Chereads / Should Be / Chapter 9 - Bab 09 : Perihal Perpisahan

Chapter 9 - Bab 09 : Perihal Perpisahan

Gereja Katolik yang berumur empat puluh tahun tersebut menjadi tempat singgahnya di akhir pekan. Yera memiliki jadwal pertemuan dengan beberapa anak gereja.

Yera berkumpul dengan teman-teman satu komunitasnya di suatu ruangan khusus dekat dengan tempat kamar romo yang sering mereka panggil dengan sebutan Sacra.

"Yer, mau ngopi nggak?" Ini salah satu teman prianya di gereja selain Dery tentunya, ia menggelengkan kepalanya sambil tersenyum manis.

Omong-omong soal Dery, Dery kali ini tidak bisa ikut bersama mereka berkumpul bareng di gereja. Ia sedang berpergian ke kota sebelah untuk mengunjungi neneknya yang sakit.

"Ini mumpung masih bulan Januari awal, ingat sama proker kita kan?" Ujar salah satu pria yang lebih dewasa yang duduk di ujung meja panjang seolah ia adalah narator.

"Ingat pak bos, tentang paskah nanti kan?" Kini suara tersebut dibalas oleh seorang gadis muda, adik kelas Yera di sekolah.

Yera memperhatikan dengan saksama penjelasan yang diberikan oleh ketua Komunitasnya. Dimulai dari melelang suara, menjual beberapa makanan, hingga mencari donatur untuk mencari dana bakti sosial yang biasa digelar setiap tahunnya sebagai peringatan Paskah dan Natal.

Yera mempunyai jabatan sebagai Wakil Ketua Bagian Penyaluran Prestasi dan Bakat. Oh ini terlihat jelas mengapa ia ditunjuk sebagai Wakil Ketua, karena ia sering sekali menunjukkan skill bermain pianonya saat misa diadakan.

"Lelang suara saya akan berikan amanahnya ke Vanco dan geng, dan selebihnya diurus oleh usdan. Baik kita tutup ya, mari kita berdoa." Ujar ketua Komunitas—namanya kak Genta, kak Genta yang merupakan anak kuliah semester dua ini merangkap jadi seorang ketua selama dua tahun belakangan ini.

Mereka semua menatap ke arah salib yang tergantung di atas pintu masuk, hingga Yera menutupkan matanya membaca doa dalam hatinya.

**

Ada yang lebih menyakitkan daripada mencintai orang dalam diam? Ada, yaitu mencintai orang yang disukai oleh sahabatmu dan yang lebih parahnya lagi, kalian berbeda keyakinan.

Juna yang kalian lihat selama ini bukanlah seorang pria yang tangguh, ia selalu merutuki hidupnya. Mengapa ia bisa begini?

Kadang Juna berpikir, apakah Allah berpaling darinya karena ia terlalu banyak berbuat dosa? Tapi Juna tidak pernah akan melupakan kehadiran Allah dalam hidupnya walaupun ia sering menanyakan mengapa Allah begitu jahat kepadanya.

Juna tidak mau membahas itu semua, lebih baik Juna banyak membaca dzikir dan shalat untuk mendekatkannya dengan Allah.

Juna saat ini tengah berada di masjid, bersiap-siap ingin pulang ke rumah setelah menjalankan shalat Maghribnya. Juna tadi baru saja selesai dari tempat bimbelnya dan ia selalu pergi shalat dulu sebelum pulang ke rumah.

Juna sudah memarkirkan motor hitam miliknya di parkiran masuk rumahnya yang terbuka. Juna masuk ke dalam rumah sambil bersiul kecil dan memainkan kunci motornya.

Krek—

"Habis dari mana lo?" Tanya seorang gadis yang sedang duduk di sofa tamu keluarga mereka. Juna terkejut dan mendatangi gadis tersebut dengan berlari pelan.

Gadis tersebut berdiri dan membuka lebar tangannya untuk memeluk Juna, Juna langsung memeluknya dengan erat dan dibalasnya dengan pelukan yang tak kalah eratnya.

"Kangen kak!" Anggap Juna adalah pria lemah didepan gadis yang ia panggil kakak, kakak perempuan satu-satunya yang ia punya.

"Anjir lo udah gede kayak anak kecil aja," ujar gadis tersebut sambil melepas pelukan Juna.

"Gimana keadaan rumah? Baik-baik aja?" Tanya gadis tersebut sambil tersenyum menatap Juna yang terkekeh melihatnya.

"Baik bos, kakak nggak kangen sama aku?" Tanya Juna kepada kakaknya, anggap saja Juna manja ketika bertemu dengan kakaknya.

"Nggak, tapi rindu," ujar Luna—sang kakak sambil mengelus pelan rambut adik laki-lakinya.

"Apa kabar papa?" Tanya Luna sambil menatap ke kedua bola mata indah milik adiknya.

"Alhamdulillah papa baik, gimana kakak sama mama disana? Baik?" Balas Juna kembali sambil duduk dan menarik kakaknya untuk duduk di sebelahnya.

"Alhamdulillah gue baik, gitu juga sama mama," ujar Luna sambil menatap kedua minuman yang telah disiapkan oleh asisten rumah tangganya yang menyambut dia lebih awal dari Juna.

"Kak," ujar Juna saat selesai menegukkan es jeruk yang disudah disiapkan lebih awal sebelum ia datang.

"Kenapa?" Tanya Luna sambil menatap kedua bola mata indah milik adiknya.

"Aku kangen kita yang dulu,"

Sebuah kalimat yang Juna selalu lontarkan kepada Luna, Luna hanya tersenyum miris saat adiknya mengatakan seperti itu kembali. Ia hanya menghela nafasnya sambil berkata.

"Semuanya udah punya jalan masing-masing, sayang."

Ya, Luna sebenarnya juga merindukan keluarga mereka yang lama. Tapi, semuanya telah berakhir karena ini adalah jalan yang tepat bagi Allah.

**

Ketika dia mempunyai sebuah lampu wasiat dan diberikan tiga permintaan. Ia ingin meminta ; Mommy hidup kembali, Mommy kembali bersama keluarga mereka, dan keluarga mereka terus bahagia untuk selamanya.

Tapi nyatanya, lampu wasiat itu hanya fiksi yang ia dengarkan dari sebuah cerita legendaris. Padahalan jika ada, Markus ingin segera cepat-cepat mencarinya dan meminta tiga permintaan sederhana itu.

Bukankah sederhana?

Jika setiap malam minggu semua pria remaja akan sibuk dengan aktivitasnya. Sibuk berjalan keluar dengan kekasihnya, temannya, keluarganya ataupun yang lainnya.

Tapi berbeda dengan Markus, Markus saat ini duduk di balkon kamarnya sambil menatap ke arah langit gelap. Walaupun gelap, tetapi tetap ada bulan yang menyinarinya dan bintang yang selalu menerangi gelapnya malam.

Terkadang jika ia larut dalam keheningan seperti ini, ia menutupkan kedua matanya dan mengatupkan kedua tangannya.

Tuhan, apakah mommy sudah bahagia di sana? Semoga mommy bahagia, Mark senang jika mommy bahagia di sana. Terima kasih Tuhan telah menjaga mommy dengan baik di sana. Jangan lupakan juga ya Tuhan, jaga daddy selalu agar ia terus bahagia bersamaku di sini. Amin.

Markus selalu menatapi beberapa bintang yang berada di sebelah Timur dari posisinya. Markus terkadang tersenyum sambil berkata.

"Hello mommy, I love you."

Jika dibilang Markus sudah mengikhlaskan kepergian mommy atau belum. Dia pasti akan menjawab sudah mengikhlaskannya. Ya, Markus sudah ikhlas dengan kepergian mommy menuju ke kerajaan Allah.

Markus yakin, Tuhan Yesus akan selalu menjaga mommy di sana. Mommy akan lebih bahagia ketika berada di sana.

Saat ini lagu Goodbye My Lover milik James Blunt berputar mengantikan lagu Sephia milik Sheila On 7. Ini dulu merupakan lagu kesukaan daddynya yang sering daddynya dengarkan ketika masa-masa awal kepergian mommy.

Daddy memang secinta itu dengan mommynya. Dulu sebelum dia tidur, mommy sering menceritakan kisah cinta dirinya dengan daddynya, tentang kisah keluarga daddy yang tidak terima anaknya nikah dengan mommy.

Hingga cerita tragis yang mommynya katakan sebelum mommynya dipanggil oleh Tuhan. Yaitu keberadaannya yang semula tidak diinginkan oleh neneknya dari pihak daddy.

Mommy menceritakan kepadanya jika dulu neneknya itu sampai tega meracunkan susu ibu hamil kepada mommynya. Untung waktu itu mommy tahu sehingga Markus bisa hidup sampai saat ini.

Tapi setelah Markus lahir dengan selamat, neneknya bisa menerima Markus dan mommynya dengan penuh kasih sayang. Hingga tak luput julukan yang diberikan oleh cucu-cucu neneknya yang lain yang memberikan nama julukan kepada Markus sebagai 'Leo's Momma' karena Markus merupakan cucu kesayangan neneknya.

Kembali ke Markus yang tengah duduk di balkon kamarnya sambil bersender di kursi. Oiya, ada satu hal lagi yang belum kita ungkap tentang Markus.

Markus benci jika mendengar kata perpisahan atau kepergian. Percayalah, kedua kata itu membuat Markus seketika murka mendengarnya. Karena perpisahan itu selalu membawa kabar buruk baginya.