Chereads / Should Be / Chapter 12 - Bab 12 : Not Angka

Chapter 12 - Bab 12 : Not Angka

Sudah hampir dua belas tahun mereka bersama, dimulai dari umur enam tahun hingga sampai saat ini. Dery tahu semua duka dan suka yang dialami Yera.

Persahabatan mereka dimulai di salah satu sudut taman komplek perumahan mereka. Saat itu Dery kecil baru saja pindah ke daerah perumahan tersebut, Dery yang disuruh oleh bundanya untuk bermain di luar rumah akhirnya memutuskan untuk bermain di taman komplek yang tak jauh dari rumahnya.

Dery yang berumur enam tahun saat itu tidak mempunyai teman, sampai ia mendengar seorang bocah laki-laki kecil yang menangis karena terjatuh.

"Huh kak, kak Ela sama kak Yia mana sih??? Huh!" ujarnya sambil menangis dan terduduk di tanah lapang sambil merengek seperti anak hilang.

Dery melihatnya dan berusaha mendekati bocah kecil itu dan menatapinya dari dekat.

"Bantu aku cari kakak aku!" ujarnya kepada Dery sambil menarik-narik lengan Dery dan sesekali merengek membuat Dery kesal karena datang menghampirinya.

"Aku nggak tahu kakakmu siapa, aku aja nggak tahu kamu siapa!" Bentak Dery sambil menepis pelan tangan bocah tersebut yang membuat bocah tersebut menangis.

"Eh jangan nangis, nanti kamu didatangi wewe gombel loh! Udah-udah," ujar Dery sambil menggotong tubuh bocah tersebut agar berdiri dan membawanya ke kursi taman.

Bocah tersebut masih menangis di kursi taman dan Dery hanya bisa menatapi dirinya kebingungan.

"Udah-udah jangan nangis, kata bundaku kalau kamu kebanyakan nangis. Kamu bisa dibawa sama wewe gombel loh!" Ujar Dery berusaha menenangkan bocah tersebut.

"Hah? Wewe kombel? Apaan itu?" Ucap bocah tersebut sambil menatap Dery penuh tanda tanya.

"Kata bunda, wewe gombel itu hantu yang suka ngambil anak kecil yang lagi nangis. Hati-hati, nanti kamu diambil sama hantu itu. Kata bunda, hantu itu nyeremin banget tau!" Ujar Dery berusaha menakut-nakuti bocah tersebut.

"Iyakah? Ih yaudah deh aku berhenti nangisnya." Ujar bocah tersebut sambil membersihkan air matanya dan menatap Dery.

"Namamu siapa? Aku kok nggak pernah lihat kamu disini??" Lanjut bocah tersebut sambil menatap Dery.

"Namaku Dery, aku baru aja tinggal di sini. Namamu siapa?" Tanya balik Dery sambil menatap bocah laki-laki tersebut.

"Namaku Echan, kamu mau kan jadi temanku bareng Injun, Nana sama Nono?" Ujar bocah laki-laki tersebut sambil menatap Dery penuh kebahagiaan.

"Echan kamu dari mana aja sih? Dari tadi dicariin tau!! Kakak sampai kebingungan sama Kak Gia!!" Ujar seorang gadis kecil menemui Echan bersama seorang bocah laki-laki.

"Untung kamu nggak hilang, kakak khawatir tau!! Udah, ayuk pulang. Keburu malem nanti!!" Ujar seorang bocah laki-laki yang lain dan menarik tangan Echan.

"Eh kenalin dulu, ini teman baru aku. Namanya Dery, kak Ela sama kak Gia kenalan dulu dong!" Ujar Echan sambil memperkenalkan Dery di hadapan kakak-kakaknya.

"Halo, aku Dery." Ujar Dery sambil melambaikan kedua tangannya di hadapan dua orang tersebut.

"Halo, aku Gia. Kakak pertamanya Echan," ujar bocah laki-laki sambil menjulurkan tangannya yang dibalasi oleh Dery.

"Kalau aku Yera, kakaknya Echan juga." Ujar Yera sambil menjabati tangan Dery.

Dery tersenyum menatap Yera, hingga sampai saat ini. Saat melihat Yera, ia selalu menyambutnya dengan tersenyum ria kepada sahabatnya tersebut.

Kalau ditanya oleh orang-orang, hubungan dirinya dengan Yera apa. Ia akan menjawabnya sebagai sahabat yang selalu menemaninya. Walaupun orang sering mengira mereka berdua lebih dari sebatas sahabat dari kecil.

Seperti saat ini, Dery menemani Yera di kafe milik peninggalan maminya. Dery sedang duduk sambil menatapi Yera yang sedang mengobrol dengan tantenya dan salah satu karyawati yang bekerja di situ.

"Udah?" Tanya Dery saat Yera menghampirinya setelah selesai dengan kegiatannya.

"Belum Der, temani gue ke rumah tante Nancy dulu yuk. Ngambil laporan keuangan bulan ini," ujar Yera sambil mengambil tas miliknya yang ia taruh di bangku dekat dengan tempat duduk Dery.

"Yok, pakai mobil gue aja. Mau hujan kayaknya, jangan pakai motor!" Ujar Dery sambil bangkit berdiri dan berjalan menuju parkiran yang diikuti dengan Yera berjalan di belakang.

**

Di hari sabtu seperti ini, waktunya Lukas bermalas-malasan di atas kasur sambil memainkan ponselnya. Jika disuruh untuk berkumpul dengan teman, Lukas memilih untuk bermalas-malasan ketimbang untuk melakukan kegiatan.

Dan dia juga hanya memiliki sedikit teman di kota ini, dia hanya memiliki teman yang merupakan teman sekelasnya saja. Berbeda dengan Yedra—adiknya yang tergolong ramah sehingga cepat akrab dengan orang.

(( sebagian teks hilang, temukan di aplikasi wattpad ))

Karena merasa dikhianati oleh teman-temannya, ia memutuskan untuk mematikan ponselnya dan bergoleran di atas kasurnya.

"KAK!"

Lukas mendengar suara teriakan Yedra dari balik pintu kamarnya, ia berpura-pura menutup matanya sambil memeluk guling miliknya.

"Yaelah kak, bangun woy!! Starbucks mau nggak?" Ujar Yedra dan Lukas masih tetap dalam posisinya yang membuat Yedra jengkel.

"Jangan jadi nolep gitu coba anjir! Bangun! Gue traktir nih!" Ujar Yedra sambil menggoyangkan badan Lukas agar ia segera bangun.

Lukas yang mendengar kata 'traktir' langsung bangun dan menatap penuh kebahagiaan melihat Yedra yang tengah memasang tatapan tajam ke arahnya.

"Jco sekalian?" Ujar Lukas sambil menatap penuh ria ke arah Yedra.

"Anjing lo, dikasih hati malah minta jantung. Mau nggak lo? Pakai uang lo sendiri aja lah anjir, percuma lo kemarin ikut konser grade 3," ujar Yedra sambil menatap kesal ke arah Lukas.

"Ya udah deh, males anjir gue keluar. Kenapa sih?" Ujar Lukas sambil duduk di ujung kasurnya.

"Lo kayak manusia nolep aja anjir kerjaannya, mandi sana buruan! Gue udah syukur-syukur traktir Starbucks lo anjir!" Ujar Yedra sambil memukul kepala Lukas menggunakan guling milik Lukas.

"Bedebah lo, bangke!" Ujar Lukas saat melihat Yedra sudah hilang dari pandangannya.

**

Yedra menyesal mengajak Lukas untuk menemaninya membuat tugas di Starbucks kali ini. Tak tanggung-tanggung, Lukas memesan banyak menu saat ia sibuk dengan tugasnya.

Sudahnya otak Yedra terkuras, isi dompetnya pun terkuras. Lukas adalah salah satu manusia kurang ajar yang pernah Yedra temui.

"Bangke lo kak, duit gue anjir!! Gue mau beli senar gitar anjir malah lo habisin duit gue, tekor aku!" Protes Yedra saat melihat Lukas yang asyik memainkan ponselnya di hadapannya.

"Nanti gue ganti anjir, tenang aja. Senar gitar berapa sih? Nanti gue belikan dah, kayak orang susah aja lo!" Ujar Lukas masih sibuk menggulirkan layar ponselnya sedang mengecek beranda Instagram.

"Eh gue denger-denger teh Yuki balikan sama kak Kino ya? Haha mampus lo gamon, rasain itu ck." Ujar Yedra yang menertawakan Lukas masih fokus pandangannya terhadap layar laptopnya.

Lukas memutarkan bola matanya dan masih sibuk dengan kegiatannya sampai beranda berhenti saat ia melihat sebuah foto.

Lukas segera mengambil sebuah kertas usang yang berada di saku celananya dan mengeluarkannya.

"Dra, Dra. . . Lo ngerti nggak ini lagu apaan?" Ujar Lukas sambil memperlihatkan sebuah kertas usang yang berisi not angka yang membuat fokus Yedra terhenti seketika.

Yedra membuka sebuah aplikasi instrumental di ponselnya dan memainkan not-not angka tersebut. Yedra menatap Lukas yang sama bingungnya dengan dirinya karena Yedra baru dengar lagu yang ia mainkannya tersebut.

"Kak, ini kayaknya lagu buatan orangnya sendiri deh. Kakak dapat dari mana?"