Chereads / Love Deep Admirer / Chapter 12 - BAB 11

Chapter 12 - BAB 11

Ada apa dengan diriku ?

___Love Deep Admirer__

*****

Angin sore menerpa pohon, dedaunan yang kering berjatuhan, Angin itu meniupkan rindu yang teramat mendalam dari seseorang kepada 'Dia' sesekali seseorang itu mengusap matanya yang tiba-tiba berair.

Kenangan yang pahit yang harus ia telan selama tiga tahun lamanya, mengapa cinta harus sesakit ini ? Mencabik hatinya selama tiga tahun.

Air matanya luruh, ia menangkupkan tangannya pada wajah, hatinya sangat sakit, perih. Itulah yang dirasakannya saat ini.

Angin mulai meniupkan khimarnya, sehingga ia harus membuka tangannya dan merapikan khimarnya yang kusut, Ia memandang langit Sore itu, "Indah." Gumamnya. Senja sore ini sangat cantik, apalagi jika melihatnya di 'Negeri di atas awan' semakin membuatnya berkali lipat cantiknya.

"Kenapa aku harus mengingatnya lagi ?" Tanyanya pada diri sendiri, lebih tepatnya pada hatinya yang masih memberikan rasa cinta pada dia. Seharusnya dia melupakan rasa itu, karena belum tentu orang yang dia ingat selama ini masih mengingatnya dan mencintainya.

Hati Maira terlalu setia, selalu mencintai seseorang dalam jangka waktu yang lama, tak bisa dengan cepat melupakan dan menampik perasaannya, kalau ia cinta maka ia akan mempertahankan cintanya, jika ia benci, maka ia akan benci sebenci-bencinya.

Maira memejamkan matanya, mencoba mengusir rasa yang seharusnya tak ia kenang lagi, selama dua tahun ini ia mencoba untuk melupakan dia, dan Maira pun akan berusaha untuk menjaga hatinya. Ia tak ingin mengalami hal yang sama, dikhianati, dibohongi, dan akhirnya seseorang itu menghilang tanpa adanya kepastian.

Semakin ia menampik, semakin dalam pula sesak yang ia rasakan dalam hatinya, sesak, Maira akhirnya mengusap kasar air mata yang jatuh di pipinya, "Kenapa aku malah mikirin dia lagi sih ?" Ucapnya sambil mengerutkan keningnya, meringis menahan gejolak hatinya yang pedih lagi.

"Assalamualaikum." Maira menoleh, dan mendapati seseorang yang berdiri di dekatnya berdiri, ia langsung mengalihkan pandangannya, ia kepergok menangis, apalagi ia tadi malah memaki dirinya. Ia meringis malu.

"Wa_wa'alaikumussalam." Maira menundukkan kepalanya, tak ada suara dari orang itu, "Mm_ ma'af, tadi bukannya saya nguping kamu, tapi emang kedenger." Pria itu terkekeh dengan kelakuannya tadi, mendengar tangisan Maira, ia sendiri tak sengaja, karena ia pun sedang menikmati keindahan Alam. Menikmati keindahan yang diciptakan oleh sang pencipta, Allah maha kuasa.

Maira mengangguk, "Iya kak, ma'af kalo tangisanku mengganggu kakak," Pria di sampingnya berdehem, "Boleh saya duduk ?." Tanpa persetujuan dari Maira lelaki itu duduk di sampingnya.

Maira sampai kaget sendiri, dia mengelus dadanya, lalu mengucap istighfar, ia beringsut menggeser untuk menjauh. "Tanpa persetujuan dari aku'pun kakak udah duduk." Decaknya.

Pria itu terkekeh, "hehe. Iya juga ya, kalo gitu ma'af," Maira berdehem.

"Oh iya, kamu kenapa tadi nangis ?." Maira menoleh sebentar dengan alis yang berkerut dalam, "Ehm... Gapapa kok kak," Maira menunduk lagi. Jika ada yang bertanya kepada hal itu lagi, itu justru akan membuatnya bertambah sedih lagi.

"Yaudah kalo kamu gak mau cerita, emm boleh kenalan gak ?." Tanyanya, Maira menoleh lagi dengan terkejut, "Kenalan ?." Ulang Maira, pria di sebelahnya mengangguk.

"Saya Irfan Maulana, panggil saja Irfan, tapi biasa sih orang manggil saya Ifan."

Maira mendengarkannya tanpa menanggapi, "Kamu ?" Maira menoleh, "Iya, nama kamu, siapa ?."

"Aku Nuraeni Khumaira, panggil Maira, Ara, Rara, juga gapapa."

Irfan terkekeh, "Banyak ya panggilannya, aku panggil kamu apa ya, mmmh Khumaira ?. Tapi berasa ke istri, Eh.. sorry sorry." Ucapnya, saat Maira menolehkan kepalanya dengan tatapan yang sulit diartikan.

Maira berdehem mencoba menepis kegugupannya, "ehehe, oh iya kak, aku mau ke tenda ya, ma'af gak bisa nemenin kakak ngobrol," Irfan menganggukkan kepalanya. "Iya, gapapa kok, ini udah sore juga, yaudah hati-hati." Maira tersenyum, "Iya kak."

Maira melangkahkan kakinya meninggalkan Irfan, Irfan mengikuti kepergian Maira. "Apa iya, dia itu sosok yang baik ?." Tanyanya pada diri sendiri.

Irfan tersenyum, memikirkannya, haruskah ia kejar sekarang ? "WOI !" Irfan terperanjat kaget, ia mengelus dadanya lalu mendelik ke orang yang hampir membuatnya jantungan.

"Teman lucknut lu ky, gue do'ain deh. Moga aja gue duluan yang nikah. Aamiin" ucapnya.

"Ciee ciee ciee, yang udah ketemu calonnya, by the way, namanya siapa ya ?" Tanyanya yang tentu saja mendapatkan tatapan tajam dari Irfan. "Embat ae terus mamank,"

Irfan berjalan meninggalkan Rizky yang tertawa terbahak-bahak, "Masih ketawa, gue gak bakalan deh bantuin lo buat nyari cewek," ucapnya dengan suara yang mengancam."

"Ampun ampun ampun" ucap Rizky dengan nada yang takut."

Irfan menggelengkan kepalanya, dia kadang heran mempunyai teman seperti Rizky.

🍁

Maira mendapati teman-temannya sedang membereskan peralatan dan barang-barangnya, hari ini mereka harus kembali ke rumah masing-masing, karena libur kuliah telah usai, rasanya untuk menjernihkan pikiran telah usai mereka laksanakan.

"Sit, tolong dong ambilin handphone aku." Pinta Maira pada Sita yang sedang memakan cemilan, Tenda yang mereka gunakan telah mereka lipat dan rapih.

Matahari yang terik menimbulkan titik titik keringat di dahi mereka berempat, sesekali mereka juga mengelap peluh yang menetes di dahi.

"Hufftt.. capek juga ternyata," Nia ikut menimpali juga, ia sibuk mengibaskan kipas yang berada di tangannya. "Iya ih, panas beudd."

Kina mendekati Maira yang masih diam di tempatnya, ia seperti sibuk dengan pikirannya yang entah berkelana kemana.

"Hei, Ra !" Kina menyenggol bahunya, Maira mengerjap kaget, tapi langsung menormalkan ekspresinya, "Ah. Ehmm gapapa kok Na," Maira tersenyum padanya, "kenapa, kok liatin aku kaya gitu ?." Tanyanya aneh.

"Abisnya sih lo daritadi dieeem aja, tumben, biasanya juga kan suka nyerocos." Kina terkekeh, Maira menggeleng, "yaa, mungkin sih. Karena aku kurang enak badan Na."

Kina mengangguk, "udah selesai semua kan ?" Tanya Kina pada Sita dan Nia yang juga sedang istirahat, mereka berdua mengangguk. "Gak ada foto foto dulu nih ?" Nia membuka handphone, siap untuk mengambil gambar mereka.

"Sekali aja kalo gitu, buat ngepost di path." Kina menimpali.

Maira dan Sita mengangguk dengan terpaksa, akhirnya mereka mengambil gambar terakhirnya, Nia langsung mengapload foto mereka di aplikasi path.

🍁

TBC

Vote

Comment

Follow @uyuNuraeni