Chereads / Love Deep Admirer / Chapter 9 - BAB 8

Chapter 9 - BAB 8

Saat senyum menjadi kenangan, maka saat itulah binar mata yang selalu terbayang

___Love Deep Admirer___

*******

Cahaya langit memperlihatkan keindahannya, lukisan sang maha pencipta yang tak pernah hilang setiap harinya, ia akan terus memperlihatkan keindahan panoramanya.

Hari ini hari Ahad, hari yang digunakan semua orang untuk berlibur, menyegarkan pikiran setelah enam hari berkutat dengan pekerjaannya, kegiatan belajarnya, dan juga yang lainnya.

Begitu pula Maira, Kina, Sita dan Nia. mereka saat ini berencana akan mengunjungi sebuah temoat wisata yang baru saja hangat dibicarakan di Media sosial. Mereka berencana akan ke Negeri di atas awan yang tempatnya berada di 'Citorek-Rangkas bitung-Lebak-Banten'.

Mereka sudah merencanakannya sejak minggu kemarin, mereka akan menginap di sana, perjalanan dari Kota menuju Rangkas, membutuhkan waktu 4 Jam. Mereka berempat diantar oleh Supir pribadinya Kina.

"Foto yuk !" ajak Kina membuka aplikasi kamera dari handphonenya, Maira dan Sita mengangguk, dan melakukan berbagai pose.

Setelah mengambil banyak gambar dengan background mobilnya. "Udah ah, yuk berangkat. Semua sudah siap kan ?" Ucap Sita. Mereka bertiga mengangguk mantap.

Akhirnya mereka memulai perjalanan ke 'Negeri di atas awan' yang sekarang lagi nge-hits di media sosial, mereka berempat tak mau kalah juga oleh orang lain, mengunjungi salah satu tempat wisata di Indonesia tepatnya di Banten.

"Ara mau tidur, nanti kalo udah mau nyampe, bangunin ya." Ucap Maira dengan mata sayunya.

Kina mengacungkan jempolnya, "Asiyaap. Kamu bobok cantik aja Ra." Maira mengangguk, rasanya matanya saat ini sangat berat, tumben sekali matanya itu mengantuk, biasanya dia tak bisa tidur jika di dalam Mobil.

Sita menyenderkan kepala Maira pada bahunya, "tidur yang nyenyak say, kayanya kamu emang tadi malam gak tidur ya Ra, mata kamu udah kayak panda aja" gumamnya. Maira hanya bergumam kecil menanggapi.

Dalam perjalanan mereka bertiga membuat kekonyolan, memotret Maira yang sedang tertidur pulas, saat ini pun mereka tertawa cekikikan.

"Gak boleh tahu neng, kalo lagi tidur di foto." Ucap si sopir.

Kina membulatkan matanya "iya gitu Pak Jo ?" tanyanya khawatir, si Pak Jo mengangguk. "Iya neng, soalnya Bapak dulu pernah denger, tapi gak tahu juga ya nantinya bakal apa gitu, pokoknya jangan ya neng geulis, kasihan juga kan si Neng Ara-nya masa dijahilin sih neng." Ucap Pak Jo, mereka bertiga saling pandang.

"Iya deh pak, makasih udah ngasih tau kita Pak." ucap Sita tak enak hati, "iya Pak, soalnya Nia juga belum pernah denger soal begituan." Timpal Nia.

"Iyah neng, tapi jangan diulangi lagi ya." Pak Jo tersenyum.

🍁🍁🍁

Angin berhembus menerpa kulit, sejuknya menusuk ke dalam tulang, menimbulkan kedinginan yang amat menggigil. Sampai-sampai harus mengeratkan jaket untuk mengurangi kedinginan itu.

"Udaranya dingin beud yaahh." Ucap Nia sambil menggosokkan kedua tangannya. Kina ikut menggosokkan tangannya juga, "Hewhewhew. Iya Ni, aku gak kuat deh sama cuacanya."

Kina menggertakkan giginya, mengurangi kedinginan yang amat menyentuh permukaan kulitnya yang juga menusuk sampai tulang hidung. Udaranya sangat sejuk, apalagi ditambah pemandangan yang Masya allah sangat indah dipandang mata. Sungguh ciptaan Allah yang maha kuasa.

Kemarin mereka sampai pada jam 3 sore di tempat itu, mereka mendirikan Tenda dan mempersiapkan keperluan lainnya, karena jika mereka ingin melihat pemandangan yang amat luar biasa itu, mereka harus menginap atau berkemah. Untuk menyaksikan awan yang sangat indah di bumi Indonesia.

Setelah shalat Subuh, Kina dan Nia langsung memakai jaketnya dan langsung melihat pemandangan yang mereka nanti-nanti, mereka juga melupakan Maira dan Sita yang masih membereskan peralatan shalatnya.

"Foto yuk Ni. Harus diabadikan nih, huuu akhirnya !" Teriak Kina, dia menghirup udara sebanyak-banyaknya.

"Yuk foto Na, nanti kita post di Ig, di WhatsApp, di Tweet, di Path__" Kina mengambil handphone Nia, "lama amat sih, kamu emang ratu Sosmed apa apa harus dipost." Kina menggelengkan kepalanya.

Nia nyengir kuda, "hehe, iya deh maap maap. Yuk poto."

Mereka berdua dengan bahagianya berfoto, melupakan kedua sahabatnya yang berkacak pinggang di belakang mereka. "Sahabat lucnut mereka berdua, awas aja ya. Yuk kita juga foto Ra, jangan ajak mereka." Sita sengaja mengeraskan suaranya, agar Nia dan Kina mendengar ucapannya.

Dan benar saja Nia dan Kina membalikkan tubuhnya sambil cengengesan, "heheh, ya maap kan kita tadi excited Sit, jan ngambek iih, nanti cantiknya ilang loh, dan si Dia gak suka lagi loh." Goda Kina, Sita mengalihkan pandangannya, tanda marah pada Kina.

Kina dan Nia menghampirinya dan merangkul tangan Sita. "Aaaa jangan ngambek ih, kan gak seru kalo ngambekkan, masa iya kita kesini cuma ngambek ngambek gaje." Kina mengerucutkan bibirnya. "Maapin Kina deh sama Nia ya ya ya. Pliss.. " Kina menangkupkan kedua tangannya di depan dada.

Nia juga sama, menampilkan pupy eyesnya "Iya ih Sit, maapin kita."

Kina menahan tawanya, Maira juga sama. Tumben tumbenan juga Kina mau minta ma'af, biasanya dia yang paling anti perihal minta ma'af, baginya jika belum hari Raya Idul Fitri, iya tak akan meminta ma'af dan mema'afkan, ia iya kira Dunianya itu akan selalu memberikan kesempatan untuknya meminta ma'af. Padahal kan umur siapa yang tahu.

"Bwaa hahahahahaha bwaa hahahaha." Maira dan Sita tertawa bersama. Melihat itu Kina dan Nila. melepaskan rangkulannya dan mengembungkan mulutnya.

"Gak lucu, sumpah gak lucu tau, Kina kesel ah. Pagi-pagi udah bikin prank dasar ya, emang paling bisa kalo si Sita tuh acting," ucap Kina.

"Waiyadomg Sita gituloh." Ucapnya bangga sambil menepuk dadanya.

Maira memperhatikan ketiga sahabatnya, ia bersyukur masih bisa diberikan sahabat yang baik seperti mereka bertiga, ia ingat dulu saat masa putih abu-abunya, selalu tertawa bahagia bersama ketiga sahabatnya juga. Dia bertanya dalam hati, apa mereka masih ingat dia, selalu rindu padanya ?.

"Kalo mau main acting terus, kalian gak bakal kayanya mengabadikan pemandangan yang indah ini." Ucap Maira yang sukses membuat ketiganya cengengesan.

Akhirnya mereka berempat berpose dengan Maira di depan, setelahnya Nia, Kina dan Sita. Mereka saling merangkul bahu. Dan pose yang kedua menahan dagu dengan kedua tangan, seperti Cherrybelle, lalu mereka berfoto bergantian, bertiga-bertiga, lalu berdua. Mereka juga meminta bantuan pada salah satu wisatawan di sana.

"Mas. Tolong fotoin dong mas." Nia memanggil salah satu pria yang sedang duduk di tepi pagar, menikmati keindahan alam. Pria itu menoleh pada Nia, lalu memicingkan matanya. "Mau minta bantu apa teh ?." Tanyanya.

Nia memberikan handphonenya, "minta tolong fotoin, saya sama temen-temen saya," pria itu mengangguk. Lalu mengikuti Nia.

Pria itu mematung, ia bertemu lagi dengan gadis itu, gadis yang bahkan ingin ia hindari. Tapi mengapa tuhan malah menemukannya lagi di sini. Irfan menggelengkan kepalanya, mengatur nafasnya, entah kenapa tiba-tiba dadanya merasakan sesuatu yang aneh.

"Sini Na, Sit," Nia bingung melihat Maira yang masih diam di tempatnya. Pandangannya fokus ke depan, ke arah Irfan.

Dia lagi. Udah cukup deh aku bermasalah sama dia di sana, gak usah di sini juga ketemu dia lagi. Kan males kalo ada masalah lagi sama tuh kakak kakak, minta ma'af aja susah. Tapi kok si Nia dimintain tolong fotoin dia bisa ya. Aneh.

"Maira.. Nuraeni Khumaira anaknya Bapak Usman, ngapain masih bengong di situ, cepetan sini." Nia setengah berteriak memanggil Maira.

Maira gelagapan di tempatnya, dia juga berdehem untuk menghilangkan gemuruh di hatinya yang malah selalu merasa marah jika bertemu pria itu.

🍁🍁🍁🍁

TBC

Vote

Comment

Follow me @uyuNuraeni