"Kebahagiaan itu ketika kita bersama orang yang kita cintai." Kalimat simpel yang selalu Markus jawab ketika ditanya 'Definisi Kebahagiaan menurutmu?'.
Menurut Markus—mungkin bukan Markus saja sepertinya, rata-rata masyarakat akan menjawab definisi Kebahagiaan yang mutlak itu ketika kita bersama orang yang kita cintai.
Itu alasan simpel yang bisa membuat Markus bahagia. Markus selalu bahagia saat bersama daddynya, teman-temannya, dan semua orang yang ia cintai.
Terlepas dari semua itu, ia selalu mengatakan alasan mengapa ia menjawab menggunakan kalimat tersebut.
Semua berawal dari kejadian sebelas tahun lalu, ketika Markus berada didalam sebuah ruang rawat inap di rumah sakit terkenal di kotanya. Markus kecil saat itu tengah duduk di bangku pengunjung pasien sambil memegangi tangan pasien yang sedang dirawat.
"Mom, cepat sembuh." Lirihnya dengan nada lembut sambil mengelus punggung tangan mommynya yang terbaring lemah di atas ranjang.
"Jangan khawatir sayang, mommy pasti bakal sembuh." Ujar mommynya dengan suara paraunya karena sedang sakit.
"Kalau udah sembuh, mommy janji ya sama Mark buat nganterin Mark ke sekolah," ujarnya sambil menatap mommynya dengan lembut. Mommynya mengangguk dan mengelus kepalanya dengan lembut.
Markus tersenyum menatap mommynya yang sedang mengelus lembut kepalanya, ia meletakkan kepalanya di atas ranjang sambil memainkan jari-jemari mommynya.
"Mom, tell me one story. . ."
Jacline—mommynya menatapnya lembut lalu menatap ke arah langit-langit memikirkan sesuatu hal.
"Mommy mau cerita. . . But, You don't hate it. . ." Markus mengangguk lalu menatap manis ke arah mommynya yang sedang asyik menceritakan sesuatu hal.
"Suatu ketika, ada seorang putri dari golongan bawah mencintai seorang pangeran dari sebuah kerajaan. Akhirnya putri tersebut berhasil menikahi pangeran itu, tetapi ratu atau ibu pangeran tak setuju dengan pernikahan tersebut." Markus masih mendengarkan dengan bijak kisah yang sedang diceritakan oleh mommynya.
"Suatu hari, putri tersebut mengandung anak pangeran. Satu kerajaan berbahagia mendengar kabar tersebut terkecuali ratu. Ratu tidak terima jika anaknya menikahi putri dari kalangan bawah, maka dari itu ia berencana menghabisi nyawa calon cucunya.
Tetapi putri tersebut mengetahui rencana dari ibu mertuanya. Ratu berusaha meracuni minuman milik putri agar calon cucunya gugur didalam kandungan, tetapi putri tidak meminumnya. . . Uhuk. . ." Markus segera mengambil segelas air didekat ranjang untuk diberikan kepada mommynya.
"Thanks son. . ." Ujar Jacline sambil mengelus kepala Markus dengan lembut.
"Tidak sampai situ saja, ratu terus mengatur rencana agar bayi itu gugur segera. Tetapi putri terus melindunginya, sampai akhirnya tiba dimana bayi itu keluar dari rahim putri tersebut. . .
Ratu yang mendengarnya pun langsung mendatangi putri tersebut, ia langsung merebut paksa bayi tersebut dari gendongan ibunya. . ." Markus menatap Jacline yang tiba-tiba terdiam lalu menjatuhkan air matanya.
"Mommy kenapa?" Markus menatap wajah Jacline dan menghapus air mata mommynya.
"Nggak kenapa-napa sayang, mommy lanjut ya. . . Ratu tersebut ingin mengambil bayi putri tersebut, tetapi pangeran tak setuju. Dan bayi tersebut mendapat julukan sebagai cucu kesayangan dari ratu tersebut."
"But mom, bukannya dia nggak suka sama kehadiran bayi tersebut? Kenapa dia tiba-tiba mau mengambil bayi tersebut?" Markus kecil penasaran dengan ratu aneh tersebut.
"Karena sebenarnya, ia sayang dengan bayi tersebut. Ia sayang sama cucunya," ujar Jacline sambil mengelus punggung tangan Markus.
"Kalau sayang, mengapa ratu tersebut mencoba untuk mengugurkan bayi tersebut didalam kandungan?" Jacline menatap lembut ke arah anak laki-lakinya.
"Karena itu yang dinamakan cinta, sayang. Cinta bisa tumbuh seiring waktu. Dan kamu tahu kisah akhir cerita tersebut?" Markus menggeleng sambil menatap mommynya.
"Kisah akhirnya, ratu menerima putri tersebut sebagai menantunya dan sangat menyayangi bayi itu dengan sepenuh hatinya." Markus mengangguk dan tersenyum mendengarkan cerita mommynya.
"Mom, siapa putri tersebut? Aku ingin mengucapkan banyak terima kasih kepadanya karena tidak pernah pantang menyerah untuk mendapatkan kasih dari ratu tersebut." Ujar Markus menatap lembut ke arah Jacline.
"Tapi janji ini rahasia kita ya?" Markus mengangguk.
"Bayi itu memiliki nama lengkap Markus Alexandre." Markus terdiam sambil menatap ke arah Jacline yang sedang mengelus kepalanya.
"Markus, kamu harus tahu cerita ini sebelum mommy berpaling dari dunia ini. Mommy mau kamu tetap mencintai grandma-mu karena kamu cucu sulungnya yang sangat dia cintai. Mommy titip pesan kepada kamu, selalu bahagia bersama orang yang kamu cintai. Jika mommy sudah tidak ada didunia ini, percaya sama Tuhan. Kalau mommy ada disini, didalam hatimu. Mommy tinggal didalamnya bersama dengan Tuhan. Jaga daddy, grandma, dan grandpa dengan baik." Jacline memeluknya sambil mengeluarkan air mata. Markus yang belum mencerna semuanya dengan baik dibuat pusing dengan ucapan tersebut. Markus menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong.
"Markus, jangan benci grandma ya. . . Grandma sayang sama Markus, janji sama mommy jangan benci grandma ya?" Ujar Jacline sambil menjulurkan jari kelingkingnya terhadap Markus.
"Markus," Markus tersadar lalu menatap Jacline dan tersenyum manis menatap mommynya.
"Markus janji ya sama mommy, jangan benci grandma. . . Grandma sayang kok sama Markus," ujar Jacline sambil mengelus kepalanya lalu tiba-tiba menunduk karena merasa bersalah menceritakan kisahnya terhadap anak tunggalnya.
"Mommy. . . Markus janji nggak akan benci grandma, Markus akan tetap sayang sama grandma karena Tuhan tidak pernah mengajari Markus untuk membenci sesama," Jacline tertegun mendengar perkataan Markus, ia tersenyum melihat anak tunggalnya tumbuh menjadi pribadi yang baik.
Lalu Markus mengaitkan jari kelingkingnya di atas jari kelingking mommynya, kemudian memeluk tubuh kurus Jacline.
Kembali lagi ke masa sekarang, perkataan mommy selalu terngiang-ngiang di kepalanya. 'Selalu bahagia bersama orang yang kamu cintai'
Markus juga memiliki satu kisah mengenai kebahagiaan. Mengenai kebahagiaan bisa berkarya dan dihargai. Kebahagiaan yang selalu diinginkan oleh teman karibnya dan dia saat itu.
Angkasa Frechan—Echan selalu ingin mendapatkan kebahagiaan ketika ia bisa berkarya dan karyanya bisa dihargai di masyarakat. Itu adalah suatu kebahagiaan dan keinginan Echan.
"Coba tuliskan definisi bahagia dalam pandangan kalian!" Guru pembimbing vokal mereka berjalan mengeliling studio tersebut sambil menatapi satu persatu muridnya.
"Mark, menurutmu bahagia itu apa?" Markus menoleh dan mendapati Echan yang sedang menatapinya.
"Menurutku??? Menurutku bahagia itu ketika mencintai dan dicintai, karena bahagia itu tak luput dari kasih Allah." Echan mengangguk walau tak terlalu paham maksud dari ucapan Markus.
"Menurutmu sendiri, bahagia itu apa?" Markus bertanya balik kepada Echan yang duduk di sebelahnya.
"Menurutku ya. . . Bahagia itu ketika bersama keluarga, ketika aku bersama papi mami dan kakak-kakakku. Di situ aku merasa kalau aku sangat bahagia," Markus terenyuh mendengarnya, ia tersenyum tipis dan menatap Echan menulis diatas kertas miliknya.
Sejujurnya, Markus iri dengan Echan yang masih memiliki keluarga yang sangat lengkap.
"Oiya aku ada satu lagi definisi kebahagiaanku ketika berada di sini. . ." Markus menoleh ke Echan yang sekarang menatapnya.
"Apa itu?"
"Bahagia ketika berkarya dan karyaku dihargai," lagi-lagi Markus tersenyum tipis menanggapinya.
"Aku ingin suatu saat nanti, semua karyaku dapat dihargai oleh masyarakat. . ." Markus mengelus kepala Echan.
"Apakah sudah ditulis? Kalau sudah tolong digulung dan dimasukkan ke dalam kotak yang ada di depan situ ya," ujar pembimbing mereka lalu Markus dan Echan segera memasukkannya ke dalam kotak.