Chereads / Should Be / Chapter 13 - Bab 13 : Teman dan Kertas

Chapter 13 - Bab 13 : Teman dan Kertas

Sudah sekitar satu minggu ini ia berada di sekolah ini, tetapi pertemanannya hanya sebatas teman sekelas dan itupun hanya Wira dan beberapa teman pria lainnya.

Lukas bukan tipikal orang yang gampang akrab dengan teman baru. Perlu waktu lama jika ingin akrab dengannya dan jika sudah akrab, kalian akan tahu sifat Lukas yang sebenarnya seperti apa.

"Luk, lo mau ikut turnamen ML nggak nanti sore didekat kafe Lemonade?" Ujar Wira tanpa menatap Lukas malah asyik dengan ponselnya.

"Boleh tuh, bosan juga gue di rumah." Berusaha akrab dengan teman sekitarnya agar ia mempunyai teman, Lukas mengiyakan permintaan Wira yang mengajaknya mengikuti turnamen game online yang tengah viral di masyarakat sekarang.

"Eh lo juga ikut kan Luk?" Tanya seorang teman Lukas yang berada di hadapannya yang sekarang menatap Lukas.

"Iya Lan, kenapa?" Tanya Lukas sambil menatap ke arah temannya yang bernama Jeslan.

"Lo bawa motor kah? Kalo lo bawa, nitip teman gue nah. Motornya dia masuk bengkel tadi pagi gara-gara kemasukan air. Maaf loh ya ngerepotin, masalahnya gue antar pacar gue pulang dulu," ujar Jeslan sambil tersenyum manis menatap Lukas.

Mau tidak mau Lukas mengiyakan permintaan Jeslan karena merasa tidak enak, mungkin saja ini bisa menambah temannya di sekolah baru ini.

"Dia kelas mipa 4, nanti gue kasih tahu dia." Ujar Jeslan sambil menepuk pundak Lukas yang dibalas senyuman manis dari empunya.

"Luk, lain kali lo harus ikut nongki-nongki sama kita. Nah biasanya dari mipa 1 ada, mipa 3 ada, mipa 4 ada. Jangan nggak enakan gitu!" Ujar Wira yang dibarengi tepukan di pundak Lukas.

"Iya Luk, nih gue kasih tau geng kita ya. Nama geng kita AMB, Anak Mabar Berserangan. Alay sih emang, ini sih yang kasih nama kakak kelas kita—generasi pertama, kalau kita generasi kedua. Isinya anak-anak gamers, ganteng dan idaman para kaum hawa." Ujar Jeslan yang dihadiahi tabokan dari seorang teman sekelas perempuannya.

"Idaman pala lo! Idaman itu kalau shalatnya rajin, kalau masih suka bolos mah namanya iblis!" Ujar Yesya yang lewat dan mendengarnya.

"Yaelah neng, nggak ngaca atuh? Sama aja lok sama lo? Lo juga sering nggak shalat alasannya lagi merah lah, apalah. Kasihan gue sama malaikat pencatat amal kebaikan lo, nganggur kerjaannya." Balas Jeslan sambil menatap tak senang ke arah Yesya.

"HEH LO YA, NGGAK NGACA!"

"HEH BERANTEM TERUS BERANTEM! DAJJAL KETEMU DAJJAL GINI SUD!" Lerai Wira sambil menatap tajam kedua sosok anak adam tersebut yang selalu beradu argumen.

"Aduh lelah lahir batin gue ngelihat Jeslan sama Yesya berantem terus!"

"Nikahin aja sud nikahin!"

Sekelas hanya bisa pasrah jika Jeslan dan Yesya sudah beradu mulut seperti ini. Jalan satu-satunya adalah Alin. Tetapi kali ini Alin tidak ada di kelas sepertinya.

"Woy, woy panggil Alin woy! Mana Alin?" Celetuk salah seorang teman sekelas mereka yang bernama Yesto yang heboh sendiri.

Lukas terkekeh dan tertawa saat melihat Yesya sudah bertatap-tatapan tajam dengan Jeslan setelah dipisahkan oleh Alin yang baru saja datang dari kantin bersama Daron.

Tatapan Lukas jatuh terhadap gadis tersebut, ia berusaha mengingat kembali memori di otaknya. Apakah itu gadis yang ia temui tiga tahun yang lalu?

Sehingga ia tak sadar, sepasang mata menatapinya secara lekat sambil memasang tatapan tajam.

**

Setelah diberitahu Jeslan tentang teman Jeslan, Lukas memutuskan untuk berjalan ke depan kelas XII Mipa 4 untuk mencari teman Jeslan tersebut.

Di depan kelas tersebut, ia menunggu teman Jeslan yang sepertinya masih sibuk didalam kelas sedang mengerjakan tugas miliknya.

"Eh? Anak baru ya lo?" Celetuk seorang pria menatap Lukas. Lukas mengangguk dan tersenyum manis menatapnya.

"Cari siapa?" Tanyanya sambil mengangkat alisnya.

"Gue cari Nando, ada Nandonya?" Ujar Lukas sambil menatap ke arahnya.

"Nando ya? Sebentar gue panggil," ujar pria tersebut sambil berjalan menuju depan kelasnya.

"WOY NANDO ANAKNYA PAK YAN, DICARIIN NIH!" Teriak pria tersebut yang dibalas anggukan oleh Nando dari dalam kelas.

"Sebentar ya, dia masih nyalin tugas. Oiya, by the way nama lo siapa?" Ujarnya sambil menunjuk diri Lukas.

"Gue—Lukas," balas Lukas sambil menjulurkan tangannya dan dibalas.

"Gue Dery, salam kenal ya." Ujar Dery sambil tersenyum manis menatap Lukas.

"Der!" Sampai suara perempuan menginterupsi mereka. Dery melambaikan tangannya ke arah belakang Lukas dan Lukas menoleh, mendapati gadis tersebut.

"Loh Lukas? Ngapain ke sini?" Tanya Yera sambil tersenyum menatap keberadaan Lukas.

"Ah—ini nyariin Nando," ujar Lukas sambil tersenyum canggung menatap Yera.

"Oh iya udah kenal Dery?" Tanya Yera sambil menatap Dery yang sedang menyapu kelasnya dan Lukas mengangguk.

Yera tersenyum dan menatap ke arah Lukas. Saat ini suasana yang ada terasa canggung hingga Yera membuka suara,

"Aku tahu kamu sering merhatiin aku, apakah kita pernah bertemu sebelumnya?"

**

Sedari tadi di turnamen game ia terus tidak fokus, saat ia bermain maupun selesai bermain. Hingga turnamen berakhir dan mereka memutuskan untuk pergi ke kafe Lemonade.

"Gila seru banget bor, main lo cukup bagus juga, Kas!" Ujar Nando sambil tersenyum menatap Lukas yang sedang memikirkan sesuatu.

"Heh melamun terus lo Luk! Mikirin apaan sih?" Celetuk Wira sambil melambaikan tangannya di hadapan Lukas.

"Hah—gue nggak papa, kurang minum aja kali." Ujar Lukas sambil menyeruput minuman miliknya.

"Lo mau kan gabung sama geng AMB? Join aja supaya tambah rame," ujar Nando sambil menatap Lukas yang dibalas anggukan dari empunya.

"Guys udah dengar nggak kompetisi band yang diadakan sama agensi ternama itu? Katanya nih ya, yang menang bakal dijadikan band benaran anjir." Ujar Jeslan yang fokus terhadap layar ponselnya.

"Alah, palingan juga adik kelas kita yang ikut. Kita tuh pasti nggak dibolehkan, ya kecuali gengnya Markus," ujar Wira sambil mencomoti makanan miliknya.

"Iya sih benar juga, tapi gue nggak yakin adik kelas bisa pegang kendali. Pasti kalah kalau dipegang kendali sama mereka, inget nggak kejadian yang di sekolah Mesra? Hina banget anjir dari sekolah kita!" ujar Jeslan.

Sedangkan Lukas masih dalam pikirannya sendiri, ia masih bingung bagaimana Yera tahu semua hal itu.

Flashback On

"Hah?"

Yera tersenyum dan menarik Lukas agar agak jauh dari kelas XII Mipa 4 agar obrolan mereka tidak terdengar oleh siapapun.

"Gue kayaknya pernah lihat lo,"

"Apa?" Ujar Lukas sambil menatap bingung ke arah Yera.

"Tiga tahun yang lalu, lo pernah nonton penampilan band di salah satu mall disini. Iyakan?" Ujar Yera sambil menatap Lukas.

"Kok?"

"Jangan bingung, gue minta kertas itu balik. Bisa?" Ujar Yera sambil menatap ke arah Lukas dengan tatapan yang penuh mematikan.

"Sebentar, lo cewek yang waktu itu pakai dress biru?" Ujar Lukas.

"Itu gue, mana kertasnya? Bisa dikembalikan?" Ujar Yera sambil menahan Lukas dengan tatapan tajam mematikan miliknya.

"Gue akan kembalikan, asal gue tahu isi kertas sebelumnya." Ujar Lukas membalas Yera dengan tatapan yang sedikit meremehkan.

"Lo? Maaf ya Kas, ini kan kertas gue tapi kok lo lancang mau lihat kertas gue yang lainnya?" Ujar Yera sambil menatap kesal ke arah Lukas.

Lukas memperlihatkan ponselnya ke arah Yera yang membuat Yera bungkam seketika. Sedangkan Lukas tersenyum penuh kemenangan.

"Nggak perduli gue! Mana kertasnya, Kas?" Ujar Yera kesal sambil menatapi Lukas.

"Tidak segampang itu Shayera, lo harus kasih tunjuk kertas lainnya!" ujar Lukas sambil menatap penuh kemenangan.

"Lukas ya?" Ujar seorang pria yang menyelamatkan Lukas dari tatapan maut Yera. Lukas mengangguk dan meninggalkan Yera yang terdiam di tempat.

"Duluan ya Shayera,"

Flashback Off

"Kan barusan dibilangi, melamun terus kerjaannya. Woy Kas woy!" Ujar Wira sambil memukul pundak Lukas membuat Lukas sadar.

"Hah iya?"