Dexter melihat tubuh Kaili gemetaran, hal itu semakin membuatnya sangat kesal. Sebenci apa wanita ini padanya, hingga menolak sampai sebegitunya, batin Dexter.
Ia menggertak gigi, menandakan adanya amarah yang menyulut. Dengan kasar Dexter menarik Kaili agar duduk di pangkuannya. Mata elang sipitnya menatap dengan tajam, bagaikan elang yang siap untuk mematuk apa pun yang menghalangi jalannya dengan mulut yang runcing.
'Gleg!' Kaili meneguk air liurnya.
"Dexter... A-aku..." Nada suara Kaili terdengar bergetar, bibir bawahnya juga seakan memperjelas hal itu, karena ikut bergetar. Wajah Kaili sangat memucat. Dia benar-benar trauma atas kejadian yang terjadi padanya 5 tahun lalu.
Dexter menatap Kaili dengan angkuh. Bagaimana pun kini penampilan wanita itu, tidak memengaruhi isi hatinya untuk sedikit tergerak memberi rasa iba. Dexter mengangkat tangannya dan membelai pipi Kaili. Jari-jarinya yang panjang membelai setiap inci tulang pipi wanita yang kini sudah pucat pasi tersebut. Tangannya yang dingin, membuat tubuh Kaili semakin menggigil.
Kaili yang kini berada di atas pangkuan Dexter karena dipaksa, dapat merasakan dengan jelas tubuh wanita itu bergetar hebat, wajah putihnya semakin memutih saja dengan sayu. Hal itu semakin membuat amarah Dexter membara. Memangnya dia hantu, sampai-sampai Kaili harus begitu takut menghadapinya? Apa yang ditakutkan? Apakah karena Dexter mengatakan agar melayaninya? Wanita ini sangat tidak rela berhubungan badan dengannya. Itulah yang tangkap Dexter dari sikap Kaili.
Akhirnya, ujung jari panjangnya berhenti di bibir Kaili. Dengan belaian samar dan berat, bibir tipis Dexter hinggap di cuping telinga Kaili. Sontak Kaili hampir melompat, tetapi dengan siaga tangan kekar Dexter siap menahan tubuh mungil Kaili dan semakin membuat jarak keduanya sangat dekat. Kini tangan Kaili di dada bidang Dexter. Mata mereka pun saling bertemu.
Mata hijau milik Kaili, bagaikan pahatan giok terlihat sangat berkilau, menatap mata hitam Dexter yang masih tetap tidak berubah ekspresinya.
"A-aku..."
"Ssstttt... Istri kesayanganku, jangan banyak bicara." Dexter meletakkan jari telunjuknya yang ramping di tengah bibir Kaili.
Kaili merasa sangat tidak nyaman. Satu tangan Dexter berada di pinggang rampingnya, dan satu lagi tangan itu berada di mulut.
Jika malam ini Dexter memang memaksanya melakukan hal itu, mau tidak mau Kaili harus melakukannya. Itu memang terjadi. Mereka sudah menikah, dan itu wajar. Mungkin dengan begitu rasa trauma Kaili akan segera hilang. Sejak memutuskan dan menyetujui permintaan ayahnya untuk segera menikah, Kaili sudah mempersiapkan hati tentang hal ini, tetapi kala hari itu terjadi, ternyata dia masih belum cukup kuat. Rasa trauma itu masih saja menghantuinya, walau pada saat itu terjadi dia tidak sadar sama sekali, namun saat memikirkan bahwa dirinya telah diperkosa membuat kejiwaan Kaili sedikit terguncang.
Setidaknya ini adalah Dexter, pria yang dicintainya sejak 5 tahun lalu, bukankah jauh lebih bagus dari pada harus melakukan hal itu dengan Peter, jika yang dia nikahi hari ini adalah Peter.
Dexter mengamati Kaili dalam-dalam, rasa gugup wanita itu semakin menjadi-jadi. Bahkan kaki Dexter pun itu bergetar karena Kaili yang gemetaran di atas pangkuan Dexter.
Dexter tidak tahu bahwa sejak malam panas itu terjadi, Kaili merasa sangat terpukul. Kini Kaili yang ketakutan, diangga Dexter adalah sebagai penolakan sehingga membuat mata jiwanya buta disulut api amarah.
"Dexter... Ji-jika kau..."
"Hmmpp... Ada apa istri kesayanganku?" jawab Dexter dingin, tanpa mengubah ekspresi datarnya.
"A-aku ... Maksudku, jika kau ingin melakukannya, boleh tidak tunggu aku mandi? Aku sangat tidak nyaman..."
"Kenapa? Kau sangat ingin mendorongku jauh-jauh? Tidak ingin melihatku, begitu? Atau mungkin saja alergimu akan kumat jika dekat denganku?" tanya Dexter, dia masih tetap menyentuh bibir Kaili.
"..." Kaili hanya mampu meneguk salivanya saja. Benar, semua yang baru saja dikatakan pria bermata sipit bagaikan elang itu benar. Dulu, Kaili tanpa perasaan mengatakan hal itu. Walau hanya Tuhan yang tahu tujuan Kaili mengatakan demikian.
"Kau istriku, jadi tunggu apa lagi? Lakukan sekarang!" ucap Dexter dan kembali duduk dengan terhormat di sofa itu. Dia menyandarkan badannya ke punggung sofa.
Kaili menarik napas dan membuangnya dengan kasar. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya? Sejak tadi Kaili hanya bisa memainkan jarinya sendiri.
"Bukankah kau ingin mandi? Kau tidak akan mandi jika tidak melakukan hal itu!"
Mata Kaili membulat. Dia bisa mendengar dengan jelas kesungguhan dari perkataan Dexter.
Baiklah, sudah tidak ada jalan lagi untuk melarikan diri, gumam Kaili dalam hati. Tetapi dia masih tidak mengerti harus dimulai dari mana. Kaili benar-benar tidak memiliki pengalaman itu. Selama ini, membayangkan tentang malam kalbu itu saja membuatnya mual.
Wajah Kaili memerah. Tangannya pun mulai gemetaran. Dexter mengambil tangan Kaili dan meletakkannya di dadanya. "Bantu aku membuka bajuku," perintahnya.
Kaili hanya menatap Dexter dengan pandangan nanar. Jari-jari lentiknya mulai menyentuh kancing baju Dexter. Walau pun pria itu tadi habis mandi, dia tetap mengenakan baju kemeja. Terlihat jelas jari lentik itu bergetar sangat hebat. Dan Dexter murka karena itu.
"Masih tidak mau?" ulang Dexter. Dia sangat mendesak. Tanpa jawaban Kaili terus membuka kancing baju Dexter hingga kini sudah di kancing ketiga.
Dexter langsung mendorong Kaili ke sampingnya, hingga wanita tersebut tertidur di sofa. Dexter mencondongkan badannya ke depan Kaili dan menyentuh dagunya. Perlahan mengecup bibir Kaili dengan lembut. Tetapi aksi Dexter ini sangat tiba-tiba, Kaili tidak siap, sehingga tanpa sadar melakukan penolakan.
Dexter menarik tangan Kaili dan meletakkannya di atas kepalanya. Semakin Kaili melawan, semakin membuat Dexter murka.
Hingga saat Dexter melepaskan ciumannya, Kaili menjerit histeris. Air matanya pun mengalir deras. Dexter langsung terpaku.
'Wanita ini sangat bersikeras menolakku. Kapan kau melirikku? Gumam Dexter.
Melihat Kaili yang demikian, minatnya pun hilang. Dia bangkit dengan kasar, merapikan bajunya dan pergi keluar tanpa sebuah kata.
' Blaaamm...!!!' Dexter membanting pintu dengan sangat kuat saat hendak pergi.
Tadinya Kaili pun ikut terkejut saat Dexter tiba-tiba bangkit, dan sekarang suara pintu yang dibanting kuat semakin membuatnya terkejut. Terpaku dan diam.
Air mata pun kini membanjiri pipi Kaili. Padahal dulu hubungan mereka sangat baik. Dexter penuh kehangatan dan selalu saja menggoda Kaili. Kini pria itu sudah tercipta menjadi pria paling kejam yang pernah ditemui Kaili. Dalam satu hari ini, Dexter telah berkali-kali melukai hatinya.
Bolehkah kembali ke masa lalu, saat mereka pertama kali bertemu, saling menggoda dan bahkan terlihat serasi saat menjadi pengiring pengantin saat pernikahan Hans dan Achiera. Yang mana Kaili adalah sahabat mempelai wanita, dan Dexter sahabat Hans, mempelai pria.
Tapi tampaknya itu akan sangat mustahil. Semua yang terjadi sekarang, terhadap perubahan sikap Dexter, itu bermula kan dari Kaili. Maka dia juga yang harus menanggungnya.