akh! sial... gerutu Aldi kesal. tapi Zara senang melihat muka manyun suaminya, Zara tau benar apa yang diinginkan seorang Aldi...
tentu saja Aura yang ia nomer wahidkan saat ini!!
"hhmm.. ya tentu papi kami akan tetap pergi tapi mungkin besok..." Aldi menjawab dengan terpaksa, Zara mengulum senyum bahagia.
"baiklah papi akan mengaturnya lagi untuk kalian.." Tuan Wildan coba mengeluarkan ponsel dari sakunya. tapi Zara coba menyela.
"ma.. maaf Pi.. boleh tidak Kalau kami menunda dulu honey moon nya"
Tuan Wildan mengerenyitkan dahi.
"ah.. bukannya tidak mau tapi... saat ini tidak enak kalau kita bersenang-senang sementara sahabat mas Aldi sedang sakit,, lagi pula jujur beberapa Minggu ini kuliah Zara agak keteteran banyak resume yang belum diselesaikan pekan depan semua harus diserahkan biar semester depan bisa lanjut magang..." Zara coba mengarang, jelas saja semua tugas kuliah sudah ia selesaikan tapi tak apalah berbohong sedikit demi kebaikan,, Zara membatin.
"begitu ya... Baiklah.. papi akan atur lagi kalau kalian sudah punya waktu luang..."
Dalam hati Aldi senang bukan kepalang, ingin rasanya ia memeluk Zara saat ini dan mengucap ribuan terimakasih.
***
Aldi masih betah berlama disana, ia duduk dikoridor dengan setia, sementara kedua orang tua Aura pamit pulang sebentar untuk membersihkan diri..
"makanlah dulu.." Dimas menyodorkan nasi rames yang ia beli di kantin rumah sakit kearah Aldi. "pikirkan juga kesehatan mu.. kau belum makan apapun sejak tadi..."
"Dimas... apa ini salahku?" pertanyaan itu muncul begitu saja. Dimas menepuk bahu sahabatnya itu .
"kau sudah lakukan yang tepat... hanya saja saat ini waktu sedang tidak berpihak pada Aura... kita tidak tahu kapan hal buruk akan menimpa diri kita..."
Tatapan pria bermata elang itu kini kosong.
"jangan terus-terusan merasa bersalah,, seperti yang aku katakan kau sudah datang ke pernikahan mu sebagai pemberani, bukan berlari sebagai pecundang,," lanjut Dimas mengingatkan ucapan nya sendiri saat Aldi dalam pelarian.
yeah! sebenarnya Dimas tau dimana Aldi berada saat itu, Aldi bersembunyi di sebuah rumah pohon yang hanya dia, Aldi dan aura yang tau,, rumah itu basecame bagi mereka bertiga. Dan Dimas lah yang mendorong Aldi untuk tidak lari dari tanggungjawabnya, bukankah Aldi sendiri yang ingin menikahi Zara...?? bukan Zara yang meminta Aldi menikahinya. Meskipun begitu Zara tidak pernah menuntut apapun dari seorang Aldi.
"Aldi.. ingat sekarang kau tidak sendiri lagi.. aku tahu kau sangat mencintai Aura.. tapi saat ini ada hati yang harus kau hargai..."
"yah.. kau benar.. tapi aku tidak bisa membohongi diri ku sendiri"
"aku mengerti.. perlahan kau bisa mencobanya, aku tahu kau tidak berengsek seperti aku..." Dimas nyengir mempertontonkan barisan giginya yang rapi.
Zara yang baru keluar dari toilet mencuri dengar percakapan dua sahabat itu dari balik dinding, ia memutuskan untuk menjauh saja daripada ia harus mendengar lebih dalam lagi tentang perasaan suaminya pada gadis di ruang ICU.
***
Zara menyusuri lorong-lorong rumah sakit ia coba mencari jalan menuju kantin, perutnya mulai keroncongan. tapi sayup-sayup terdengar seseorang memanggil namanya,
ia menoleh kearah kanan dan kiri.
"nona Zara ....." ternyata suster Ana yang memanggilnya. "akhirnya kita bertemu disini" suster Ana tampak riang.
"hai.. suster Ana.. bagaimana kabar Oma Diana.."
"Oma Diana masih dirawat disini... bisa ikut sebentar ya nona.. Oma ingin ketemu..."
"oh ya benar kah..? dengan senang hati..." Zara mengekori suster Ana menuju kamar VVIP rumah sakit itu.
.