Perkataan Dexter sangat jelas, cukup membuat Kaili mengerti maksudnya. Bagaikan belati, langsung menancap tepat di hatinya. Meringis! Kaili kesakitan mendengar itu. Apakah bahkan dirinya tidak berhak mengenal satu saja pun dari anggota keluarga suaminya?
"Ke-kenapa? Memangnya akan jadi bencana besar jika aku mengenal keluargamu? Aku—"
Belum sepenuhnya Kaili menyelesaikan perkataannya, Dexter sudah menyeka, "Kaili .... aku tahu maksudmu. Aku sangat jelas dengan keinginanmu, tetapi yang aku katakan tadi bukan diskusi, jika kau ingin mempersingkat pernikahan kita, silakan cari tahu! Aku tidak bisa menghentikanmu untuk mencari apa yang ingin kau ketahui."
Deg!
Kaili mengepalkan tangannya. Dia baru sadar, ternyata dia sama sekali tidak mengenal Dexter.
"Kenapa?" Kaili tetap bersikukuh, dia juga bukan sedang mengajak Dexter untuk berdiskusi. Dia ingin mengenal keluarga Dexter, itu tidak dapat dibantah.
Dexter memandang Kaili dengan acuh, kemudian menggerakkan bibirnya, "Tidak ada alasan spesifik. Yang aku katakan sudah aku katakan! Itu sangat jelas, tidak mungkin kau tidak mengerti."
Kaili menggenggam tangannya erat, hingga kuku panjangnya menembus kulit telapak tangannya. Dia tidak ingin berhenti, tetapi juga tidak ingin membuat Dexter marah. Dia harus bagaimana? Apakah harus diam saja? Sebenarnya dia menikah dengan orang yang seperti apa? Bahkan setelah pengenalan 5 tahun, kenapa dia baru menyadari bahwa sedikit pun, Kaili tidak mengenal Dexter. Sangat sedikit tentang pria ini yang diketahuinya. Selain nama dan pekerjaan, tampaknya tidak ada yang lain lagi.
"Baik! Aku tidak akan mencari tahu tentangmu. Semua yang kau katakan, akan aku sanggupi, tetapi .... setidaknya, berilah aku sedikit muka, jelaskan alasannya padaku, tidak bisakah? Sikapmu yang seperti ini membuatku berpikir, apakah aku menikahi suami orang?"
Selama bertahun-tahun, baru kali ini Kaili memohon padanya, membuat Dexter pun tidak tega. Dia menyandarkan tubuhnya di punggung kursi, melipat tangannya di dada, bibirnya yang tipis perlahan terbuka, "Katakan apa yang ingin kau ketahui tentangku?"
Wajah Dexter terlihat serius. Kaili tidak menyangka kalau Dexter akan menyanggupi dengan mudah. Mendadak dia bingung ingin mengatakan apa.
"Eh...." Kaili menggigit bibir bawahnya.
"Tidak ada?" Dexter seakan mendesak.
"Ada, ada! Itu .... bisakah kau mulai bercerita tentang dua wanita yang kau katakan tadi? Dan berceritalah sedikit tentang dirimu."
"Ibuku meninggal saat melahirkan aku, dan ayahku menganggap kalau aku adalah pembunuh ibuku. Beliau sangat terpukul. Cintanya pada ibuku membuatnya menjadi pria yang kesepian selama bertahun-tahun dan tidak menikah. Saat aku berumur 5 tahun, aku bertemu seorang wanita yang sangat cantik dan lembut hatinya. Dia adalah guruku. Aku merasa dia cocok untuk ayahku yang kesepian, sehingga aku membuat rencana jahat, dan menyatukan mereka.
Hingga memang pada akhirnya, mereka menikah, tetapi sikap ayahku padanya tidak pernah baik. Dia bahkan tidak menganggapnya sebagai istri. Ayahku sangat dingin padanya. Tetapi wanita itu tetap mengasihiku. Tidak peduli bagaimana ayahku memperlakukannya, dia tetap menjadi wanita anggun yang baik dan lembut. Seorang wanita muda, menikah dengan pria yang memiliki seorang anak, dan ditambah lagi pria itu tidak pernah bersikap lembut padanya. Walau tidak kasar, tetapi ayahku tidak pernah menganggapnya istri."
"Jadi, bagaimana keadaan ibu tirimu sekarang? Apakah dia tetap bersama ayahmu?"
"Dia wanita yang sangat baik, dan dia setia di samping ayahku. Walau ayahku tiap malam mengigau nama ibuku, dia tetap menemaninya. Sampai sekarang, sikap ayahku tidak berubah padanya! Dan aku selalu merasa bersalah padanya. Karena aku egois, dia malah hidup dengan pria berhati yang hatinya telah membeku."
Gleg! Kaili meneguk air liurnya.
Bukankah dia seakan menceritakan akhir kisah kami? Apa dia juga tidak sadar, sikapnya sangat dingin seperti kutub es. Pikir Kaili.
"Apakah kau punya saudara tiri?"
"Hu'um.... Dan aku juga pelakunya agar mereka bisa tidur bersama."
"Apa? Maksud kamu?"
"Aku membuat keduanya mabuk, dan berakhir tidur bersama. Aku pikir dengan memiliki anak, ayahku akan sedikit meliriknya, ternyata sama saja."
Kaili sangat shock. Pria ini, bagaimana bisa memiliki pikiran yang sangat picik?
"Kau berumur berapa tahun, saat merencanakan hal itu? Tidakkah kau berpikir bahwa itu perbuatan orang dewasa?"
"Berumur 7 tahun."
Kaili : "..."
Berumur 7 tahun, tetapi sudah mengerti tentang hubungan suami istri? Kaili sangat tidak menduga.
"Ah... Baiklah. Aku mengerti." Kaili memijit pelipisnya.
"Dan..... saat ini aku juga sedang membuatnya sedih." Wajah Dexter terlihat sangat serius dan sedih. "Padahal aku selalu berjanji pada diri sendiri, bahwa akan menjadi anak yang berbakti padanya, sebagai penebus dari kesalahanku."
"Apa? Apa yang kau lakukan?"
Mendadak Kaili menjadi sangat takut, tanpa alasan. Dilihat dari raut wajah Dexter, sepertinya itu adalah hal yang sangat serius.
"Dia pernah hamil kedua kalinya, tetapi karena menyelamatkan aku dan adikku (tiri) dia kehilangan janinnya, yang seharusnya jika lahir akan menjadi seorang wanita yang sangat cantik. Ibuku sangat menyukai anak perempuan. Keguguran itu membuatnya bersedih, hingga .... temannya datang, membawa seorang anak perempuan kecil berumur 5 tahun. Dia sangat menyukainya karena memang anak kecil itu sangat manis, tingkahnya lucu. Orang tua anak perempuan itu sangat sibuk, membuat anak perempuan yang berumur 5 tahun tadi selalu kesepian. Ibuku menawarkan diri untuk merawatnya, dengan alasan dia hanya di rumah saja.
Orang tua anak perempuan itu setuju, sementara ayahku juga tidak peduli. Hingga dari umur 5 tahun, anak kecil itu hidup di keluarga kami. Dia mendandaninya, temannya ke mall, teman memasak, memanjakannya, mendidiknya menjadi wanita yang anggun dan bijaksana. Apa kau tahu siapa wanita itu?" Di akhir ceritanya, Dexter bertanya.
Kaili hanya menggeleng kepala dengan tampang penasaran.
"Wanita itu adalah Silvia!"
Boom!
Seketika langit yang dijunjung Kaili serasa menimpanya. Tubuhnya menggigil. Jiwanya seakan terbang melayang, enggan untuk kembali.
Dia berpikir kisah itu hanya cukup sampai di situ, ternyata masih ada kelanjutannya.
"Ibuku bertanya pada Silvia, apakah dia menyukai salah satu dari kami, aku dan adikku. Ibuku menjanjikan, siapa pun yang disukai Silvia, dia akan membantunya agar bisa bersama dengan orang itu. Silvia berterus terang, kalau dia menyukaiku. Ibuku datang sendiri padaku, meminta agar aku setuju untuk menikah dengan Silvia. Aku yang telah menghancurkan hidupnya, mana mungkin menolak. Hingga .... perjodohan pun dilakukan."