Fajar telah menyingsing, cahaya mentari menyusup di sela tirai kamar honeymoon Zara dan Aldi.
"ahhh... berat sekali kepala ku..." Aldi mulai menemui kesadarannya, ia mendapati dirinya tergeletak di atas sofa, lalu istrinya tertidur dalam posisi dulu dengan kepala bersandar disofa yang sama.
Aldi menyingkirkan rambut yang berserakan menutupi wajah sang gadis. Ia perhatikan dengan seksama wajah istriinya dengan penuh tanya, semalam ia mabuk berat sampai tak mampu mengingat apapun.
Tak lama Zara mulai bergeming coba mencari kesadarannya, saat mata terbuka ia mendapati sang suami tengah memandanginya.
"kau sudah bangun?? ee.. maaf aku tertidur disini.." Zara segera beranjak tapi Aldi menahannya.
"apa aku melakukan hal yang buruk padamu??"
deg!
Zara tak sanggup untuk mengatakan yang sebenarnya. Ia hanya memulas senyum tipis, menampilkan lesung pipinya.
"kau.. tidak melakukan apapun.." Zara berkilah.
Aldi menelan ludah setidaknya dia bisa paham kalau Zara tengah berbohong, karena gadis itu tampak kacau.
"maaf.. aku belum bisa menjadi suami sempurna.."
Zara menggeleng lemah "kau tidak perlu merasa bersalah begitu.." lalu ia mendongakkan wajah pada sang suami yang masih terduduk disofa.
"apa pernikahan kita sulit untukmu?? " Zara menatap lekat suaminya "dengar...saat ini kau penjaga hatiku,, aku akan menunggu sampai kau menjadi penjaga hatiku...." Zara berbisik lirih, Aldi hanya termenung.
"sudahlah... ini saatnya kita berbulan madu bukan?? ayoo bangun kau harus mengajakku liburan kesini..." Zara berdiri penuh semangat sambil menyodorkan tiket liburan ke Bali.
"darimana kau dapat ini??" Aldi terheran bahkan dia sama sekali tak punya rencana apapun.
"hadiah dari papi dan momy" Zara nyengir "ini kompensasi karena kau hampir membuat pernikahan kita batal.. ayoo cepat atau kita akan terlambat..." desak Zara ceria seolah tidak terjadi apapun semalam.
Gadis itu coba menghambur ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Aldi memandangi tubuh sang istri yang menghilang dari balik pintu.
Kepalanya masih terasa berat, lebih terasa berat lagi karena ia coba mengingat kejadian semalam, takut-takut kalau dia tanpa sengaja menyakiti Zara.
.
"Zara cepat sedikit atau kita akan ketinggalan pesawat..." Aldi duduk di sofa sembari memasang sepatunya coba memperingati Zara yang masih sibuk berkemas
"baik lah aku siap..." gadis itu nampak sangat bersemangat untuk menikmati liburan pertamanya dengan sang suami.
Pintu kamar terbuka.
Dimas berdiri diambang pintu dengan raut wajah cemas.
"ada apa?? kenapa tiba-tiba kau kemari??" Aldi bingung setaunya dia sudah bilang pada managernya itu kalau dia tidak akan ke cafe sampai sepekan.
tapi melihat ekspresi wajah itu Aldi yakin ini bukan tentang cafe...
***
Aldi seperti hilang akal... ia berlari dan terus berlari menyusuri koridor rumah sakit, peluh, lelah bahkan rasa pusing yang menderanya seakan lenyap. Ucapan Dimas terus terngiang di telinga.
"maaf boss mengganggu mu... aku coba menghubungi mu tapi sepertinya anda sibuk.. aku hanya ingin katakan kalau Aura sekarang di rumah sakit..."
"aaa... apa yang kau katakan.." Aldi meraih bahu Dimas coba menjadi jawaban.
"semalam Aura kecelakaan sejak semalam ia belum sadarkan diri..."
tap! tap! tap!
Zara dan Dimas nyaris tidak bisa mengimbangi langkah si dia yang tak mampu mengendalikan diri...
akhirnya mereka sampai ditujuan, Aldi sempat menemui seorang pria dan wanita paruh baya yang tengah duduk di kursi tunggu di koridor ruang ICU .
Dengan napas ngos-ngosan Zara hanya memperhatikan dari jauh betapa panik suaminya menanyakan kondisi Aura, lalu ditemani seorang pria paruh baya tadi mereka menghilang entah kemana.
Perlahan Zara mendekati sang wanita yang masih duduk di kursi koridor.
"hai..maaf bagaimana kondisi kak Aura..?" Zara coba menyapa, wanita bernama Lidya itu menengadah untuk melihat asal suara.
Lalu menggeleng lemah " dokter bilang sejak semalam Aura belum sadarkan diri..." nyonya Lidya mengusap wajahnya yang tampak letih
"saya turut berduka,, semoga kak Aura bisa segera sadar.."
Lidya kembali mengusap wajahnya.
"kau istrinya Aldi??"
"ya..saya Zara " angguk Zara mengiyakan lalu duduk disebelah kanan Lidya .
"maaf tidak bisa hadir keacara kalian.. momy Aldi sudah meminta ku datang tapi... adiknya Aura sedang tidak sehat jadi kami tidak bisa hadir... selamat ya untuk kalian.."
"terimakasih Tante.." Zara tersenyum tipis.
Tak lama pria bernama Derry yang tadi menemani Aldi sudah kembali seorang diri. Pria itu tertegun beberapa saat ia tak percaya bisa melihat Zara dari jarak sedekat ini.
deg!