Chereads / Love Deep Admirer / Chapter 13 - BAB 12

Chapter 13 - BAB 12

Menggetarkan hatiku, semakin lama kumerasakan semakin dalam pula rasa itu tumbuh

___Love Deep Admirer___

*****

Sebelum mereka menuruni gunung untuk kembali ke parkiran, Maira sempat melihat 'dia' Maira juga membalas senyumannya, entah kenapa pria itu selalu membuatnya tersenyum.

"Tunggu Ra." Panggil pria itu, ia berlari kecil pada Maira, Maira mengerutkan keningnya, "iya ? Kenapa ka ?." Kina di sampingnya menyenggol lengannya, "Ciee, siapa tuh ?." Godanya.

Irfan tersenyum lebar, "mau pulang ?." Maira mengangguk, "hmm." Irfan tersenyum lagi, "Ng__ hati-hati kalo gitu." Maira mengangguk lagi.

"Iya kak, makasih, kakak kapan pulangnya." Irfan menoleh pada temannya Heri yang memanggilnya, "Bentaran Her," ia menoleh lagi pada Maira, "sore saya pulang,"

Maira mengangguk lagi, "yaudah kak, aku duluan ya." Irfan tersenyum.

"Assalamualaikum." Ucap Maira saat ia mulai melangkahkan kakinya, "wa'alaikumussalam." Irfan melambaikan tangannya. Maira sudah meninggalkannya, "Kenapa sih sama gue ?." Tanyanya pada diri sendiri, "kenapa gue malah ngedeketin dia, dan malu-maluin gak sih gue ?." Tanyanya lagi sambil tertawa merutuki sikapnya tadi.

Irfan kembali ke tendanya, ketiga sekawannya saat ini sedang melihatnya dengan tatapan yang kepo akut.

"Siapa tuh ?"

"Ciee. Langsung digaspol."

"Ciee, mau ngeduluin nih kayanya."

Begitulah ucap ketiga temannya, Irfan mengedikkan bahunya, tak mengindahkan ucapan temannya, "Kepo kalian."

"By the way, dapet gak nomornya ?." Tanya Rizky, Irfan menoleh, dia menggeleng. "Laki kok gak gentle sih Fan, kalo lo suka, ya kejar dong. Masa mental tempe sih." Heri ikut menimpali.

"Iya tuh, masa sih lo gitu, gak kaya si Dedi." Rizky tertawa, "hahaha. Dasar kalian semua jomblo akut, mau sampe kapan kalian jalan-jalan bareng temen terus, kali-kali jalan sama istri lah."

"Gak intro sama diri sendiri Njir." Ucap Irfan langsung menoyor kepala Rizky.

"Aelah, selow lah mamank. Prinsip gue kan gini, kalo ada yang sreg sama hati gue, gue kejar walau sampe ke Negeri China." Ucapnya bangga.

"Bodo, gak peduli." Ucap mereka bertiga.

"Auk ah, gue marah, gue marah." Rizky pura-pura merajuk, ia melipatkan kedua tangannya di dada.

🍁

Rintik hujan membasahi bumi, meniupkan kesegaran yang tiada tara dari ciptaan sang ilahi, meniupkan sejumput rasa syukur melalui sebuah do'a lewat sujud di sepertiga malam yang sunyi.

Sang malam rupanya selalu memberikan kenyamanan dan ketenangan hati, hal yang selalu memberikan waktu untuk berkeluh kesah, mencurahkan isi hati lewat do'a-do'a.

"Laa ilaaha illallah. Laa ilaaha illallah. Laa ilaaha illallah. Ya Rabbi, aku bersimpuh padamu, meminta petunjuk darimu, apa yang menurutmu pantas untuk hamba, dan apa yang memang tak pantas untuk hamba, hamba meminta petunjuk darimu, siapa yang pantas hamba jaga nanti ya Rab, hamba mohon jika ia memang seseorang yang kau pilihkan dan kau rahasiakan dulu itu dia, pendamping untuk hamba, hamba mohon dekatkan kami. Jika kami itu bukan pilihanmu, tolong jauhkan sejauh-jauhnya ya Rab. Rabbanaa aatinaa fiddunia hassanah, wafil akhirati hasanata, waqinaa, 'adzaa bannar. Aamiin yaa rabbal 'Aalaamiin."

Irfan mengusap wajahnya, berdo'a untuk mencari pendamping yang akan menemaninya sampai maut menjemputnya selalu ia lakukan. Mungkin tuhan hanya belum memberikan waktu kepadanya untuk bersanding dengan seseorang.

Suara adzan subuh mendayu dengan lembut, membisikkan ke relung hati, panggilan Allah telah tiba, akhirnya Irfan beranjak dari duduknya, lalu memasuki kamar mandi untuk berwudhu. Melanjutkan shalat subuh ke masjid yang tak jauh dari temoat kosannya.

🍁

Sejumput rindu yang masih belum terobati, sejumput kenangan yang masih terkenang dan hinggap dalam sanubari, meresahkan jiwa dan hati.

Irfan memerhatikan jalanan yang masih sepi, biasanya ia selalu melihat Maira atau teman-teman kampus yang lainnya, tapi, pagi ini ia belum melihat batang hidung Maira yang muncul, rasanya ia rindu melihat Maira.

Rasa yang tumbuh di hatinya terlalu cepat, sehingga, ia sendiri tak tahu kesimpulannya apa. Apa ia suka, atau hanya sebatas kagum. Justru itu adalah hal yang sangat berbeda, yang harus tahu apa perbedaannya. Dan tentu ia harus cepat bertindak untuk tetap mengejar, atau melupakan.

"Kak, mau tanya." Irfan menoleh pada suara yang memanggilnya, di sampingnya ada seorang gadis yang memakai baju Hitam-Putih, mungkin ia akan melaksanakan Interview.

"Iya ?."

"Kalo gedung untuk Interview Indomaret di mana ya mas ?." Tanyanya.

"Tadi sih, saya lihat banyak yang jalan ke arah sana, pake seragam Hitam-Putih juga," gadia itu melihat ke arah yang Irfan tunjukkan, lamu ia mengangguk, "Makasih ya mas." Irfan mengangguk lagi, perempuan tadi sudah berlalu dari hadapannya.

Irfan melihat jam yang bertengger di pergelangan tangannya, "udah jam 7:40, bentar lagi masuk kerja. Apa dia gak masuk ya hari ini ?" Tanyanya pada diri sendiri.

Irfan menghela nafasnya dengan kasar, lalu berbalik untuk memasukki gedung Alfamart, ia akan kembali kerja seperti biasa. Duduk untuk mengimput data, ia bekerja bagian kantor di Alfamart.

Handphone di sakunya berdering, menandakan panggilan masuk, "Iya, ky ?."

"...."

"Tau lah, jangan ganggu gue, gue mau kerja."

"..."

"Iya, nanti gue kabarin deh."

"...."

"Hmm."

"...."

"Gapapa,"

".....

"Bodo ky, gue bukan cewek juga. Yaudah gue matiin handphonenya, Assalamualaikum."

"..."

Tuut tuut tuutt

Irfan menyandarkan tubuhnya pada kursi sebentar, untuk menghilangkan rasa gelisahnya. Pikirannya sibuk berkelana entah kemana.

🍁

Sita menelpon Maira yang tak membalas pesan WhatsApp nya, ia ingin menanyakan pada Maira, kenapa ia tidak masuk hari ini. Mata kuliah pertama telah berlalu, tapi Maira absen tak mengikuti mata kuliah jam pertama.

Kina bertanya pada Sita yang masih berusaha menghubungi Maira, "gimana sit ?." Sita menggeleng lesu. "Kayanya emang dia gak masuk deh Na."

Kina menganggukkan kepalanya dua kali, "humm. Gak biasanya dia absen tanpa kabar. Izin juga enggak lagi."

"Mungkin dia lagi gak punya kuota, atau gak dia lagi sakit kin, coba nanti pulang nanti kita ke rumahnya. Gue khawatir sama dia. Gue takut karena pulang dari sana, dia sakit lagi."

Kina menepuk kepalanya keras. "Oh iya ya, kok gue gak kepikiran kesana ya Sit." Sita mengangkat bahunya.

🍁

TBC

Vote

Comment

Follow @uyuNuraeni