"Nanda.. Widya.. zara..kalian disini.." seru Bimo seorang mahasiswa berambut gimbal menghampiri keberadaan tiga gadis yang berdiri didekat sebuah mobil mewah " pak Togar mencari kalian..." lanjutnya kemudian.
"ada apa ya??"
"mana ku tahulah... tapi kayaknya penting..."
Mereka saling mengawasi.
"maaf Zara kami tidak bisa ikut..." Nanda tak enak hati
"ah.. ya tidak apa-apa.. nanti aku menyusul ya" ujar Zara kemudian
"jaga dirimu... da..dah..." Widya melambaikan tangan.
Melihat pemandangan itu Tristan meminta Zara untuk masuk kedalam mobilnya.
"maaf sepertinya kamu lagi sibuk..."
"ngg.. yah.. tidak juga.."
"baiklah berikan ponselmu..." Tristan memberi komando, mata Zara membulat, ada kepentingan apa Tristan dengan ponselnya,,, pikir gadis itu tak mengerti.
Dengan patuh Zara mengulurkan ponselnya yang sudah retak layar. Sesaat pria maskulin dari balik kaca mata hitamnya memperhatikan ponsel Zara yang terlihat tua dan lusuh, lalu ia menekan beberapa tombol dilayar.
"aku hanya ingin minta nomer ponsel mu saja,,, Oma Diana selalu menanyakan tentang kamu,, kebetulan sekali kita bisa bertemu disini..." ujar Tristan memoles senyum tipis dibibirnya yang tampak seksi.
"iya.. aku.. juga sudah lama ingin tahu kabar Oma,, terakhir saat ke rumah sakit Oma sudah tidak ada lagi... apa kabar Oma.."
"kabar baik... aku rasa Oma menyukai mu sampai-sampai Oma selalu meminta ku mencari tahu keberadaan kamu" kali ini pria itu tertawa renyah,, ia terus memandangi wajah polos Zara dari balik kacamata hitamnya. "dua hari lagi Oma berulang tahun..."
"benarkah...??" Zara antusias
"ya... aku harap kamu bisa jadi kejutan untuk Oma..."
"tentu aku mau.. kebetulan aku berulang tahun besok.. jadi selisih satu hari saja sama Oma.." Zara nyengir malu-malu.
"kebetulan sekali ya.."
Zara mengangguk bersemangat.
"maaf ya kak Tristan.. aku tidak bisa lama-lama.. tadi ada panggilan dari pak Togar"
"akh... iya aku sampai lupa... baiklah lanjutkan.. nanti aku hubungi kamu..."
"baiklah.. salam untuk Oma"
Pandangan Tristan terus mengekori tubuh mungil yang beranjak turun dari mobilnya sampai gadis itu hilang ditikungan.
Entahlah sejak bertemu Zara seolah ia melihat sosok mendiang Bianca pada diri gadis itu. Bianca yang penuh keceriaan....
~akh!! mungkin karena aku merindukan Bianca~ batinnya lirih.
***
Zara mendapati dua sahabatnya keluar dari ruangan Pak Togar dengan wajah sumringah. Tumben-tumben mereka bisa secerah itu,, biasanya selalu manyun kalau dapat panggilan dari dosen pembimbing yang terkenal sangat detil .
"hei.. ada apa...?" tanya Zara tak sabar
"pak Togar mau kita ikut kompetisi di seminar tadi... beliau siap membantu kita..." ujar Nanda bersemangat
"iya.. tadi dapat arahan dari pak Togar.. sayang banget Zara tadi ngga ada.." kali ini Widya bersuara. Zara jadi tak enak hati,, tapi ia tetap merasa bahagia.
"maaf ya.. tapi aku seneng banget... semoga ini awal usaha kita ya.. mudah-mudahan kita bisa terpilih..."
"harus lah.. apalagi aku lihat CEO tadi kayaknya kenal banget sama kamu... manfaat kan situasi.." celetuk Widya nyengir " ingat ya.. sekarang Zara adalah istri orang!!!! "lanjutnya sok mengingatkan.
"iiihhh.. apa-apaan sih.. sudah ah laper tau ayo kita makan dulu" Zara memotong pikiran Widya yang mulai ngawur...
"tapi beneran ya Zara... kalau ketemu cowok ganteng dan mapan itu bagi-bagi Napa sama temen mu yang bosan sama cowok yang baru mau berkembang"
"haduuhh... lapar emang bisa merubah seseorang ya...kau tambah eror kayaknya..." giliran Nanda menimpuk kepala Widya yang dirasa makin menjadi.
mereka bertiga segera beranjak menuju kantin untuk mengisi perut yang sudah mulai dangdutan.
***