Ucapan Richard tidak membuat Dexter terkejut. Dia tetap tenang. Namun, berbeda dengan Kaili, wanita itu membulatkan matanya dengan sempurna. Mulutnya akan mengatakan sesuatu, tetapi sang ayah mendahuinya.
"Lebih tepatnya lagi, aku tidak pernah mendambakan seorang dokter sebagai menantuku. Aku ingin memiliki menantu yang sama pekerjaan denganku yaitu, pebisnis. Tuan Peter Swan adalah menantu yang aku harapkan, tetapi semua itu telah terjadi. Aku juga sangat merasa tertolong karena Anda sudah menyelamatkan wajahku di depan publik, tetapi itu bukan berarti aku akan memberi restu sepenuhnya padamu..."
"Papa...! Apa maksudmu?" pekik Kaili. Dia menyela perkataan ayahnya. Ini pertama kali dalam hidup seorang Kaili, membentak ayah yang begitu dicintainya.
"Kaili...! Nada bicara apa yang kau gunakan? Perhatikan perkataanmu!" Stella berbalik membentak Kaili.
"Mama, tapi—"
"Katakan keinginan Anda, tuan Goh!" Dexter membuka suara setelah sejak tadi diam.
"Begini lebih bagus. He he he..." Richard Goh tertawa, karena merasa bahwa Dexter bersikap sangat segan dan takut padanya. Membuat kepalanya semakin besar.
"Seperti yang aku katakan sejak awal, lebih baik kalian sudahi pernikahan ini secepatnya..."
Mendengar itu Kaili merasa seperti akan berhenti bernapas. Dadanya sangat sejak. Paru-paru yang bersembunyi di dalam dada itu seakan sudah tidak mampu lagi memompa pernapasannya dengan baik.
"Dalam seminggu ini kalian harus bercerai! Aku sudah berbicara pada keluarga Swan, masih ada kemungkinan mereka akan menerima Kaili."
'Stuck!'
Seluruh organ tubuh dalam Kaili seakan berhenti. Pembuluh darahnya tidak lagi bekerja. Jantungnya tidak lagi berdenyut. Paru-parunya tidak lagi memompa. Semua bagaikan hilang. Jiwanya pun seakan pergi entah ke mana.
Apakah ini masih orang tua yang dicintai dan dihormatinya? Apa yang tidak Kaili lakukan selama ini untuk menyenangkan hati kedua orang yang disebutnya sebagai 'orang tua' tersebut? Bahkan, dengan ikhlas dia melepaskan cintanya, agar mengikuti keinginan orang tuanya, tetapi inikah yang dia dapatkan? Dianggap apa Kaili?
Pertanyaan yang selama ini membendung pikirannya, kembali membuncah, 'Apakah aku ini anak angkat atau anak yang tidak diharapkan?' Mata Kaili memerah menahan pilu yang begitu menyayat hati. Bibirnya gemetar seakan ingin bicara, tetapi dia tidak memiliki kekuatan itu.
"Oh, begitu..."
Jawaban Dexter yang terdengar sangat santai itu, semakin menyakitkan Kaili. 'Apa bahkan suaminya tidak mencoba menahannya dan merelakan dirinya begitu saja pada orang asing?'
Ini benar-benar tidak adil. Kaili merasa dunianya benar-benar hancur. Siapa yang dapat dijadikannya sebagai peneduh?
"Lalu, jika Peter, tidak menerima Kaili, apa yang akan kau lakukan? Menikahkannya dengan pria lain?"
'Bruk!'
Pernyataan Dexter yang barusan seperti sebuah meteor yang jatuh dari langit. Semuanya terpaku, Kaili juga termasuk.
Bahkan, dalam hal ini Dexter, menyebut nama Peter tanpa menggunakan kata 'tuan' dimuka. Sama halnya, saat menyebut Richard, Dexter bahkan tanpa berpikir dua kali memanggil pria kurus itu dengan kata 'kau'.
Jelas, Richard sangat tersinggung pernyataan Dexter yang barusan, apalagi mengenai panggilan pria dingin itu, yang jelas dengan sengaja menunjukkan sikap tidak sopannya.
Namun, saat melihat ekspresi tenang di sudut wajah Dexter, tidak ada perasaan bersalah sama sekali, Richard tidak jadi marah. Entah mengapa! Tetapi wajah tenang di wajah Dexter, seakan seperti air yang tenang, tidak beriak, yang mengisyaratkan memang ada bahaya.
"Bagaimanapun itu, bukan urusan Anda, dokter Dexter! Sekarang Anda hanya perlu berpisah dari anak saya."
"Oh...." Dexter mengangkat alisnya, setelah itu kembali diam. Seakan tidak ada kata yang ingin disampaikan lagi selanjutnya.
Setelah menunggu kelanjutan ucapan Dexter selama beberapa detik, namun Dexter tidak kunjung berbicara, Richard membuka suaranya.
"Aku sudah...."
"Bagaimana jika saya katakan bahwa saya keberatan?" Dexter menyela perkataan Richard dengan suara yang lantang. Memang inilah tujuan pria dingin itu, dia ingin menyela perkataan Richard. Ingin menunjukkan ketidak-sopanannya secara terang-terangan.
"Anda?" Richard kini dipenuhi amarah. "Ini tidak ada hubungan, Anda setuju atau tidak! Tidak ada juga yang menanti persetujuan, Anda!"
"Ternyata begitu..." Dexter melihat Kaili, ketepatan sekali saat itu Kaili juga melihat ke arahnya. Mata mereka saling bertautan, selama beberapa detik. Kemudian dengan malas, Dexter membuang pandangannya.
"Bagaimana jika saya bilang, persetujuanku sangat diperlukan dalam hal ini?"
Dexter dapat melihat ekspresi Richard yang sangat tidak senang. Amarah terlihat begitu jelas di hati pria kurus yang sudah berumur lebih setengah abad tersebut.
Saat Richard bersiap mengatakan Ketidak-senangannya, Dexter kembali angkat bicara. "Seperti yang Anda ketahui, saya adalah suami sah Kaili."
Mendengar namanya disebut, dan disandingkan sebagai istri dari pria yang dicintainya, membuat hati Kaili bergetar. Pendengarannya tidak salahkan? Mungkinkah ini sebuah pertanda yang baik dari hubungan mereka? Dexter tidak membencinya lagi?
Sayang sekali, Kaili terlalu naif! Dia pun menyadari tentang itu, tentang betapa naifnya dia saat ini. Dia tahu, mustahil Dexter mengatakan hal itu semua jika tanpa tujuan, tetapi tetap saja, walau demikian adanya, Kaili masih saja tidak bisa menghilangkan kebahagiaan yang baru dia dapat dari kata terakhir Dexter.
"Perceraian tidak akan terjadi tanpa persetujuan dari saya!"
Keluarga lengkap Goh yang ada di sana langsung membulatkan mata mereka. Sangat tertegun dengan yang Dexter katakan. Richard dan Stella tidak menyangka bahwa Dexter berani mengatakan demi kian. Apa dia sudah tidak mencintai hidupnya lagi? Richard Goh bersumpah akan membuat Dexter kesulitan menjalani kehidupannya.
Sementara Kaili, dengan jantung yang terasa akan meninggalkan tempatnya, terus menatap Dexter. Pria ini... Apakah sedang mempertahankan rumah tangga mereka? Bisakah Kaili berharap demikian dari seseorang yang membencinya?
"Dokter Dexter! Jangan membuat saya bersikap tidak sungkan pada Anda! Saya menghargai kebaikan Anda yang sudah menyelamatkan anak saya, dan jangan lampaui batasmu karena hal itu!" Richard Goh berseru dengan penuh emosi.
"Bagus, jika Anda masih ingat bahwa sayalah yang menyelamatkan putrimu. Artinya tanpa saya, kalian bahkan tidak bisa melihatnya sekarang. Apalagi saya adalah suami sahnya. Menurut anda berdua, siapa yang hak mana yang tidak aku miliki terhadapnya?"
"Kau...." Richard Goh menggeram. "Percaya atau tidak, aku bisa mempersulit hidupmu! Kau bisa saja dengan mudah kehilangan pekerjaanmu saat ini!" ancam Richard.
Bukanya membalas ancaman Richard, Dexter malah mengatakan hal lain, yang semakin di luar akal.
"Pun, tentang pernikahan, mana ada 'orang luar' yang bisa mencampurinya, rumah tangga terdiri dengan, suami, istri dan anak." Dexter sengaja melakukan penekanan kata saat menyebutkan 'orang lain', dia memang ingin menampar Richard secara perlahan.
"Tetapi, Kaili adalah putriku, aku berhak atas dirinya!" ucap pasangan suami-istri Goh secara kompak.