Chereads / Should Be / Chapter 5 - Bab 05 : Perihal Kepergian

Chapter 5 - Bab 05 : Perihal Kepergian

Sabtu pagi ini Yera tumben sekali keluar dari rumahnya, biasa sabtu pagi sekitar jam tujuh ia masih tidur dan ia akan bangun sekitar jam sembilan untuk melewatkan sarapan paginya.

Tapi entah mengapa jam enam pagi ini dia memutuskan untuk tidak berada di rumah. Bukan apa, ia merasa bosan saja berada di rumah apalagi tadi malam ia pulang cepat ke rumah karena badannya yang merasa kurang fit seperti biasanya.

"Mau kemana sayang pagi-pagi gini?" Tanya wanita yang sudah menempati rumah keluarga Purnamasan selama tiga tahun belakangan ini yang sedang menatap Yera sambil tersenyum.

"Bukan urusan anda." Ketusnya dingin, seperti biasa Yera akan menjawab orang tersebut dengan nada dinginnya tak menolehkan wajahnya kepada wanita tersebut.

"Yera mau sarapan bubur ayam nggak?" Tawar wanita tersebut menatap ke arah Yera sambil tersenyum.

Yera hanya menghela nafasnya kasar, ia mengambil sekotak susu putih didalam kulkasnya lalu ia pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh wanita tersebut.

Salma menatap kepergian Yera dengan tatapan sedih, sampai kapan Yera harus bersikap seperti ini kepadanya?

Yera kembali ke kamarnya, ia sudah mandi tadi sekitar jam lima dan sekarang dia mengganti pakaiannya dengan menggunakan kaos berwarna putih dengan celana jogging hitam, tak lupa ia memakai hoodie hitam milik kakaknya.

Ia bergegas menuju ke halaman parkir rumahnya, ia mengenakan helm hijau tersebut dan bergegas meninggalkan pekarangan rumahnya.

**

Sabtu pagi ini ia pergi ke rumah tantenya untuk membantu tantenya. Kemarin lusa adalah tahun ketiga kepergian mami dan adiknya, keluarga maminya membuat sebuah peringatan dengan memberikan beberapa makanan dan ibadah penghiburan.

Niatnya Yera sih ketika di rumah tante Nancy adalah membantunya membuat nasi kotak dan membuat kue, tapi malah ia bermain dengan adik kak Juan yang berumur tiga belas tahun ini.

"Apasih kak Yera nih?" Sebalnya saat Yera mencolek pipinya saat ia asyik bermain handphone.

"Kamu ngapain hayo senyum-senyum sendiri, pacaran ya kamu?" Tanya Yera sambil mendekatkan dirinya ke adik kak Juan, namanya ialah Cherry.

"Ih sok tahu kak Yera nih, aku loh senyum-senyum karena lihat foto ini!" Ujar sepupunya yang terkecil ini sambil menunjuk layar handphonenya.

"Heh siapa tuh? Kok ganteng? Pacar kamu ya?" Curiga Yera saat Cherry menunjukkan foto seorang pria tampan sedang berfoto sambil memegang bola basket.

"Lain ah kak, ini tuh selebgram kota sebelah. Dia nih katanya seumuran kakak, ganteng banget!!" Ujar Cherry kesenangan sambil memukul pelan lengan Yera karena gemas melihat foto tersebut.

"Astaga kakak kirain kamu kenapa. Paling dia tuh sudah punya pacar," ujar Yera sambil tersenyum menatap adik sepupunya.

"Belum kak, coba lihat bio Instagramnya. I'm single and i'm happy, berarti dia itu jomblo kan kak," ujar Cherry sambil tersenyum bahagia menatap Yera. Yera hanya menatap adik sepupunya sambil menganggukkan kepalanya.

"Tapi kok alay gitu sih? Ganteng-ganteng alay, masa status tentang dirinya harus diumbar?" Ungkap Yera meluangkan isi pikirannya mengenai pria yang katanya selebgram kota sebelah itu.

"Ah kakak mah selalu bilang alay kalau soal itu," sebal Cherry sambil memanyunkan bibirnya.

"Kan itu pendapat kakak, ya sudah bantu kakak buat kue pie dong buat ibadah nanti malam!" Ujar Yera sambil mengacak rambut Cherry gemas.

"Kakak nih, rambut aku berantakan tahu!" Ujar Cherry sambil tersenyum masam menatap kepergian Yera yang tengah mengambil alat dan bahan untuk memasak.

**

Malam ini diadakan acara penghiburan di rumah tante Nancy, Yera tadi sempat pulang ke rumahnya untuk mengambil beberapa bajunya untuk menginap di rumah tante Nancy. Yera menulis surat dan menaruhnya di dapur tentang perihal kepergian Yera ke rumah tante Nancy.

Dia juga tidak mengundang papinya sendiri dalam acara penghiburan kepergian tiga tahun mami dan adiknya. Ia tidak perduli juga jika nanti ujung-ujungnya om Tami akan mengundang papinya tersebut.

Yera sudah tak acuh dengan papinya. Semenjak perihal keselingkuhan yang diperbuat papinya, ia tidak ingin berurusan apapun dengan papinya.

Semenjak tiga tahun belakangan ini, Yera tidak pernah memakai uang yang diberikan oleh papinya untuk membeli barang-barang miliknya. Uangnya akan digunakan untuk membayar fasilitas gedung sekolahnya, selagi masih ada sisa ia akan membalikan uang tersebut kepada papinya.

Yera sudah semakin tidak percaya dengan papinya lagi, ia saja sudah tidak pernah berkomunikasi lagi dengan papinya.

Katakanlah Yera adalah anak durhaka. Tapi Yera sudah tidak perduli dengan semuanya, semuanya sudah tidak dapat dipercayai.

"Yer!" Panggil kak Juan saat Yera tengah duduk bersama keempat temannya. Yera menoleh ke arah kak Juan yang tengah bersama teman-temannya.

"Apa kak?" Tanya Yera

"Tolong ambilkan lagi buah semangka di dapur, stocknya sudah mau habis," ujar kak Juan sambil tersenyum. Yera mengangguk dan meminta izin untuk pergi dari hadapan teman-temannya.

Yera berada di taman belakang rumah yang ditempatkan untuk teman-teman terdekat dari keluarga Yera dan kak Juan. Yera masuk ke dalam rumah berniat untuk mengambil beberapa potongan buah semangka untuk teman-teman kak Juan.

Samar-samar dari kejauhan, Yera melihat papinya beserta istrinya tengah mengobrol dengan om Tami. Ia berdecak kesal sambil menunjukkan senyum simpulnya.

"Pencitraan,"

Yera sudah mengambil beberapa potongan semangka, ia kembali ke taman belakang sambil membawa nampan berisi potongan semangka tersebut dan memberikannya kepada kak Juan.

"Yer gila, teman-teman kak Juan ganteng-ganteng semua anjir!" Yera berdecak sebal sambil memutarkan bola matanya mendengarkan lontaran yang dikeluarkan oleh Miya.

"Iya gila ya ampun, apalagi itu yang lagi minum. Ambyar banget gila," kini giliran Daron yang ikut-ikutan seperti Miya.

"Itu juga yang lagi ngevape manis banget gila, anjir ambyar hati dedek mas." Gini akibatnya kalau Yesya suka main sama Miya.

Yera tahu mereka semua ganteng, tapi Yera sudah bosan melihat mereka semua. Bukan apa, memang benar apa yang dikatakan oleh teman-temannya itu benar. Tapi Yera pusing sendiri dengan teman-temannya, pasti nggak lama mereka minta dikenalkan dengan teman-temannya kak Juan.

Yera menatap ke arah kak Juan bersama teman-temannya, ada sekitar delapan orang disana termasuk kak Juan.

"Gue kasih tahu nih ya, yang kata Daron itu namanya kak Versa. Terus yang kata Yesya itu namanya kak Wisnu, tuh ada dua lagi yang ngevape. Yang pakai jaket kulit namanya kak Justin, terus yang paket jaket denim namanya kak Bam. Terus yang lagi minum sekarang itu kak Jevan, itu kakaknya Nono. Terus yang duduk di sebelahnya kak Juan lagi nyender itu namanya kak Wen," tanpa disuruh pun Yera tahu tugasnya, ia memperkenalkan nama-nama teman kak Juan yang sedang asyik mengobrol di ujung taman.

"Gila anjir kak Versa mukanya bule banget!" Ujar Miya kesenangan sambil memukul pelan lengan milik Daron.

"Anjir itu punya gue, lo sana yang lain!" Ujar Daron sambil menepis pelan tangan Miya.

"Kak Justin tuh jomblo nggak, Yer? Hihi, pen gue gebet rasanya," ujar Yesya pelan sambil menunjuk-nunjuk ke arah perkumpulan teman kak Juan.

"Nggak, dia udah punya pacar." Ujar Yera sambil menyender ke bangku sambil menatap ke arah langit.

"Yer, toilet yuk!" Alin yang sedari diam memperhatikan celotehan temannya sekarang membuka mulutnya.

"Anjir lo! Kayak di rumah siapa aja, pergi sana sendiri lah!" Ujar Yera sambil menolehkan pandangannya ke arah Alin.

"Rame bege, temani gue!" Ujar Alin sambil menarik-narik lengan Yera, Yera mendengus sebal dan akhirnya memutuskan bangkit berdiri menemani Alin.

Yera dan Alin masuk ke dalam rumah kembali, Alin segera masuk ke dalam toilet yang berada di ujung rumah tersebut. Yera hanya menunggu di depannya sambil memperhatikan orang-orang yang sedang meramaikan rumah tante Nancy.

"Yera tadi di mana?" Tanya perempuan dengan nada lembutnya menatap Yera yang sedang menunggu Alin.

Sedangkan Yera hanya fokus menatap sekitarnya, seolah wanita itu sedang berbicara dengan yang lain.

"Yera hari ini nginap sini ya? Ya udah, tidurnya jangan kemalaman ya," ujar wanita tersebut sambil tersenyum manis ke arah Yera. Yera menatapnya sekilas sambil berdecak.

"Ya sudah, anda boleh pergi dari sini. Saya muak lihat muka anda," ujar Yera saat melihat Alin keluar dari toilet dan Yera segera pergi dari hadapan wanita tersebut.

"Yer, sampai kapan lo harus gituin tante Salma?" Tanya Alin sebelum mereka menuju ke arah teman-temannya yang lain.

Yera tak memperdulikannya, Yera berjalan terus bersama Alin walaupun Alin sedikit kesal karena perlakuan Yera yang kurang ajar terhadap tante Salma yang masih lebih tua darinya.

Yera tidak tahu harus sampai kapan ia bersikap seperti ini terus terhadap wanita yang telah menyandang sebagai mami tirinya tersebut.

Yang Yera tahu adalah wanita tersebut telah merampas kebahagiaan keluarganya dan yang Yera mau adalah hilangnya wanita tersebut dari keluarganya.