Aldi seakan muncul lewat pun kemana saja, dicari tidak ketemu dia malah datang sendiri tanpa terduga.
"Aldi.... " nyonya Lia menghambur kearah putranya, memeluk sang anak yang sengaja menghilangkan diri.
"akhirnya si biang masalah menampakkan diri..." tuan Wildan tak sabar memberikan pukulan terhadap putra bungsu nya.. tapi Esa menghalangi. "biarkan saja aku memberikan pelajaran untuk anak ini" tuan Wildan geram.
.
"maaf membuat kalian semua bingung... " Aldi berlutut dihadapan semua orang, dibelakang berdiri sang manager sekaligus sahabatnya, Dimas! "pernikahan ini akan tetap terjadi..." Aldi menegaskan, membuat semuanya merasa lega, tak ubahnya Zara pun merasakan kebahagiaan luar biasa.
Aldi seperti apa yang ia pikirkan,, ia bukan seorang yang suka mengingkari janji!
"sudahlah tak ada waktu lagi Aldi harus bersiap..." Dimas mengingat kan semuanya kalau waktu akad sudah dekat.
***
Nuansa sakral terasa kental, paduan putih pink pada acara akad yang digelar disebuah taman yang asri, banyak pepohonan hijau dan danau yang cantik melengkapinya.
Disana berbaris rapi kursi para tamu undangan yang bernuansa kayu dihiasi pita-pita yang terbuat dari tile pink.
Beberapa balon berbentuk hati, bunga-bunga hidup menghiasi tiap sudut, lalu lampu-lampu bewarna warni menjuntai membuat barisan saling menyilang yang dibuat menjadi atap. Tampak lampu-lampu itu belum dihidupkan untuk acara resepsi nanti malam.
Sebuah meja diletakkan tepat didepan gazebo tempat pelaminan, Aldi bersama Raihan, penghulu dan dua orang saksi sudah menempati posisi masing-masing.
Setelah serangkaian serba-serbi sebelum akad dimulai sudah di kumandangkan, lalu ijab kabul dilaksanakan.
Saat saksi mengatakan "SAH.." ada kelegaan dalam diri Aldi ,, semacam magnet yang menarik sesuatu dalam relung jiwanya. Lalu perlahan sang istri dihantarkan oleh sang ibunda untuk duduk disampingnya, ketegangan sekian detik sebelum ijab pun sirna, Aldi melirik sekilas kepada gadis polos yang kini telah menjadi istri nya.
Disisi lain.. ada seseorang berdiri dikejauhan,, menatap tiap rangkaian proses ijab kabul. Hatinya nelangsa Karena tak mampu untuk menjadi wali di pernikahan putrinya sendiri. Ia datang sebagai orang lain, bukan pula menjadi tamu, ia datang seperti penyusup yang mencuri lihat tanpa berdaya sedikit pun!
Bukan karena tidak ingin.. hanya saja ia merasa tak punya hak disana...
Suasana haru Sangat terasa kala kedua mempelai meminta restu dari kedua orang tua.
"bunda titip Zara ya nak Aldi..." kata itu terucap kembali dari mulut wanita yang melahirkan istrinya.
***
Balon-balon diterbangkan ke angkasa disambut keriuhan semua tamu disana, acara sakral tapi santai.. Zara dan Aldi bisa berbincang dengan tamu undangan yang masih keluarga dan kerabat saja, kebetulan keluarga Zara dari Palembang juga turut hadir.
Alunan musik pun terdengar syahdu, sesyahdu hati sang pengantin pria, yang sibuk mencari sosok seseorang yang tak nampak di hari bahagianya.
yah.. katakan saja begitu.. hari bahagianya...!!!
"kau mencari ku??" suara itu hadir memunggungi Aldi yang meninggalkan sejenak ramah tamah dengan tamu undangan, saat menangkap sosok yang dicari Aldi terus menuntun langkah sampai berhenti di koridor menuju ruang ganti. Aura berbalik, melihat ekspresi datar Aldi
"kau sudah memutuskan bukan??" suara itu kini bergetar manik bening perlahan luruh membasahi kulit halusnya.
"maaf aku.."
Aura meraih tubuh Aldi memeluk nya dengan erat
"jangan katakan apapun... katakan saja kau bahagia dengan keputusan mu.. meski aku berusaha aku tidak akan mampu mencegah mu..."
"Aura.. ada banyak hati yang harus aku jaga.."
"kau bicara hati?? apa aku tak punya hati??" Aura melepaskan pelukannya menatap nanar ke arah Aldi
"aku menjaga hatimu lebih dari apapun..."
"dengan menikahi gadis itu..."
Aldi membuang muka tak tahan dengan Isak tangis seseorang yang ia cintai.
"pergi lah.. kau harus selalu mengenang ku.. kau mengerti"
Aura mengelus wajah Aldi ,, tatapan nya kini teduh..
"apa maksud mu??"
"kau boleh menjadi suaminya... tapi hati mu tetap milik ku..." Aura mengecup pipi Aldi lalu pergi meninggalkan pria berbalut pakaian pengantin itu.
Ingin rasanya Aldi melakukan kegilaan dengan pergi saja bersama Aura.. tapi.. ia tak sanggup melukai hati momy yang ia cintai dan seorang bunda yang menitipkan harapan Padanya.
.