"bagaimana kita sepakat..." Zara mengulurkan tangan penuh rasa percaya diri.
-tidak boleh ada cinta! tidak boleh!! tidak boleh!!!- batin Zara memperingati diri sendiri.
Mulai detik ini ia akan menggarisbawahi posisi Aldi dalam hidupnya, hanya teman titik!!! walaupun secara hukum mereka sah suami istri.
Pokoknya 'Dilarang jatuh cinta!!' hanya itu obat penghilang nyeri karena penyakit cinta!!
.
"baiklah.. semoga ini yang terbaik..." Aldi menyambut uluran tangan mungil itu, perasaannya campur aduk... Antara bahagia dan sedih.
Mereka menengadah pada langit yang pekat, terlihat sang rembulan yang muncul malu-malu dari balik awan. Larut pada pikiran masing-masing, pernikahan yang harus tetap dijalani meskipun begitu sulit!!
Aldi menatap pada sosok gadis baik bunda, begitu sederhana dan polos! tapi juga naif!!
-maafkan aku Zara..- batin Aldi
***
Sepertinya Aldi memang akan terbiasa dengan pakaian sehari-hari dan pakaian tidur yang akan ia kenakan setiap hari.. pasalnya 'sahabat' barunya sangat rajin menyiapkan semua perlengkapan yang akan ia kenakan dihari itu.
Baiklah ...pasrah akan jauh lebih baik ketimbang harus berdebat dengan wanita, mereka punya kecepatan rata-rata 100km/jam untuk ngomel tanpa rem!
"aku akan pulang terlambat.. hari ini aku sangat sibuk,," Aldi berbicara sambil mengancingkan lengan Hem nya.
"sama.. aku akan ke kampus hari ini ada seminar, tapi mungkin tidak pulang terlambat.." Zara menyahuti sambil sibuk merapikan diktat yang akan dibawa ke kampus.
"aku antar ke kampus.."
"katanya sibuk..."
"kalau cuma mengantar tidak masalah... lagi pula matic mu masih dirumah kak Raihan bukan"
"ya.. baiklah kalau memaksa... "
bip! bip! ponsel Aldi berdering.
Raut wajahnya berubah saat menerima panggilan dari seberang. Sesekali ia melirik jam di tangan.
"Zara.. maaf.. nanti kuliah nya diantar sama pak Rio saja ya.. aku ada urusan..."
"begitu ya.." semburat kecewa menyergap, padahal energi semangat tadi penuh mengisi jiwanya.
Aldi menghambur keluar kamar meninggalkan Zara, lalu pergi bersama Pajero sport hitamnya.
-hmm.. mungkin dia benar benar sibuk- pikir Zara coba mengerti.
***
"hiks.. hiks.... aku tidak mau lumpuh.. aku tidak mau!!!" teriakan histeris Aura memecah keheningan pagi.
"nona.. ini hanya sementara anda bisa berjalan lagi.. kita akan usahakan dengan terapi anda bisa kembali seperti semula,, tapi semua butuh proses..." seorang dokter senior coba menjelaskan.
"mama... aku ngga mau lumpuh...hiks..hiks.."
Nyonya Lidya coba menenangkan putrinya.
"sayang.. sabar kita akan coba lakukan yang terbaik ya..."
"aarrghhhhh!!! lebih baik aku mati saja daripada harus lumpuh!!!"
Suasana jadi riuh dan kacau, Aura tidak bisa mengendalikan dirinya. Aldi datang disaat yang tepat. Ia segera meraih tubuh Aura, membiarkan gadis itu dalam dekapannya.
"aku takut Al... aku sekarang lumpuh... hu..hu..hu..hu..." Aura menangis dalam dekapan Aldi.
"tenang lah,, tenanglah aura... semua tidak seburuk yang kau pikirkan... kita lewati sama-sama ya...aku akan membantu mu.." bujuk Aldi kemudian menyurutkan lelehan manik bening yang keluar dari sudut mata gadis sipencuri hati.
Demi menenangkan Aura,, Aldi terpaksa meminta Dimas yang menghandle beberapa pekerjaannya hari ini, mulai dari kerjasamanya untuk dengan perusahaan yang akan memakai menu dari cafenya untuk Snack acara kantor, jadwal bertemu ibu-ibu para UMKM untuk pelatihan membuat kue, dan jadwal melihat finishing cabang cafe. Untung saja ia punya manager serba bisa seperti Dimas yang bisa diandalkan dalam situasi apapun!
Bahkan ia harus mengabaikan niatnya untuk mengantar Zara ke kampus sebagai kompensasi kesepakatan menarik yang ditawarkan gadis itu semalam!
.
.