Chereads / Love Deep Admirer / Chapter 17 - BAB 16

Chapter 17 - BAB 16

Happy reading...

********

Maira mengeratkan jaket yang dipakainya, ia tadi pagi juga mewanti-wanti, pasti hati ini akan hujan, karena bulan ini sedang musim hujan di negara Indonesia.

"Mai, naik angkot ?." Maira menganggukkan kepalanya, "Kakak lo mana ?."

"Kakak aku lagi gak masuk kuliah, ban motor lagi bocor, tadi pagi aku ke kampus bawa motor malah bocor, terus aku nitip di bengkel, kalo telat masuk, sudah pasti aku kena damprat pak Dos." Gerutunya.

Hilmi tertawa, "terus lo telat gak ?."

Maira berdehem dan tertawa malu, "telat juga, tapi lebih telat lagi kalo kesini naik motor." Ia menampilkan cengirab lebarnya.

"Gak usah nyengir gitu elah, Pepsodent mahal buk." Maira merengut kesal, "IBU ?."

"MASIH MUDA BEGINI DIBILANG IBUK, RATU KUMAN DASAR." Teriaknya.

"Gak usah ngegas juga mak," Maira melipat kedua tangannya di dada, "Bodo, terserah gue."

Hilmi menajamkan pendengarannya, "gue gak salah kan, lo tadi ngomong gue ?, Akhirnya, Maira sekarang gak lembut lagi, dia kana jadi cewek kasar, karena terkena virus Kina." Ucapnya heboh.

Maira memukul lengan Hilmi dengan keras, "Makin hari makin ngeselin jadi orang, udah ah. Males tau ngomong sama titisan ratu kuman kayak si hilmi." Gerutunya, "yang ada, suka bikin gue naik pitam, lalu naik darah, kan gak seru kalo gue juga malah Stroke,"

"Kalo ngomong jangan asal neng, itu do'a, lagian mana mungkin juga ucapan gue buat lu naik darah, yang ada lu bakal naik ke kelas atas."

Maira mengangkat sebelah alisnya bingung, "Mau apa ke kelas atas ?."

"Mau loncat, terus terjun kebawah, dan bakal ada beruta di tivi, kalo ada mahasiswi yang tewas katena Hilmi Herdiyansyah. Woahhh, rencana briliant kan ?."

Maira memukul Hilmi dengan lebih keras lagi, "Lo tuh kalo ngomong disaring dulu, itu Do'a, dasar Ratu kuman, ratu bucin, ratu galau juga."

"Lengkap amat Neng, sekalian aja deskripsiin gue sebanyak seratus, moga aja ada yang lo sukai dari gue." Maira meringis, "lagian apa sjh yang buat gue suka dari Lo ?." Gertaknya semakin kesal.

"Yaa__ kali aja Ra, lo mah ish, udah jadi titisan Kina kayaknya, lo sekarang makin ngeselin. Gak kayak dulu tahu gak."

"Emang dulu gue gimana ? Baik ?." Tanyanya penasaran.

"Baik ? Menurut gue lo gak baik, terus lo dulu itu cuek dan berkesan lebih baik dan gak oernah ngeladenin gue. Terus semenjak lo kenal Kina, lo malah jadi kayak dia."

Maira mengangkat bahunya, "mana ada sih, kan emang mood gue itu suka berubah-ubah, gak suka menentu untuk berubah sikap."

Hilmi menganggukkan kepalanya, "Hujan masih deres nih Ra, mau nunggu di sini terus atau mau pulang ?" Maira berpikir sebentar, Maira melihat jam yang bertengger manis di tangannya, "Udah jan setengah enam, duuh. Gimana ya."

"Maj naik bis aja ?." Tanyanya, yang juga akan menaiki bis untuk mengantarnya pulang, Maira menggeleng, "gak ah, lagian ke rumah gue gak bisa pake bis."

Hilmi erkekeh pelan, "Yaudah gue pulang duluan, lo hati-hati ya Ra," Maira menganggukkan kepalanya, "Lo juga hati-hati ratu."

Seakan menjalankan drama konyolnya, Hilmi mengangguk, "Jaga dirimu juga baik-baik tuan raja__"

"Masa gue raja sih ?." Rengeknya, Hilmi tercengang, "Kan gue ratu, terus siapa yang bakalan jadi raja ? Hmm."

"Ya si Kina lah, kan kalian itu pacaran," Hilmi menggeram kesal, "Pacaran ? Siapa yang bilang."

Maira tersenyum menggoda Hilmi, "ngaku hayo ngaku."

Hilmi menatap Maira dengan tajam, "Gak mungkin lah Ra, gue pacaran sama tuh anak."

Maira terkekeh, "udah ah, ngomong sama lu kadang bikin gue kesel, pengen badword, mendingan lu cepet pulang deh sana." Usir Maira.

"Bilang aja lo ngusir gue, yaudah gue pulang," ucap Hilmi sambil mendengus kesal.

"Hati hati Mi, kalo ada apa-apa beliin pulsa ya Mi," Hilmi mengacungkan jempolnya, "Lu kan yang jual Ra, isiin punya gue berarti," Maira mencibikkan bibirnya, "yaudah ah, sono cepetan balik." Maira mendorong bahu Hilmi agar menjauh.

Hilmi membalikkan badannya, "Iya iya gue balik."

Hilmi melangkah, hujan masih lebat, Hilmi menerobosnya dengan lari tergopoh-gopoh menyebrangi jalanan yang saat ini sepi, memudahkannya untuk menyebrangi jalanan.

Hilmi menunggu di halte di seberang jalan sana, Maira masih menunggu hujan mereda, ia melambaikan tangannya saat Hilmi masuk kedalam Bis.

"Ekhem," Maira menoleh pada seseorang yang berdehem di sampingnya, ia kembali menatap kedepan.

"Belum pulang ?." Tanya Irfan.

Maira menggeleng, "Hm, hujan kak."

Irfan mengangguk, keadaan tiba-tiba menjadi hening, Maira merasakan di sekitarnya jadi panas, padahal cuacanya lumayan akan membuat dingin, tapi semenjak kedatangan lelaki di sampingnya, ia merasa tidak  nyaman.

"Mm, naik angkot atau apa ?."

Maira menoleh pada Irfan yang sedang menatapnya dengan tersenyum, Maira merasa risih dengan tatapan matanya.

"Naik angkot kak, kakak sendiri belum pulang ?." Tanya Maira sedangkan jam sudah menunjukkan pukul 17.15.

"Iya, baru pulang juga, mau bareng gak ?." Tawar lelaki itu.

Maira menoleh, sambil berfikir "ng__ kayanya nggak kak, ma'af kak," ucap Maira tak enak hati menolak ajakan Irfan.

"Ayok bareng aja, kita kan dulu pernah ketemu di supermarket, rumah kita juga kayanya deket, jadi sekalian aja kita bareng, kan searah, daripada kamu kemaleman pulangnya, apalagi jarak dari sini kerumah butuh waktu sejam setengah."

Maira berfikir lagi, "gimana ?." Tanya Irfan mengangkat sebelah alisnya.

"Ng__ ak_aku gak bawa helm kak, motor aku mogok." Ucapnya.

"Terus motornya ?." Irfan tersenyum lagi, rajinnya ini lelaki terus-terusan tersenyum.

"Masih di bengkel, nanti aku turun di bengkel aja kak. Tapi__ gak ngerepotin kak Ifan kan ?." Irfan menggeleng.

"Yaudah sini," Irfan mengajak Maira menuju motornya, Irfan memberikannya mantel hujan. "Pake ini." Irfan menyodorkan jaketnya pada Maira, "ini juga."

Maira mengernyitkan dahinya, "Kakak gimana ?."

Irfan mengangkat satu jaketnya yang ia simpan di dalam jok motor. "Ini, itu mantel temen kakak, kamu pake aja." Maira mengangguk lalu memakai mantelnya.

"Jaketnya juga pake Ra," suruh Irfan.

"Gak usah kak, oh iya, helmnya ?." Tanya Maira.

Irfan mengangkat tangannya, "tunggu dulu, aku kedalem dulu." Irfan memasukki toko itu, lalu berbicara pada seseorang. Ia membawa helm itu lalu keluar.

"Ini," Irfan menyodorkannya pada Maira, "punya siapa kak ?."

"Punya kakak, kemaren temen kakak pinjem." Maira manggut-manggut. Lalu memakai helm itu, setelahnya ia memberikan jaket pada Irfan.

"Kakak aja yang pake, kakak kan cuma pake kemeja." Ucapnya.

Irfan mengambilnya, "yaudah, tapi kamu gak kedinginan kan ?."

Maira mengangguk, "hormon aku tinggi, jadi walaupun hujan suka ngerasa panas gitu kak." Maira nyengir kuda.

🍁

TBC

Vote

Comment

Follow @uyuNuraeni