Chereads / 36 Cara Mengejar Cinta Istri / Chapter 23 - Seperti merangkulnya!

Chapter 23 - Seperti merangkulnya!

Mata Kaili semakin turun ke bawah, dada bidang Dexter yang masih sedikit basah semakin membuatnya terlihat semakin seksi.

5 tahun yang lalu, saat dirinya frustrasi dan pergi mabuk-mabukan, dia malah berakhir tidur dalam dada telanjang pria ini. Tidak hanya itu saja, tanpa rasa enggan kala itu, Dexter, memakai pakaiannya di depan Kaili. Namun siapa yang menduga bahkan setelah 5 tahun, tubuh pria ini semakin bagus, semakin padat dan terlihat kekar. Dadanya bagaikan susunan bata yang terpahat teratur.

Tetapi hanya sesaat saja pikiran Kaili berkelana, dengan cepat jiwanya kembali ke kenyataan sekarang. Dari hubungan yang begitu dekat, kini mereka berdua sangat jauh. Seperti api dan air, mustahil bila disatukan. 

Di samping itu, ada hal yang membuat Kaili menjadi sangat tidak percaya diri. Selalu merasa bahwa haknya untuk mencintai telah kandas. Dia sangat tidak pantas. Setiap kali ingatan tentang malam saat 'pria' yang tidak dikenali merenggut kehormatannya di malam perjamuan, saat itu juga rasa percaya diri dan keangkuhan yang ditanamnya meredup. 

Tidak ada Kaili, yang seperti dulu lagi. Kini dia hanya menjadi sosok yang sangat tidak percaya diri, terutama dalam hal cinta. 

Dexter diam-diam memperhatikan ekspresi wajah Kaili yang mendadak murung, membuat keningnya kembali berkerut. 

Dexter mendekati ranjang, mencondongkan tubuhnya ke arah Kaili. Hal itu membuat Kaili tersentak dari pikiran masa lalunya.

"Ah, maaf! Aku akan keluar sekarang. Kamu... Maaf, aku tadi sudah mau keluar. Silakan pakai pakaianmu," ucap Kaili dan beranjak. 

Dexter tidak mencoba menahannya, ekspresinya masih sama, seperti manusia dengan kelumpuhan saraf wajah.

Namun, saat Kaili hendak berdiri, tiba saja pemandangan gelap. Matanya berkunang-kunang. Semuanya seakan goyang.

Apakah sedang datang gempa? Tanyanya dalam hati sambil memijat jidatnya. 

Dexter selalu memperhatikannya sejak tadi dan kini dia sudah siap di belakang Kaili, jika-jika wanita itu jatuh pingsan. Jika tidak, Dexter tidak perlu repot-repot untuk membantunya. Dia pun terlalu malas kalau meminta Kaili harus duduk saja. 

Memangnya kenapa kalau dia tetap di sini sementara Dexter pakai baju, bukankah mereka suami dan istri? Kenapa harus malu? Apakah dia sangat ingin membuat jarak denganku, pikir Dexter. 

Ketika pemikiran yang demikian muncul di kepalanya, Dexter melangkah mundur. Mendadak hatinya panas. Amarah tersirat di dalam. Jika Kaili berpikir begitu, untuk apa juga dia harus peduli. Dia pingsan, itu kan salahnya, tidak ada yang memintanya pergi, ucap Dexter dalam hati.  

Namun, baru dua langkah dia mundur, Kaili sudah hampir ambruk ke belakang. Secara spontan, Dexter menangkapnya. Mata mereka bertemu, sangat dekat. Mata sipit Dave yang setajam elang itu menatap pupil mata hijau milik Kaili. Dalam sorot mata Kaili yang bersinar bagikan giok, muncul wajah tampan Dexter.

Kaili tidak segera menghindar, walaupun kini ada kesempatan baginya untuk berdiri tegak, tetapi dia membuang kesempatan itu. Biarkan saja, jika hanya dengan cara yang seperti ini dirinya bisa berdekatan tanpa jarak dengan Dexter, maka dia sangat rela terjatuh berkali-kali dan berlabuh pada dada bidang suaminya. Ya, dia memang sangat egois! Jika bukan karena keegoisannya, mana mungkin dulu mulutnya yang terlihat lembut itu mengucap caci maki pada Dexter. 

Memikirkan kesalahannya dulu, hati Kaili berdenyut. Perih rasanya! Padahal kan dia yang mengumpat makian, bukan yang menerima makian.

Tanpa berbicara, karena sejak tadi Dexter telah melihat manik mata Kaili yang lelah, dia langsung menggendongnya ke atas tempat tidur. Kaili sangat bingung dengan perlakuan Dexter saat ini. 

"Terima kasih. Tetapi aku baik-baik saja. Aku harus keluar. Kamu kan mau pakai pakaian? Aku tidak akan membuatmu menunggu," ucap Kaili dan kembali bangkit. 

Dexter menatapnya dengan pandangan dingin. Ekor mata elangnya selalu menatap tajam pada Kaili, seakan ingin memberi tahu, kalau kamu berani bergerak, aku akan mencakarmu!

Ditatap seperti itu, membuat nyali Kaili ciut. Dia duduk dengan tenang kembali dan tidak melakukan pergerakan.

Masih belum memakai baju, handuk pun masih melilit pinggangnya, Dexter pergi keluar kamar.

'Mungkin dia ingin memakai baju di ruang tamu,' pikir Kaili. Wanita itu pun merenggangkan kaki, ingin kembali tidur. 

Tidak lama kemudian Dexter kembali. Membawa satu set peralatan mekan. Kaili tersentak dan langsung duduk, seperti seorang anak perempuan kecil yang ketahuan mengutip kelopak bunga kesayangan ibunya.

Dexter melihat hal itu, tetapi tidak memedulikannya. Dia malah berjalan ke sofa, kemudian membuka 'paper bag' yang dibawanya tadi. Mengambil bungkusan di dalamnya, mengeluarkan isinya dan menata di piring. 

Masih tanpa berbicara sepatah kata pun, dia malah menggendong Kaili kembali ke sofa, di depan makanan yang sudah tersedia. 

"Ah, ini...?" Kaili menatap Dekter dengan penuh bertanya-tanya. Dia sangat tidak mengerti. Bukankah Dexter saat ini sedang marah kepadanya? Terlebih lagi sikap orang tuanya di pagi hari yang jelas-jelas sangat merendahkan pria itu. 

Kaili meneliti ke kedalaman mata Dexter, seakan ingin mencari jawaban dari kebingungan yang melandanya. Tapi, ekspresi pria itu selalu saja seperti itu. Dingin, tenang, tidak ada ekspresi apa pun.

Tidak bisa ter dikte, dia sedang marah, senang, bahagia, kesal, emosional, sakit hati, dan yang lain. Benar juga, pria ini kan terlahir dengan wajah yang lumpuh saraf.

"Makan!" ucap Dexter, masih dingin, tetapi tidak terdengar emosi di dalamnya. 

"Eh, iya, iya. Aku akan makan."

Kaili pun makan dengan sangat lahap, tanpa memedulikan Dexter. Sejak pulang dari pernikahan, dan dibawa ke sini, hingga sekarang, satu suap nasi aja tidak masuk ke perutnya. Dia benar-benar lapar. Ada nasi begini yang bisa dimakan, sangat bagus sekali. 

Setelah menghabiskan semua makanannya, Dexter meletakkan kontongan plastik ke samping Kaili. Kaili langsung tersadar, bahwa di tempat ini tidak hanya ada dirinya seorang, melainkan ada suaminya. Sialnya, ketika makan dia malah melupakan kehadiran suaminya.

Tapi yang paling membuat tidak kalah terkejut adalah, saat ini Dexter sudah memakai baju santai kasual yang lengkap. Pria ini, di mana dia pakai baju? Pikir Kaili. 

Wajahnya tiba-tiba memerah. Memikirkan kemungkinan bahwa Dexter memakai baju di ruangan yang sama saat dia makan. Artinya, tadi pria itu telanjang di dekatnya tetapi Kaili tidak menyadari hal itu. 

"Minum obat ini. Di sana sudah kutulis dosisnya!" ucap Dexter, dan duduk di samping Kaili. 

Kedua tangannya terlentang di kepala sofa. Jika Kaili bersandar, artinya Dexter seperti merangkulnya bukan? Pria ini semakin sulit dimengerti, pikir Kaili.