Di bawah pengaruh alkohol, sentuhan Dexter membuat Kaili bergidik, dan berkali-kali mnegerang nakal. Erangan Kaili, membuat kepemilikan Dexter mengeras.
Antara emosi dan hasrat, menyatu di hati Dexter. Dia lelaki yang normal, tetapi saat ini dai juga sangat membenci Kaili. "Baiklah... ini adalah hukuman bagimu, karena sudah menghinaku, nona besar," gumamnya. Artinya, Dexter telah mengambil keputusan.
Dexter mengecup setiap inci demi inci tubuh Kaili, dan tidak pernah lupa meninggalkan bekas dari setiap kecupan panas itu.
Tidak ingin menunggu lama, bertahap setelah dari perut, akhirnya Dexter pergi menuju area inti tubuh Kaili, Tempat kehormatan nya berada.
"Kaili... lihatlah, siapa aku." tanya Dexter, seakan-akan ingin minta izin sebelum seutuhnya memilikinya.
"Kamu... kamu adalah lelaki yang aku ceritakan tadi. Lelaki berengsek itu, Dexter!! Lelaki yang sangat aku benci!"
"Sangat bagus kalau kau mengenaliku. Baiklah... mulai sejak hari ini, bencilah aku! Jika kau membenciku karena hal ini, bukankah sangat masuk akal? Sekarang aku pantas mendapatkan itu. Satu-satunya cara agar kebencian mu beralasan, aku harus melakukan ini." Dexter tidak peduli saat ini Kaili sedang dalam pengaruh alkohol. Yang faktanya saja, siapa pun pasti tidak sadar dengan setiap kata yang diucapkan.
"Tetapi, bukankah alam bawah sadar seseorang adalah kejujuran yang sesungguhnya!?"
Itulah yang Dexter tahu, bahwa Kaili benar-benar membencinya dan dia harus berjuang melakukan sesuatu hal yang dapat mendorong Kaili membencinya hingga ke tulang-tulang.
"Dulu... Aku pernah berkata bahwa malam pertamamu akan kita lakukan di saat hari yang paling indah, dan tentu saja di atas keinginanmu. Aku ingin kau mengenang malam berharga itu. Aku akan memberikanmu pengalaman yang terindah, karena itu akan sama-sama menjadi malam pertama kita. Tetapi sepertinya, kini aku harus mengingkari perkataanku sendiri. Maaf Kaili, bencilah aku...." ucap Dexter lalu mencoba menyatukan dirinya.
"Sial, kenapa sangat sakit? Kenapa sangat susah? Ini tidak seperti flim-flim panas yang aku tonton," umpat Dexter.
Tetapi dia tidak akan berhenti sampai di situ saja, hasrat buasnya telah bangun dan minta dipadamkan.
Dengan hati-hati dan berusaha untuk menjadi lebih lembut, walau tanpa pengalaman sebelumnya, dan hanya asli mengikuti naluri kelelakiannya saja, Dexter mencona mendorong-dorong kepemilikannya, mencoba menerobos pertahanan milik Kaili.
Dan.....
Jleeeeebbbbb.... Akhirnya kubu pertahanan milik Kaili pun dipecahkan Dexter, darah keperawanan pun keluar.
Dari bawah alam sadarnya, Kaili sedikit mengaduh kesakitan, itu terlihat jelas dari pelupuk matanya yang mengeluarkan air.
Dexter mengecup mata Kaili dengan lembut. Juga, mengecup setiap sisi wajahnya. Mengelus lembut rambutnya. Jauh di dasar hati Dexter, dia sebenarnya sangat tidak rela jika harus menjadi penjahat. Dia sangat menghormati wanita, karena pengorbanan yang besar yang didapatkan dari ibunya. Tetapi jika hal ini yang bisa menarik Kaili ke sisinya, maka kenapa tidak dilakukan saja? Jika Kaili datang, dan meminta pertanggungjawaban, dengan suka rela Dexter akan menyetujui. Sampai saat ini, cinta itu masih sangat dalam tercipta buat Kiali.
"Maafkan aku, tetapi inilah satu-satunya cara agar kau menerimaku. Setelah ini kebencianmu pun akan semakin besar, dan aku siap menerima itu karena aku pantas mendapatkan nya."
Hingga pada akhirnya sampai lah Dexter pada puncak kenikmatan nya. Dia mengerang karena merasakan puncak kegilaan yang akan mencapai batasnya...
"Aaaarrrrgggghhhhh...." Dexter mengeluarkan benih-benihnya di dalam Kaili.
"Maaf kan aku, Kaili. Aku gelap mata..." ucap Dexter lalu mengecup lembut kening Kaili.
Setelah itu, tidak ingin menunggu lama, Dexter pergi meninggalkan Kaili dalam keadaan berantakan serta telanjang. Hanya menutupinya dengan selimut putih.
Sebelum Dexter pergi, dia meninggal sebuah kertas bertuliskan, "SETELAH INI, KEBENCIANMU PUN BERALASAN!"
-Flashback off-
Setelah kejadian itu, Dexter merasa sangat menyesal, dan ingin mengatakan yang sebenarnya pada Kaili, tetapi kesempatan tidak pernah ada. Apalagi... Setelah kejadian itu, mereka tidak pernah bertemu. Kaili benar-benar menjauh darinya. Hingga, mereka bertemu di ruang operasi. Kaili mengalami kecelakaan. Sepenuh hati, dengan rasa gemetar, Dexter membedah Kaili. Mengerahkan seluruh kemampuan agar wanita yang dicintainya itu tetap bisa bernyawa.
Siapa yang menduga, setelah Kaili, pulih, hubungan mereka berdua semakin merenggang. Penghinaan demi penghinaan terus bersenandung di telinga Dexter, dan itu didapat dari Kaili.
Dexter menghisap rokoknya untuk terakhir kali, lalu membuang puntungannya begitu saja.
Ini seharusnya menjadi malam pengantinnya. Bagi pasangan normal, seharusnya saat ini adalah hal yang paling membahagiakan. Berbagai jenis ungkapan cinta, seharusnya berdendang, tapi siapa yang menduga, bahwa hal ini yang terjadi.
Dexter mengacak rambutnya sendiri, kemudian menyalakan mesin mobil dan pergi. Entah ke mana, dia juga tidak tahu. Hingga tanpa sadar, mobil itu melaju dan berhenti di depan pintu masuk apartemennya.
"Astaga... kenapa aku ke sini?" gumam Dexter begitu sadar. Dia takut kembali, lebih tepatnya takut akan bertindak kasar pada Kaili.
Dexter mengambil waktu beberapa menit untuk berpikir, saat sudah menemukan jawaban, yaitu pergi lagi, satpam penjaga gedung apartemen yang ditempatinya, datang menghampiri.
"Tuan Dexter, saya perhatikan sejak tadi Anda sudah di sini, tetapi kenapa tidak masuk? Atau ingin pergi lagi?" tanyanya.
Dexter hanya memasang tampang seperti biasanya. Senyum sedikit, tanpa bicara dan malah masuk ke apartemen.
"Kenapa aku malah masuk?" gerutunya, tetapi dia malah turun dari mobil dan menaiki lift.
Sesampainya di rumah, dia tidak mendapati Kaili ada di sana. Mungkin wanita manja itu sudah kembali ke rumah orang tuanya, pikir Dexter.
Dia tidak repot-repot mengelilingi apartemen kecilnya untuk mencari keberadaan Kaili.
"Tentu saja dia kembali ke rumah orang tuanya, wanita manja seperti itu mana akan tahan tinggal di rumah, yang hanya seluas kamar mandinya," gumam Dexter lagi.
Dia sangat lelah, dan memutuskan untuk tidur. Hingga sampai kamar pun, sosok Kaili tidak terlihat, semakin membenarkan persepsi Dexter. Walau ada rasa amarah yang tinggi, karena istrinya pergi begiti saja tanpa izin.
Sambil mengambil set baju tidur di lemari, Dexter masih saja terus bergumam, "Benar-benar wanita yang sangat kurang ajar. Bahkan saat pergi saja tidak melapor padaku. Dia anggap aku ini apa?"
Begitu terus, hingga dia melemparkan tubuhnya mendarat di sofa berukuran king yang empuk. Kaili saja yang tidak jeli. Benar, rumah ini sangat kecil, tetapi semua fasilitas yang ada di dalam adalah barang-barang yang mahal, termasuk tempat tidur.
Baru saja, Dexter akan terlelap dibawa arus mimpi, tiba-tiba ada suara batuk kecil yang tertangkap telinganya. Walau suara itu sangat pelan, tetap saja tidak bisa menutupi kesakitan dari suara itu. Dengan mudah, Dexter dapat tahu bahwa ada seseorang yang sedang kesakitan. Suara itu penuh penderitaan.