Chereads / Should Be / Chapter 11 - Bab 11 : Hilang

Chapter 11 - Bab 11 : Hilang

Kertas usang yang berisi not angka telah ia pegang. Ia duduk di lantai kamarnya sambil membolak-balikkan kertas usang yang telah dimakan usia tersebut.

Ia menggabungkan semua kertas tersebut sesuai halaman yang ditulis di pojok kanan bawah tersebut. Tak lama ia mendekatkan dirinya dengan sebuah keyboard miliknya di ujung kamarnya.

Ia menyesuaikan not tersebut dengan permainan jarinya, hingga jarinya berhenti bergerak dan pikirannya menjadi bingung karena tulisan not angka itu terhenti. Ia baru sadar, jika not tersebut belum ditulis kelanjutannya oleh sang pemilik semula. Ia menghela nafasnya secara kasar dan menyenderkan tubuhnya di bangku tersebut.

PUNYA ECHAN

Ia memandangi langit-langit kamarnya sambil memikirkan dimana sambungan not-not angka lainnya. Ia mengusap wajahnya secara kasar lalu memainkan keyboardnya kembali.

Instrumen Melody Of The Night dimainkan secara indah oleh jari-jarinya. Seolah jarinya tengah berdansa keren bak seorang ballerina yang tengah tampil pertunjukan.

Ia memainkannya untuk sekedar membuang rasa penatnya atau rasa pusingnya sebagai rileksasi dirinya. Dia sering sekali memainkan instrumen musik ini.

Tak lama setelah memainkannya, ia merasa dirinya menjadi lebih baik dan lebih rileks dari sebelumnya. Ia kembali menatap tumpukan kertas dan membaca kembali kertas usang tersebut.

Ada sebuah goresan kalimat kecil di pojok kanan yang menjadi pusat perhatian Yera, Yera menatapi kertas tersebut semakin dekat. Tetapi karena tulisannya itu sepertinya ketumpahan oleh air, tulisannya tersebut tidak terlalu jelas jika dilihat.

sisanya sama ...

Yera mengernyitkan dahinya, mungkin ini merupakan petunjuk kemana perginya sambungan not angka tersebut, ia membacanya lagi secara detail. Dan yang ia dapatkan adalah akhir tulisannya yang mungkin merupakan petunjuk besar.

Akhir tulisannya menulis huruf 'S', itu berarti huruf nama orang itu berakhiran 'S'. Tapi siapakah itu? Selama ini Yera hanya tahu teman-teman Echan adalah Injun, Nana dan Nono—selebihnya ia tidak terlalu tahu.

**

Lukas menatapi teman sekelompoknya yang sedang serius mengerjakan tugas, terutama seorang gadis yang sedang ditatapi oleh Lukas sedari tadi.

Lukas menatapnya secara intens, apakah benar ia semirip itu dengan orang ini? Tapi menurut Lukas, benar sih mereka tampak sedikit mirip. Apalagi di bagian bibir mereka.

Gadis yang kedapatan mencari bahan referensi dari internet itu menatap ke arah layar ponselnya, sambil membacakan inti jawaban hasil searching di internet.

"Cie Lukas ngelihatin Daron gitu banget. Ronnie, tuh dilihatin Lukas. Cie," celetuk Miya heboh membuat teman satu kelompoknya menatap ke arah Miya yang sedang mencomblangi dua insan tersebut.

Lukas hanya terkekeh dan Daron? Daron hanya bisa menggelengkan kepalanya pasrah melihat tingkah Miya.

"Mi, kerjakan bego tugas lo! Nanti si Juleha datang ke sini bego!" Tegur Daron untuk memperingati Miya, takut jika bu Julie Hasinta—singkatannya Juleha datang dan menegur mereka.

"Iya-iya, santai aja napa. Tuh Lukas dari tadi ngelihatin lo," cibir Miya sambil memutarkan bola matanya.

"Lo udah selesai, Kas?" Tanya Daron mengubah topik pembicaraan agar tidak tercipta suasana canggung di antara teman kelompoknya.

"Eh— udah udah, ini tinggal bantu kerjain punya Rey," jawab Lukas sambil tersenyum menatap Daron. Daron mengangguk dan melanjutkan tugasnya kembali.

Karena merasa bosan, ia memandangi beberapa objek yang menarik di laboratorium Biologi ini. Hingga sosok matanya menangkap perempuan yang tengah puas tertawa bersama teman sekelompoknya.

Lukas mengingatnya, ia seperti kenal dengan perempuan tersebut sebelum ia masuk ke sekolah ini.

Dia kan . . .

**

Lukas kalau sudah benar-benar penasaran, ia akan mencari informasi tentang objek tersebut sampai sedetail-detailnya.

Saat ini bel pulang sekolah telah berbunyi, kebetulan ia mendapatkan piket pada hari ini. Saat semua teman-teman piketnya sudah pada berpergian, ia berjalan menuju salah satu loker yang berada di belakang kelas mereka.

Hingga ia berhenti di salah satu loker yang sepertinya tidak dikunci, ia membukanya dan menemukan beberapa buku didalam sana.

Didalamnya hanya beberapa buku paket pelajaran sampai buku catatan yang sengaja ditinggal, sepertinya ia adalah tipe anak pemalas yang membawa bukunya kembali ke rumah.

Tapi ada satu yang menjadi pusat perhatiannya, sebuah not-not angka yang dimasukkan ke dalam sebuah map bening. Anggap Lukas kurang ajar, ia membukanya dan membacanya.

Lukas memotret kertas tersebut dan memasukkannya kembali, ia membacanya sebentar dan memutuskan untuk menutup loker dan berbalik ke rumah.

"Lo ngapai didalam kelas?" Sebuah suara membuatnya kaget saat ia keluar dari kelas, ia menoleh dan mendapati seorang gadis yang menatapinya tajam.

**

Markus sedang asyik menongkrong di salah satu kafe, sambil meminum Iced Cappucino kesukaannya. Ia memiliki alasan lain menongkrong di kafe ini, mungkin untuk melihat seorang gadis.

Anggap aja ini lelucon, kafe ini merupakan tempat untuk kedua kalinya ia bertemu dengan gadis tersebut. Sebelumnya, ia pernah bertemu dengan gadis tersebut di Konsernya bersama teman-temannya dan yang untuk kedua kalinya ia melihat gadis tersebut di kafe ini sedang bersama seorang pria yang lebih tua darinya.

Saat ini ia melihat gadis tersebut tengah mengobrol dengan pria yang lebih tua darinya, ia tahu apa hubungannya mereka ; hanya sebatas adik dan kakak. Makanya ia tidak terlalu cemburu dengan hal itu.

Dan jika ia cemburu, apakah ada hak untuknya cemburu? Status pun dia tak punya.

"Hey pak maketos, ngapain ke sini sendirian aja? Mau ngedate ya?" Celetuk seseorang tiba-tiba membuat Markus mengalihkan pandangannya ke arah dua wanita didepannya sambil tersenyum.

"Eh Yesya—nggak, gue ke sini cuman mau nongkrong biasa aja. Pusing gue ngerjain tugas terus," ujar Markus sambil tersenyum ke arah dua gadis didepannya.

"Eh Mi, gue mau pipis dulu. Sebentar ya gue tinggal," ujar Yesya langsung pergi dari hadapan Markus dan seorang gadis di sebelahnya.

"Eh Miya, halo. Duduk aja Mi," Sapa Markus ramah sambil menyuruh Miya duduk di bangku depannya.

"Eh—nggak papa Mark, gue mau pergi ke Alin di sana." Ujar Miya sambil menunjuk ke sebuah meja di dekat dengan meja kasir.

"Oh janjian sama Alin?" Tanya Markus sambil tersenyum menatap Miya.

"Iya, mau pergi ke gereja ambil titipan." Ujar Miya sambil terkekeh menatap Markus. Markus hanya membulatkan mulutnya dan Miya berpamitan pergi dari hadapan Markus.

**

"Ciailah ngomong sama gebetan, gimana mbak gimana?" Ujar Yera saat melihat Miya salah tingkah sendiri sambil tersenyum.

"Orang tadi dilama-lamain aja ngobrolnya, jadi biar gue sama Alin aja ke gereja ngambil barangnya." Ujar Daron sambil tertawa menatap Miya.

"Iya bego lo, ada kesempatan malah lo sia-siain. Tolol ah," ujar Yesya sambil menjitak dahi milik Miya.

"Au ah kesal gue sama lo Yes. Kesal banget sumpah," ujar Miya sambil meringis kesal karena mendapatkan jitakan dari Yesya.

"Sudahlah, lo sana balik ngobrol lagi sama Markus. Biar gue aja yang sendiri ngambil berkasnya di gereja," ujar Alin sambil bergegas pergi menuju gereja.

"Eh bujang, anak gadis nggak boleh pergi malem-malem. Sini kita temani!" Ujar Yera bergegas mengikuti Alin.

"Lah terus lo apa?" Celetuk Alin yang membuat mereka menatap Yera bingung.

"Eh iya, gue kan juga gadis." Ujar Yera sambil terkekeh dan mendapatkan jitakan dari Yesya.

"Yaudah kita temani, sekalian gue mau borong jajan didekat gereja kalian, hehe." Ujar Yesya sambil tersenyum manis menatap mereka berempat.

"Soal jajanan nomor satu, tapi kalau disuruh sholat paling males. Ya Yesya," ujar Daron sambil menepuk kepalanya sendiri melihat Yesya.