"Yer, lo yakin mau ikutan lomba itu?"
Yera menoleh ke arah Miya yang sedang menatapnya saat dia sedang memasukkan buku bimbingannya ke dalam tas serut miliknya.
"Oh yang band itu? Iya Mi, kenapa?" Tanya Yera menatap Miya yang menghadap ke arahnya.
"Eh eh, lo yakin nih Yer? Nggak ganggu jam pelajaran lo?" Celetuk Yesya dari belakang sambil memajukan badannya ke arah Yera.
"Lo ngajak siapa aja emangnya?" Kini Daron yang duduk di sebelah Yesya menatapi dengan tatapan yang penuh pertanyaan.
"Nggak ganggu kok, tenang aja. Kalian penasaran nih gue ngajak siapa aja? Hehe," ujar Yera sambil terkekeh pelan membuat ketiganya menatap Yera datar.
"Paling si Dery aja juga tuh." Ujar Alin sambil membalikkan badannya ke arah belakang menatap ke-empat temannya yang sedang asyik mengobrol.
"Tuh tau. Gue ngajakin Dery, Lukas, Markus sama Juna. Gimana, mantep nggak tuh?" Ujar Yera sambil mengangkat sebelah alisnya sedangkan ke-empat temannya menganga mendengarkan ucapan Yera.
"Serius lo? Anjir lo ajak Markus?" Ujar Miya yang terkejut mendengarnya. Sedangkan Yera mengangguk sambil tersenyum penuh sumringah.
"Gini biar gue jelasin, mending kita bahasnya di kafe aja. Gimana?" Ujar Yera yang dihadiahi anggukan oleh ke-empat temannya.
Mereka keluar dari ruang bimbingan tersebut dan pergi ke kafe milik Yera yang tak jauh dari situ. Mereka duduk dan membiarkan Yera pergi sebentar ke belakang untuk mengambil sesuatu.
"Jadi kalian penasaran kenapa gue ikut lomba itu kan?" Ujar Yera sambil memberikan minuman kepada teman-temannya. Ke-empatnya mengangguk bersamaan, Yera duduk di antara mereka dan mulai bercerita.
"Kalian ingat kan sama mimpi Echan?"
"Mimpi Echan yang mana—" sebelum Yesya melanjutkannya, Alin langsung memotongnya "Dia mau jadi penyanyi di suatu band nantinya."
"Nah seratus persen benar. Kalian paham kan maksud gue?"
Semuanya terdiam menatap Yera yang tengah memberikan senyum smirk kepada mereka berempat.
"Sebentar, jangan bilang lo bikin band ini buat wujudin mimpi Echan. Gue bener kan?" Celetuk Daron sambil menatap Yera yang sedang menunjukkan kedua jempolnya kepada Daron.
"Seratus persen buat Ronnie kita. Tepat sekali, ini band buat wujudin mimpi Angkasa Frechan Purnamasan."
"BAGUS, GUE DUKUNG BAND LO YER!! LAIN KALI KALAU MAU LATIHAN, AJAK GUE YA!!" ujar Miya penuh semangat sambil menepuk pundak Yera dengan penuh semangat.
"Tapi sebentar dulu, emang lo diizinin sama sekolah?" Ujar Yesya menatap heran ke arah Yera.
"Tenang, tadi siang pas ishoma gue ke kesiswaan. Pak Tayo setujui proposal gue,"
"Gue dukung usaha lo, Yer. Asalkan jangan ganggu jam sekolah," ujar Alin.
"Iya Alin sayangku. Nggak ganggu jam sekolah, ih kamu perhatian banget deh sama Yeramu ini." Ujar Yera menoleh ke Alin sambil mencubit kedua pipinya yang segera ditepis oleh Alin.
"Jijik goblok!" Ujar Alin sambil menepisnya dan menatap Yera sinis, sedangkan Yera terkekeh menatap Alin.
"Ih kamu selingkuh ya dari aku, Yer?" Kini Daron berlagak pura-pura marah kepada Yera. Yera menoleh ke Daron dan memeluk Daron.
"Mulai lagi anying," ujar Yesya sambil menepuk kepalanya menatap kedua sosok yang sedang berpelukan di depannya.
"Salah lo nih Lin, coba tadi kamu nggak usah ngomong gitu!" Tuduh Miya menatap Alin yang sedang mengerutkan keningnya.
"Gue lagi yang salah."
**
Setelah pergi meninggalkan kafetaria miliknya, Yera pergi ke apartemen kak Juan untuk memenuhi janjinya. Di sana, sudah ada Dery yang tengah duduk di bangku penumpang mobil sambil mendengarkan lagu melalui radionya.
Ia meninggalkan motornya dan berjalan menuju mobil milik Dery. Sesampai di samping mobil Dery, ia mengetuk pintu mobilnya.
"Nunggu di mobil atau diluar?" Ujar Dery yang membuka setengah kaca mobilnya dan menatap Yera.
"Luar aja," Dery mengangguk dan mematikan mesin mobilnya dan segera keluar.
"Chat anak-anak dong mereka dimana." Ujar Yera menatap Dery yang sedang memasukkan kunci mobilnya ke dalam saku celananya.
"Kan kita belum punya anak, Yer. Bikin dulu atuh ha—" mulut Dery segera dipukul pelan oleh Yera yang menatapnya tajam.
"Maksud gue anak band yang lain. Chat cepatin! Kita tunggu diparkiran." Ujar Yera menatap sinis ke Dery sedangkan Dery terkekeh dan segera ia mengambil ponselnya.
Band buat lomba (5)
Permisi |
Gue sama Yera nungu di parkiran ya |
Ada yg sdh smpai? |
Lukas
Gue udah sampai
Tp kalian dimana?
Yera
Share lock lo Luk
Lukas mengirim lokasi.
Arjuna
Sebentar
Masih di lampu merah
Oke jun |
**
Saat ini apartemen milik kak Juan telah diisi oleh Yera, Lukas, Markus, Juna dan Dery. Kak Juan telah menyiapkan minuman buat mereka.
"Oiya sebelumnya gue mau ngucapin terima kasih banyak ya udah mau gabung ke band ini," ujar Dery kepada mereka semua.
"Santai aja Der." Ujar Markus sambil tersenyum menatap Dery.
"Oiya gue mau nanya. Luk, diantara gitar, bass, drum dan piano lo bisa main apa?" Ujar Yera menatap Lukas yang diam saja sedari tadi.
"Oh, gue? Gue sebenarnya bisa aja main piano sama bass. Tapi gue belum terlalu lihai," ujar Lukas.
"Lo bassist ya!" Telak Yera lalu disambut anggukan oleh Lukas.
"Kalau lo Jun, diantara gitar, drum, piano dan nyanyi lo bisanya apa?" Ujar Yera yang sekarang menoleh ke arah Juna yang sedang menyantap makanan ringan yang disediakan oleh kak Juan.
"Dia mah bisa semuanya, Yer. Main piano bisa, main gitar bisa, nyanyi bisa." Juna menoleh ke arah Markus yang menjawab pertanyaan yang seharusnya ia jawab. Yera menoleh sebentar ke arah Dery lalu ia mengangguk dan menatap ke arah Juna.
"Lo nyanyi ya Jun! Gue pernah dengar suara lo, enak banget pas didengerin," puji Yera kepada Juna.
"Makasih Yer, tapi Mark suaranya nggak kalah bagus kok." Ujar Juna yang melirik ke Markus yang berada di sampingnya.
"Mark main gitar!" Telak Yera lalu disambut anggukan kepala oleh Markus.
"Terus gue apa Yer?" Dery menatap Yera sambil mengambil gelas minumannya.
"Ya lo pasti drum lah, lo kan emang jago drum." Ujar Yera sambil menatap sinis ke arah Dery yang sedang terkekeh.
"Gue mau nanya nih Yer, kita latihannya kapan aja?" Tanya Markus yang sekarang menatap Yera.
"Oiya soal latihan, mending kita rundingkan dulu sekarang. Kalian bisanya hari apa aja?" Ujar Yera sambil menatap ke-empat pria tersebut.
"Saran kakak nih ya, jangan ganggu jam belajar kalian sama les kalian intinya." Saran kak Juan yang dibalas anggukan oleh mereka berlima.
"Kan kita Sabtu tuh libur ya. Saran gue sih kita latihan setiap malam Sabtu sama malam Minggu. Itu saran gue, nggak tahu yang lain." Usul Markus yang dihadiahi anggukan oleh Juna yang duduk di sebelahnya.
"Gue setuju sama saran Mark. Itu nggak ganggu jam belajar gue dan jam les gue." Ujar Juna.
"Ya gue setuju banget," Dery menambahkan.
"Lo gimana, Luk?" Tanya Yera dan mereka berempat menoleh ke arah Lukas yang duduk terdiam di sofanya.
"Gue setuju aja, hari itu gue nggak ada kegiatan juga." Ujar Lukas.
Keputusan final telah sampai, latihan ditetapkan setiap malam Sabtu dan malam Minggu di apartemen kak Juan. Yera menoleh ke arah ke-empat pria di hadapannya.
Gue yakin!