"Ngapain Yer?"
Yera menengok ke belakang dan mendapati kak Juan yang membawakan segelas susu dan memberikan kepadanya.
"Makasih kakakku! Sayang kakak deh!" Ujar Yera tersenyum menatap kak Juan.
"Bikin lagu Yer?" Kak Juan menengok aktivitas yang dilakukan oleh Yera dari dekat.
"Iya nih kak, buat perlombaan itu." Ujar Yera sambil mengangguk penuh semangat.
"Oh oke deh siap, emang adik kakak yang satu ini semangat betul. Semoga besarnya nanti jadi musisi ya, amin." Ujar kak Juan sambil menepuk kepala milik Yera dengan pelan.
"Amin, doakan aja lah kak,"
"Yaudah, diminum dulu susunya entar keburu dingin. Oiya, jangan lama-lama ya. Langsung tidur, besok sekolah kan? Bawa seragam buat besok sama tasnya?" Ujar kak Juan sambil menatap Yera.
"Bawa kak,"
"Udah izin sama papi tadi?" Yera terdiam dan terkekeh menatap kak Juan sedangkan kak Juan menggelengkan kepalanya.
"Nggak ninggalin sticky notes?" Kak Juan kembali menanya dan dibalas gelengan kepala oleh Yera.
"Hngh yaudah, kakak telepon dulu papimu ngasih tahu kamu nginap di apart kakak. Yaudah, kakak balik kamar dulu ya! Jangan tidur kemalaman, lanjut besok aja daripada nanti bangun kesiangan!"
"Siyap kakak bos!" Kak Juan mengelus kepala adik sepupunya yang selalu ia anggap adik kandungnya. Kak Juan pergi meninggalkannya dan menyisakan dirinya bersama beberapa lembar kertas yang berisi not angka di atasnya.
"Salah deh ini!"
"Ah salah nada anjir!"
"Kayaknya habis A ke G# deh."
"Bodohnya anjir gue!"
"Bodoh ah!"
"Au ah dark!"
Rentetan kekesalan yang dilontarkan oleh Yera sedari tadi. Rasanya otaknya dipenuhi asap kebul karena terus memikirkan tentang not angka dan lirik untuk lagunya.
Ia meletakkan kepalanya di atas meja yang berdekatan dengan keyboardnya. Sekilas ia melirik jam dinding, jam tengah menunjukkan pukul 01.23.
"Kayak apa nih, bingung nentukan liriknya," Ujar Yera menyerah karena sedari tiga jam yang lalu ia terus memikirkan lagu miliknya yang belum selesai ia buat.
Akhirnya ia memutuskan untuk rehat sejenak dan pergi ke kamar untuk beristirahat dan melanjutkan menulis lagunya besok saja.
**
"Eh kalian berempat ada agama nggak hari ini?"
Yera, Daron, Miya dan Alin menoleh ke arah Yesya yang sedang berdiri menatap mereka berempat.
"Eh pak Steve datang nggak Yer?" Kini giliran Miya yang menanyakan sesuatu hal kepada Yera.
"Nggak ada, bapaknya ada rapat di kantor dinas." Ujar Yera sambil menggelengkan kepalanya.
"Nggak ada lok berarti? Orang soljum kita ke chatime kuy!" Ajak Yesya kepada mereka berempat.
"Ayok, sekalian nih gue mau beli takoyaki yang deket chatime itu!" Ujar Daron menyetujui ajakan Yesya.
"Yang lain gimana?" Ujar Yesya kembali sambil menatap ke-empat temannya.
"Gue ikut, tapi entar mampir ke gramedia yak!" Ujar Miya menyetujui ajakan Yesya juga.
"Gue ikut juga deh, bosen di sekolah." Ujar Alin.
"Lo Yer?" Kini Alin menatap Yera yang menggelengkan kepalanya.
"Sorry guys kali ini gue nggak ikut nongki. Gue mau ke apart kak Juan. Mau nyelesaikan lirik lagu nah, anjer." Ujar Yera menolak sambil tersenyum kecut karena tidak bisa ikut bersama teman-temannya kali ini.
"Yah sayang banget, padahal kita juga mau ghibah." Ujar Miya.
"Asalkan jangan ghibahin gue aja, awas aja kalian ghibahin gue!" Ujar Yera sambil melotot ke arah keempat temannya.
"Nggak janji ya," ujar Yesya sambil terkekeh menatap ke arah Yera sedangkan Yera hanya memasang muka kesalnya.
"Lagu buat perlombaan Yer?" Kini Alin menatap Yera dan dibalas anggukan oleh Yera.
"Yaudah lanjutin aja dulu, lo mau dibawain apaan nanti?" Alin melanjutkan kata-katanya.
"Gue Hazelnut Milk. Kayak biasa, tau kan selera gue?" Ujar Yera sambil menatap Alin.
"Tau, yaudah itu aja?" Yera mengangguk.
"Yaudah, duluan ya Yer. Nanti kalau kita udah sampai sekolah kita telepon kok, see you sayangku." Ujar Yesya dan Yera mengangguk setelah itu keempat temannya meninggalkan Yera yang sedang membereskan buku-bukunya.
"AVE SHAYERA!"
Yera menoleh ke depan kelasnya dan mendapati Dery yang tengah berjalan menuju ke arahnya.
"Napa?" Tanya Yera sambil menatap Dery yang sedang duduk di bangku milik Alin di depannya.
"Mana para cabe yang lain?" Tanya Dery sambil menengok ke arah bangku teman-teman Yera.
"Keluar, pergi nongki." Ujar Yera.
"Lah, lo nggak ikut? Tumben banget," ujar Dery sambil menatap heran ke arah Yera.
"Gue mau ke apart kak Juan, mau lanjutin lagu gue." Ujar Yera sambil mengaitkan tasnya dan menggendongnya.
"Ikut dong beb, bosan gue di sekolah. Fausta sama si Husen lagi soljum," ujar Dery.
"Yaudah lo ikut, tapi awas aja lo minta aneh-aneh," ujar Yera sambil menatap ke arah Dery.
"Iya sayangku," ujar Dery sambil menepuk kepala Yera dan mencubit pipinya sebentar.
"Yaudah ayok!" Ajak Yera sambil menarik tangan Dery.
"Eh Yera!" Ujar Markus saat menatap Yera yang baru saja keluar dari kelasnya.
"Kenapa Mark?" Ujar Yera sambil menoleh ke arah Markus yang sekarang berada di hadapannya.
"Gue mau bilang entar sore nanti gue datangnya agak telat ya, soalnya mau jemput nenek gue di bandara." Ujar Markus dibalas anggukan kepala oleh Yera.
"Oh oke deh siap, gapapa kok Mark." Ujar Yera.
"Eh mau kemana?" Tanya Markus saat melihat Yera menggendong tasnya tersebut.
"Mau ke apart kak Juan, mau lanjutin bikin lagunya." Ujar Yera dan Dery yang berada disitu langsung berdehem.
"Uhuk, gue jadi nyamuk disini jadinya." Ujar Dery membuat dua insan tersebut menatapnya.
"Hehe lupa ada pawangnya hehe, mau gue bantuin nggak Yer?" Tawar Markus sambil menoleh ke arah Yera.
"Boleh banget, ayuk!"
**
"Anjir tiduran dulu ah!"
Yera dan Markus menatap Dery yang sedang berbaring di atas sofa. Yera menggelengkan kepalanya sedangkan Markus terkekeh melihat Dery.
"Ini Mark, gue semalam mau bikin lirik sama sambungan notnya. Tapi nggak ketemu not yang lainnya, puyeng gue!" Ujar Yera sambil memberikan beberapa lembar kertas kepada Markus yang berada duduk didepannya.
Markus menerimanya dan membaca not tersebut, dia mengambil gitar milik Yera dan menyesuaikannya dengan not angka di atas lembar kertas tersebut.
Markus tiba-tiba diam sejenak, memperhatikan lebih teliti not angka tersebut. Tak lama ia mengambil ponselnya dan membuka galerinya.
"Yer, lo kenal sama Angkasa Frechan?" Markus menatap heran ke arah Yera, Dery yang mendengarnya mengubah posisinya menjadi duduk dan menatap Markus dari belakang.
"Eh? Lo kenal sama Echan, Mark?" Ujar Dery sambil menatap Markus membuatnya menoleh ke Dery.
"Dia teman les musik gue dulu, harusnya kami manggung bareng. Tapi sebelum manggung dia udah meninggal," ujar Markus membuat Yera menatapnya.
"Akhirnya gue dapat! Lo pasti temannya Echan yang megang kertas not angka halaman 5 dan 6 kan?" Ujar Yera sambil menatap Markus.
"Iya,"
"Akhirnya Mark, lo penyelamat! Kertas halaman 1 sampai 4 itu sekarang lagi dipegang sama lo, kertas itu akan dibikin jadi lagu untuk lomba kita nanti!" Ujar Yera tersenyum bahagia sambil menunjuk kertas yang dipegang oleh Markus.
"Oke, kita lanjutin!"