Sebatas kagum yang tak pernah terungkap rasanya
___Love Deep Admirer___
****
Maira menggigil di kasurnya, saat bangun tadi pagi. Pusing langsung menyerang kepalanya, sehingga ia tak mampu berdiri, jika ia bangun, pusingnya akan bertambah, apalagi pandangannya yang juga malah mengabur, mau tak mau ia harus istirahat hari ini, izin untuk tidak masuk mata kuliah hari ini.
"Nghh__ " ia menggeliat, pusingnya masih juga belum hilang, rasanya bosan jika ia terus tidur dari pagi, ia bosan jika harus seperti ini.
"Ra," Bundanya mengetuk pintu kamar, Maira melihat pada pintunya, "Iya bun." Ucapnya tercekat, suaranya serak hampir tidak ada.
Bundanya membuka pintu kamarnya, "itu ada temen kamu Ra." Maira memejamkan matanya, "siapa Bun ?." Bundanya mengingat tadi, temannya Maira memberitahunya.
"Namanya Kina, sama Sita." Maira mengangguk, "Bunda suruh kesini aja ya, sayang, kamu gimana sekarang pusingnya ?." Maira menggeleng, "masih sakit Bun."
"Yaudah Bunda panggil mereka kesini ya," Maira tersenyum, Bundanya kembali menutuo pintu kamarnya.
Maira memandangi langit-langit kamarnya yang bercat putih, pusing di kepalanya semakin bertambah, kepalanya terasa dipukuli beribu-ribu batu.
"Ya Allah, sabarkan hamba menjalani sakit ini, hamba yakin, ini adalah bentu kasih sayangmu pada hamba ya Allah, terimakasih engkau telah hamba memberikan sakit, Laa ba'san thohuuron Insyaallah." Ucapnya sambil mengaamiini do'anya.
Suara ketukan pintu membuat Maira menoleh pada pintu kamarnya, "Masuk aja." Di sana berdiri kedua sahabatnya, mereka tersenyum manis pada Maira.
"Raaaaa, gue kira lo izin kemana." Kina mengerucutkan bibirnya, "lo kenapa gak kabarin gue hmm."
Maira memejamkan matanya, suara Kina yang melengking menambah pusing pada kepalanya, sahabatnya itu memang tak mengerti keadaan sahabatnya yang sedang sakit.
Melihat Maira yang meringis, Sita menampol bahu Kina, "dia lagi sakit lah Kina, jangan cerewet coba, gak kasian apa sama Maira, dia lagi sakit.jangan tambah dia sakit."
Kina memukul mulutnya pelan, "ah iya, hehe" Kina menampilkan deretan giginya, ia tersenyum konyol, "Ma'af ya Ra, hehe gue hilaf."
Maira membuka matanya, ia mengangguk, bibirnya juga pucat pasi, "ma'af, aku gak kabarin kalian, aku gak ada kuota," Maira tersenyum, ia paling malas jika mengisi kuotanya, ia akan menunggu ayahnya yang akan mengisi kuotanya.
Sita mendecakkan mulutnya, "terus kenapa kita telepon lo gak angkat ?."
Maira nyengir lebar, "handphone aku lowbat, aku lupa buat ngisi batreinya, oh iya. Ada tugas gak ?."
"Gak ada, besok lo mau masuk gak ?" Maira menggeleng, "ga tau, kalo udah agak mendingan, aku masuk, lagian kan ga enak kalo kelamaan sakit. Gak seru tau, harus minum obat, apalagi cuma diem aja di rumah, gak ngelakuin aktivitas lainnya juga."
"Ra, gue takut lo gregara pulang dari Negri di atas awan kemaren tau gak." Ucap Sita, Maira tersenyum masam, "ah Sit, ya enggalah, kemaren aku sehat-sehat aja, mungkin tubuh aku lagi mau sakit. Atau gak mau istirahat dia." Maira menampilkan cengirannya.
"Yaudah moga cepet sembuh ya Ra, kangen gue kalo lo gak masuk, gak ada lagi yang bantu gue buat adu omong sama si Hilmi." Kina menampilkan wajah bencinya.
"Huuu dasar, awas lo Kin, lama-lama jadi cinta loh," Kina mengetuk kepalnya lalu mengetuk meja belajar Maira, "ahh.. enggak enggak, amita amit amit amit ya Allah, gak mau gue cinta sama titisan ratu kuman kaya dia." Kina berteriak.
"Husshh, diem, jangan teriak di rumah orang, ini bukan hutan." Sita memperingatinya lagi, Kina cengengesan. "Sorry, gue lupa."
"Ra, ada salam." Maira menoleh pada Sita, "dari ?."
"Kak Firda." Maira mengerutkan keningnya, "Firda siapa ?." Seingatnya kakak tingkatnya tak ada yang bernama Firda, atau memang ia yang tak suka bergaul menanyakan pada yang lain, jika ada yang bernama Firda, bertanya ?. Namanya saja ia baru mendengar.
"Itu lih Ra, yang semester enam, jurusan Informatika, masa gak tahu sih kamu." Maira mencoba mengingat, ia menggeleng lagi, "gak tahu, aku gak kenal."
Sita menghembuskan nafasnya, "dulu itu yang anggota DPM, masa gak tahusih Ra." Maira mengangkat bahunya, "gak tahu, aku lupa."
"Yaudah deh, jangan dipikirin."
Maira mengangguk, "wa'alaikumussalam." Gumamnya untuk menjawab salam dari sang kakak tingkatnya.
Ia sendiri sudah lupa, atau memang ia kurang memperhatikan kakak tingkatnya yang saat itu juga yang mengurusi mahasiswa baru dulu saat Ospek.
Maira mengangkat bahunya, membodo-amatkan soal kakak tingkatnya, toh. Ia sendiri tak kenal, "Oh iya Ra, ini buat lo." Kina memberikan sepelastik makanan yang diproduksi oleh Alfamart.
"Ngapain kalian pada repot-repot beli ginian segala ?." Maira berdecak kesal, "kalo mau kesini, kesini aja, gak usah lah kalian bawa ini." Maira menurunkan bahunya.
"Terima aja sih Ra, kita udah susah-susah loh beli itu, tapi.. sebenernya bukan dari kita sih hehe," Kina meringis, "itu dari_"
"Dari ?" Ulang Maira.
Kina dan Sita saling pandang, "dari si kakak kakak Alfamart Ra, dia yang ngasih, dia nanyain lo, dan lo gak masuk. Ya kita bilang, lo sakit."
"Terus gimana kejadiannya dia ngasih ini ke aku ?."
Sita menyahutinya "awalnya sih kita belanja ke Alfamart, dan kita nemu dia, dan nanyain lo. dia bilang gini 'tunggu dulu sebentar' dan kita nungguin dia, terus dia ngasih ini. Suruh kasih ke Ara. Yaudah kita ambil, ga enak kan kalo nolak rezeky ?." Tanya Sita.
Maira menggeleng, "tapi aku belum kenal dia, dia itu baik atau nggak, kan aneh kalo tiba-tiba ngasih ini." Maira mengangkat kantong plastik itu, "sedangkan, kita aja baru kenal. Dan kenalnya itu pun, lewat hal yang tidak diinginkan, harus saling membenci. Dan memperjuangkan untuk minta ma'af." Ucap Maira merasa aneh.
Kina mengangguk setuju, "iya juga Ra, apa mungkin__"
"Mungkin apa Kin ?." Sita langsung memotong karena penasaran, "mungkin dia suka sama Ara." Ucap Kina.
Maira tertawa "hahha, gak mungkin lah, masa iya sih suka sama aku, no, no, no, itu gak mungkin." Sanggahnya.
"Kenapa Ra, justru bagus loh. Kalo lo sakit atau dia main kesini kan, nanti tiap hari bawa cemilan, kan enak." Ucap Kina.
Maira memukulkan bantal pada Kina, "Kinaa, jangan jadiin suatu hubungan buat memeras satu pihak."
"Aciee cieee, udah ngomongin hubungan nih." Ucap Sita menggoda.
Maira memeijit pelipisnya yang mulai pusing lagi. "tau ah. Aku pusing, gak mau mikirin soal itu lagi, by the way, terima jangan ya, ini." Tanyanya bingung.
Sita mengangkat bahunya. "terserah lo aja sih Ra, kan itu hak lo, kalo terima, ya terima, hargai pemberian dia, terus kalo lo gak terima kan kasian, lo gak ngehargain pemberian dia."
Maira mengangguk, "yaudah deh, kita makan bareng aja."
"Kan ini khusus buat lo Ra, pokonya kita gak mau. Udah lo yang makan," ucap Kina tak terbantahkan.
🍁
TBC
Vote
Comment
Follow @uyuNuraeni