Kaili tidak langsung meminum obatnya, melainkan masih fokus memandangi Dexter.
Dexter menangkap pandangannya. Mata elangnya langsung berkilat, "Ada apa?" tanyanya.
"Aku... ah, tidak, tidak!" Kaili menggigit bibir bawahnya. Tapi tidak lama kemudian, Kaili langsung berbicara, "Itu ... kamu memakai pakaian di mana?"
Wajah Dexter langsung menggelap, kilat dimatanya semakin menajam. Kaili meneguk salivanya. Dia tahu, pertanyaannya tadi sangat konyol. Tidak seharusnya wanita itu bertanya demikian. Ini rumah Dexter, bukankah terserahnya jika mau memakai pakaian di mana pun. Kenapa Kaili harus sibuk.
"Kenapa?" tanya Dexter.
"Ah... tidak, tidak!" Kaili langsung menggeleng-gelengkan kepala dan menjauhkan wajahnya yang sudah sama seperti buah cherry matang, itu dari Dexter.
Dexter mencubit dagu Kaili dengan lembut. Sedikit mengangkat dagu runcing itu agar melihat ke arahnya.
"Kalau berbicara, jangan pernah tidak melihat mataku!" Perkataan Dexter bukan terdengar seperti permintaan, melainkan perintah.
"Uuh..." Kaili hanya bisa menggigit bibir bawahnya.
"Kenapa, apa kau ingin aku memakai pakaian di depanmu?" Walau perkataan ini terdengar seperti godaan, tetapi nada suara Dexter sangat angkuh, membuat Kaili ketakutan juga sedikit malu.
Namun, lagi dan lagi Dexter selalu saja lepas kendali. Melihat bibir Kaili yang bervolume, berwarna merah alami, lembut dan sangat manis, dia benar-benar mana bisa menahan diri ingin mengecupnya, menikmati kelembutan dan menghisap semua rasa manis yang tersimpan dalam bibir itu. Dexter mana bisa lupa dengan rasa itu.
Sedikit demi sedikit dia mencondongkan wajahnya pada Kaili. 10cm, 5cm, 2cm, hingga kini hidung mandung keduanya saling bersentuhan.
"Kamu ... kamu mau a-"
Saat mulut Kaili terbuka, Dexter mengambil kesempatan itu untuk mengecup bibirnya dan langsung menjelajah dinding gigi Kaili.
Dia sangat merindukan rasa manis dari bibir itu. Dia tidak pernah lupa gairah yang didapatkannya sejak pertama kali menyesap bibir merah ranum yang alami itu. Bibir Kaili yang begitu seksi benar-benar membuatnya candu.
Selama ini Dexter hanya hidup dalam fantasi liar, saat-saat membayangkan Kaili dan malam pertama mereka. Wanita ini, entah bagaimana caranya, benar-benar telah menarik Dexter ke dalamnya hingga sulit lepas. Walau malam pertama mereka dilakukan karena di bawah pengaruh amarah, serta Kaili saat itu di bawah pengaruh alkohol, tetap saja, Dexter tidak melupakan rasa itu.
Ingatan tentang malam pertama itu, gairah yang memenuhi hati, serta perasaan hangat yang didapat, bagaimana mungkin bisa dilupakan.
Kini, dia telah menjadi istrinya. Dexter tidak perlu lagi berfantasi liar karena kenangan itu. Sekarang kapanpun dia bisa melakukannya.
Dengan rakus, Dexter mengesap bibir Kaili. Tidak diberinya izin wanita itu untuk melepaskan ciumannya. Dexter harus membuatnya menyerah dan berhenti melawan. Rasa ini telah lama dinanti. Bertahun-tahun lama.
Bibir keduanya saling bersentuhan, membuat hati mereka saling bergetar dengan sebuah rasa yang sulit dimengerti. Dexter langsung menimpanya. Membuat gadis itu kini tertidur di bawahnya.
Satu gerakan perlawanan pun tidak diizinkan Dexter dilakukan wanita itu. Semakin Kaili memberontak, semakin kuat Dexter menekannya. Serta gairah yang timbul pun semakin bangkit membara.
Dexter menahan kedua tangan Kaili di atas kepalanya dengan menggunakan satu tangan. Sementara tangan lainnya mulai melancarkan sentuhan ke bulatan kenyal yang ada di dada Kaili. Kaki Kaili yang melakukan perlawanan, di kunci rapat dengan kedua kakinya, hingga tanpa sadar, kepemilikannya sering bergesekan dengan kepemilikan Kaili.
Dexter tidak memperhatikan rasa frustasi Kaili. Wanita itu sungguh masih ketakutan. Masih trauma atas kejadian yang menimpanya. Benar, Kaili tidak tahu bahkan tidak melihat bagaimana pria yang tidak bertanggung jawab itu merebut kesuciannya, tetapi walau demikian, kejadian malam itu tidak bisa dianggap tidak pernah terjadi dalam hidupnya.
"Ummp.... Ummpp..." Dexter benar-benar mengunci mulutnya. Tidak mengizinkan dia bernapas sedikit pun. Kepemilikan mereka berdua yang saling bersentuhan, menimbulkan hasrat yang membakar seluruh tubuh keduanya. Pipi Kaili memerah sempurna, bagaikan bunga kelopak mawar merah.
Kaili sadar, gerakannya yang melawan membuat kepemilikan keduanya saling bergesek, sehingga dia hanya bisa meluruskan kaki, agar tidak menimbulkan gerakan yang membakar seluruh tubuhnya.
Sementara itu, Dexter masih setia mengecup bibir Kaili, lidahnya berusaha masuk ke dalam. Ingin menarik, menautkan lidahnya dengan lidah wanita yang berada di bawahnya itu. Sialnya, wanita sangat keras kepala. Tetapi Dexter tidak berhenti sampai di situ saja.
Semakin Kaili menolak mengizinkan lidah Dexter memasuki mulutnya, semakin liar kecupan Dexter. Dia sama sekali tidak peduli dengan perlawanannya. Dexter semakin memperdalam ciuman ini. Seakan ingin menunjukkan, bahwa dia benar-benar menginginkan wanita ini. Hanya saja tampaknya si wanita tidak ingin bekerja sama, membantunya menuntaskan hasrat yang menggebu.
Ciuman yang seperti ini baru kali pertama dirasakan Kaili. Walau dirinya sudah melepaskan keperawanan, namun dia sama sekali tidak memiliki pengalaman. Semua hal ini masih baru baginya. Dia tidak pernah berciuman, jika tidak Dexter dulu mencuri-curi ciumannya. Tapi ciuman meraka dulu tidak sepanas ini, tidak begitu liar dan fokus seperti ini. Dibilang ciuman, malah lebih tepat jika disebut 'asal sentuh'. Kaili sangat heran, binatang apa yang sedang merasuki Dexter kali ini, Kaili tidak tahu Hanya satu yang Kaili tahu, dirinya benar-benar sudah tidak bisa kabur.
Jika memang malam ini Dexter meminta haknya, Kaili hanya bisa pasrah. Lagi pula bukankah selama ini dia sangat ingin melupakan kenangan kalbu tentang malam 5 tahun yang lalu? Mungkin dengan begini akan lupa.
Kaili pun tidak lagi melakukan perlawanan. Diam-diam dia hanya bisa menikmati sentuhan panas yang dipercikkan Dexter ke seluruh tubuhnya. Tetapi dia masih tidak tahu bagaimana harus membalas ciuman Dexter. Dia diam dan tidak melawan, tampaknya sudah pemberian yang luar biasa. Itu batasnya, sebagai pemula. Dia pun malah lemas karena ciuman Dexter yang membangkitkan api di dalam tubuhnya.
Dexter kerap kali menarik-narik lidah Kaili, seakan ingin mengajaknya menari bersama di dalam. Sesekali dia menuntut protes dengan cara menggigit lidah wanita itu ketika hanya diam saja. Dexter, benar-benar seakan menghisap semua keindahan Kaili. Tidak tahu kenapa, bibirnya sangat menggoda Dexter. Merah muda yang alami, rasanya yang lembut ketika dikecup, serta selalu memberikan varian manis dalam setiap hisapan.
Awalnya Dexter hanya ingin mengecup sekilas saja, namun siapa yang menyangka ketika bibir mereka bersentuhan, dia benar -benar tidak bisa berhenti. Ciuman yang sangat bertenaga dan dalam, seperti orangnya, sombong, dingin dan kesepian.