Selesai menentukan tiga perempat liriknya, Yera dan Markus menoleh ke arah Dery yang sekarang tengah tertidur puas di atas sofa.
"Balik yuk ke sekolah, udah mau jam setengah dua." Ujar Yera sambil membereskan kertas-kertas yang berhamburan. Markus mengangguk dan bangkit berdiri.
"Der, yuk balik ke sekolah!" Ujar Yera berusaha membangunkan Dery yang sudah tertidur pulas selama satu jam lebih.
"Hngh,"
"Oiya Yer, lo sama Echan hubungannya apaan?" Ujar Markus membuat Yera langsung menengok ke arahnya.
"Lo tau nggak Echan punya kakak?" Ujar Yera.
"Tau, dia dulu pernah bilang kalau dia punya kakak cowok sama cewek."
"Gue kakaknya yang cewek,"
Markus menatap heran ke arah Yera, Markus tiba-tiba diam sejenak sambil memandangi Yera dari atas sampai bawah.
"Tunggu, lo beneran kakaknya Echan kan?"
"Lo tau nggak huruf P di belakang nama Echan itu kepanjangannya apa?"
Markus menggeleng dan seketika ia terkejut sambil memandangi Yera. Ia akhirnya mengangguk mengerti dan mulai paham.
"P for Purnamasan, dia adik kandung gue."
"Yer, gue minta maaf ya." Ujar Markus merasa tak enak hati karena seketika mereka membahas masa lalu Yera.
"Nggak papa Mark, itu sudah jalannya Echan sama mami gue kok."
"Hngh, jam berapa nih?" Ujar Dery yang baru saja bangun menanyakan jam terlebih dahulu kepada mereka dan sesekali mengusap matanya.
"Eh udah jam setengah dua, ayok balik ke sekolah!"
**
Ia masih terduduk di atas bangku penumpang sambil menatapi ke arah area parkiran bandara.
"Ternyata dunia ini sempit banget ya," ujarnya masih melamun di tempatnya tanpa memperdulikan telepon masuk ke dalam ponselnya.
"Oh Jesus!" Ujar Markus saat melihat sambungan yang masuk ke dalam ponselnya. Ia keluar dan pergi menjemput neneknya yang terus meneleponnya.
"Momma!" Ujar Markus saat menatap neneknya dari kejauhan, seorang wanita tua tengah berdiri dengan sebuah koper di sebelahnya.
"My leo!" Ujarnya sambil berlari pelan menghampiri Markus dan memeluknya.
"C'mon Momma! I will pull your bag." Ujar Markus sambil melepaskan pelukan dari neneknya dan beralih memegang koper besar milik neneknya. Sebelah tangan Markus menarik koper tersebut dan sebelah tangannya mengandeng tangan neneknya.
"Leo, do you have a girlfriend?"
Pertanyaan neneknya membuat Markus kaget seketika mendengarkannya. Tiba-tiba neneknya menanyakan hal aneh kepadanya, padahal neneknya tidak setuju jika Markus memiliki pacar di umur sekarang.
Markus menggelengkan kepalanya, bagaimana ia memiliki pacar? Neneknya saja melarang dia untuk berpacaran.
"Very nice, you're smart. Yesterday, your cousin admitted if he has a lover. I scolded him. I guess you have a girlfriend, apparently not." Markus mengangguk saat mendengarkan perkataan neneknya.
"You have to study, then find a girlfriend." Markus melirik neneknya sebentar yang ingin masuk ke dalam mobilnya. Ia mengangguk mengerti.
Saat ini Markus tengah mengendarai mobilnya, matanya terfokus ke depan tapi pikirannya telah melayang kemana-mana.
Markus masih saja memikirkan tentang Yera dan masa lalunya. Ia masih tidak menyangka jika Yera adalah kakak kandung dari teman musiknya tersebut.
Sebuah kilasan masa lalu dirinya dan Echan tengah berputar di otaknya. Seketika ia tersenyum saat pikirannya melihat Echan yang tengah tersenyum bangga kepadanya.
"Leo, what's wrong with you?" Ujar neneknya menyadarkan Markus yang tersenyum sendiri saat mereka berhenti di lampu lalu lintas.
"No, momma. By the way, I'll take you to the house. I have to go to practice. Okay momma?" Ujar Markus menatap neneknya yang sedang sibuk memakan roti.
"Okay, I will wait for you, dear."
**
"Lo tuh les musik, tapi kok nggak ngerti not angka sih?"
Suara itu mengusik indera pendengaran Markus saat ia baru saja hadir didalam apartemen milik kak Juan. Markus mendekati Juna untuk mengorek informasi mengapa Dery memasang muka kesal dan menatap sinis ke arah Lukas.
"Lo mau tau kenapa mereka kan?" Ujar Juna pelan agar tidak kedengaran dengan Dery dan Lukas sedangkan Markus mengangguk.
"Tadi kita latihan, terus Lukas nggak bisa baca not angka. Ya terus kena marah sama Dery, katanya 'Lo les musik kok nggak bisa baca not angka sih?' intinya dikata-katain lah si Lukas." Bisik Juna kepada Markus sedangkan Markus mengangguk paham.
"Udah-udah jangan berantem deh. Mending kita lanjutin aja dulu, entar gue bantu lo Luke." Ujar Yera yang baru saja hadir di antara mereka berempat berusaha menenangkan suasana dingin saat ini.
Lukas mengangguk sedangkan Dery berusaha menenangkan emosinya. Markus dan Juna beralih ke alat musik mereka masing-masing.
"Udah, ayok kita belajar ulang!" Ujar Yera sambil tersenyum menatap mereka dan mulai memainkan keyboardnya.
"Woy Luk! Lo salah masuk, harusnya itu Bb!" Ujar Dery sambil menatap sinis kepada Lukas. Lukas mengangguk takut sambil memperbaiki jarinya di atas gitar bass-nya.
"Lukas, habis Bb itu A. A Luk A!!" Ujar Dery sambil melemparkan tongkat drumnya membuat mereka yang berada disitu terkaget melihat tingkah Dery.
Markus juga heran, bisa-bisanya Lukas yang mengaku dia les musik buta akan not angka. Apalagi saat ia mendengar Lukas berada di Grade 3 yang berarti Lukas sudah naik tingkat selama 2 kali.
"Udah Der, sini biar gue aja yang ngajarin." Ujar Yera berusaha menenangkan Dery yang terbawa emosi sambil mendekatkan dirinya kepada Lukas.
Markus menatapnya sekilas ke arah Yera dan Lukas. Lalu ia melirik ke arah Juna yang tersenyum menggodanya dan ia memasang tatapan tajam ke arah Juna.
"Latihan masing-masing aja dulu. Gue ajarin Luke dulu ya," ujar Yera lalu mereka mengangguk. Markus sekarang fokus kepada gitarnya dan mulai berlatih dengan gitarnya.
"Mau kemana, drol?" Dery langsung menghentikan langkahnya lalu menengok ke arah Yera yang sedang fokus mengajari Lukas.
"Ke minimarket, mau nitip?" Ujar Dery dengan nada dingin saat menatap Yera dan Lukas di hadapannya.
"Gue kopi aja. Eh Luk, Lo apa?" Tanya Yera lalu mengarahkan pandangannya kepada Lukas yang berada di hadapannya. Lukas menggelengkan kepalanya.
"Mark, Jun. Lo mau nitip apa? Mumpung Dery mau ke minimarket." Markus dan Juna menoleh ke arah Yera.
"Gue sama Juna teh aja."
"Yaudah. Der, tehnya tiga sama kopinya satu. Nanti uangnya gue ganti," ujar Yera.
"Hngh, nggak ada lagi nih?"
"Beliin aja snack. Makasih ya sayang ku," ujar Yera sambil tersenyum menatap Dery yang pergi meninggalkan apartemen kak Juan.
Saat ini keadaan apartemen benar-benar dalam suasana dingin. Yera sedang mengajari Lukas tentang perpindahan jari-jarinya di atas bass. Juna melatih vokalnya dan Markus memainkan gitarnya.
"Maaf ya Luk soal perlakuan Dery."
"Iya nggak-papa, gue ngerti kok."