampaknya Dexter berhasil membuat wanita ini menjadi sangat menikmati sentuhannya. Itu membuat suasana hati Dexter membaik. 

Menyadari hal itu, buru-buru Kaili menutup mulut. Wajahnya sangat memerah. Saat ini ingin sekali rasanya dia mengubur diri ke dalam tanah. Sangat malu. Tetapi, dia tidak bisa membohongi rasa nikmat yang disalurkan Dexter. Ada sesuatu yang muncul di dalam dirinya, Kaili tahu jelas itu apa. Karena dia pun sudah bukan anak di bawah 20 tahunan lagi. 

"Jangan ditutup, keluarkan saja!" Nada bicara Dexter lebih tepat dikatakan seperti memerintah. Tangan kekar pria itu langsung menyingkirkan tangan Kaili yang menutupi mulutnya.

Di bawah pengaruh sebuah rasa yang telah menggebu, Dexter sudah tidak bisa berpikir jernih lagi. Dengan mulut, tangan, lidahnya dan kepemilikan yang saling bergesek, Dexter menyenangkan Kaili. Dia sangat menginginkan Kaili. Pokoknya malam ini harus....  

Seketika, tidak tahu sejak kapan, keduanya sudah tidak memakai sehelai benang pun di tubuhnya. Dexter sudah melepas segala penghalang yang membuat matanya tidak bisa bermanja-manja melihat Kaili. 

Deg! 

Kaili bergetar. Dia masih sangat takut. Tetapi, melihat Dexter yang sangat menginginkannya, Kaili tidak ingin menolak. Apalagi dia sangat tidak ingin berpisah dari pria yang sudah dicintainya sejak 5 tahun lalu. Untunglah Dexter berlaku sangat lembut dan manis, sehingga perlahan-lahan, Kaili merasa sangat tenang. Bahkan masih dapat merasakan gejolak api gairah. 

Dexter melihat Kaili dari kepala hingga keseluruhan tubuhnya. Kaili yang ditatap seperti itu pun mendadak malu. Rona di wajahnya semakin banyak. 

Dexter tersenyum kecil, namun tidak menutupi pesona dari senyumannya. Seketika hati Kaili berdegub kencang. Kapan terakhir kali pria ini tersenyum padanya? Tampaknya sudah sangat lama Kaili tidak melihat senyum yang memabukkan itu. 

Dengan sangat lembut dan penuh kasih, Dexter mengecup kening Kaili, hingga ke mata, pipi, hidung, mulutnya beberapa saat, kemudiam kembali mengecup kecil-kecil seluruh tubuh Kaili. Kelembutan yang seperti ini, membuat Kaili merasa bagai berada di langit yang tinggi. 

Hingga kecupan itu berhenti di inti tubuh Kaili. Wanita itu menduga Dexter hanya akan mengecupnya kecil-kecil seperti kecupan yang dihadiahi kepada seluruh tubuhnya. Nayatanya, berbeda. Lidah Dexter malah masuk ke tengah-tengahnya, memisahkan mereka dua bagian. 

Sontak Kaili merapatkan kedua pahanya, hanya saja gagal karena kepala Dexter telah berada di antara selangkangannya. 

"Jangan menolakku, aku akan lembut!" 

Suara Dexter yang seperti ini menggetarkan hati Kaili, pria ini sejak kapan telah melepaskan aura dinginnya. Bahkan suaranya pun terdengar seperti memohon. 

Kaili menutup matanya rapat-rapat. Tidak berani melihat pekerjaan Dexter yang mempermainkan inti tubuhnya dengan lidahnya yang basah. 

Dexter tidak senang, tangannya pun menarik tangan Kaili. Matanya seakan menunjukkan protes, padahal baru beberapa menit yang lalu pria ini berbicara dengan begitu hangat. 

"Tangannmu letakkan di kepalaku! Jangan menutup mata walau sedetik pun!" ucapnya memperingati. Kemudian melanjutkan aksinya.

Benar, kini tangan Kaili semakin tidak beraturan menjambak rambut Dexter, seakan ingin menekan kepala pria itu semakin dalam. Dexter tau, wanitanya itu tidak lama lagi akan mencapai puncak gairahnya. Bahkan sesekali kaki Kaili bergetar dan bergerak tidak menentu.

"Jika ingin bersuara, bersuaralah. Di sini tidak ada siapa pun. Suaramu juga tidak akan sampai ke rumah tetangga yang ada di lantai bawah..."

"Aku—" Kaili menggigit bibir bawahnya. 

Sialnya Dexter semakin melancarkan aksinya, menjilat bahkan sekarang meresap hingga ke inti itu.

'Aahh...'

Karena aksi Dexter yang ini, Kaili aksinya mendesah kembali. Tetapi sialnya, dia melihat pria itu malah tersenyum sambil terus bekerja di bawah sana. 

Gairah demi gairah terus berlanjut. Tangan kecilnya semakin giat menjambak Dexter, sesekali tubuhnya terus bergerak tidak tentu arah. Hujaman demi hujaman terus diterimanya dari mulut, lidah dan tangan Dexter yang juga sesekali ikut menyelusup masuk. Kaili sungguh tidak tahan lagi. Semuanya terasa panas baginya. 

Semakin kakinya bergerak liar, maka semakin jelas Kaili melihat sorot mata Dexter yang bergairah. Melihat itu pun, sekujur tubuhnya sangat panas. Sensasi yang diberikan Dexter membuat Kaili tidak bisa berpikir lagi. Dia sangat panas. Dexter terus mempercepat lidahnya bermain di dalam. Semakin cepat dan terus cepat. 

Hingga akhirnya, pertahanannya pun terlepas... 

'Aaahhhh...' 

Seluruh tubuhnya bergetar, kakinya bahkan terangkat hingga ke pundak Dexter. Matanya berair, dan seketika Kaili lemah. Napasnya terengah-engah. 

Dexter pun akhirnya mengangkat wajahnya dan menatap Kaili dengan senyuman kecil yang nakal. Memeluk tubuh Kaili dan memberikan ciuman di telinganya.

"Tadi itu dinamakan sebagai puncak gairah," bisik Dexter lembut.