Jesica keluar dari restoranya kebetulan saat di Jogja dia menyempatkan diri berkunjung ke salah satu cabang usahanya.
"Sica..." Seseorang memanggil tepat sebelum Jesica masuk mobil.
"Rendi..." Jesica mengenal orang yang memanggilnya.
"Hey apa kabar?" Rendi tanpa canggung memeluk Jesica sebentar membuat Jay langsung menatap lelaki itu tajam.
"Udah lama banget kita ga ketemu."
"Iya, makin cantik aja." Puji Rendi membuat Jesica tersenyum.
"Baru liat lagi kamu Disini, emang baru kesini?"
"Aku kesini sesekali aja justru aku yang udah jarang liat kamu."
"Iya, selesai kuliah aku pergi ke Semarang ngebangun usaha ramen juga disana."
"Pantes jadi jarang bantu-bantu disini biasanya keliatan kalo lagi beres-beres."
"Siapa?" Rendi melihat ke arah Jay.
"Oh kenalin ini anak aku, Jay.."
"Rendi." Pria itu mengeluarkan tangan dan disambut oleh Jay.
"Jay om.."
"Udah gede anak kamu tapi kamu ga keliatan ibunya aku kira adik kamu."
"Masa sih?"
"Seurius ka, kapan-kapan main dong ke kedai ramen aku udah banyak menu baru dijamin enak."
"Iya ntar aku main deh, sekarang aku lagi buru-buru."
"Kemana?"
"Jemput suami aku di airport."
"Oh ya udah takut nunggu lagi suami kamu."
"Aku duluan ya Ren.."
"Hati-hati.." Rendi belum beranjak dari tempatnya sampai mobil yang dikendarai Jay pergi.
- Halo Mas.
- Kamu dimana?Mas udah turun nih.
- Iya bentar, ini lagi dijalan.
- Masih jauh?
- Lumayan, aku dari restoran Mas.
- Yang nyetir siapa?
- Jay.
- Ya udah jangan buru-buru hati-hati aja.
- Iya, bentar ya Mas.
Jesica menutup teleponnya.
"Daddy udah sampe ya?"
"Udah, kamu cepetan dikit."
"Iya mom.." Jay menginjakkan gas nya lagi lebih dalam.
"Mom.."
"Hm.."
"Aku boleh pergi ga kalo udah jemput Daddy."
"Pergi kemana?"
"Pingin jalan-jalan aja."
"Ya udah barengan aja, masa sendiri."
"Ga usah ga papa, aku pingin sendiri aja."
"Loh kenapa?"
"Ga papa, mommy kan daripagi cape udah ngurus ini itu belum lagi Daddy kan baru nyampe."
"Ya ga papa kan besok pulangnya juga siang sayang."
"Aku juga ga papa kok mom, bentar doang mau ada yang aku beli."
"Kamu kalo nyasar gimana?"
"Engga, aku ga akan nyasar aku kemarin-kemarin udah hafalin jalannya lagian aku ga akan jauh-jauh kok."
"Kamu yakin?"
"Yakin mom, boleh ya?"
"Tanya Daddy deh nanti."
"Please...."
"Aneh deh kamu." Jesica curiga namun Jay tetap bersikeras untuk pergi sendiri. Setelah setengah jam mereka pun sampai di airport dan Kenan langsung masuk kedalam mobil.
"Akhirnya sampai juga." Kenan sambil menutup pintu mobilnya.
"Udah kan?ga ada yang ketinggalan?"
"Udah Jay.." Kenan yang membuat Jay kali ini benar-benar menjalankan mobilnya dengan cepat.
"Cepet banget, kamu kebelet?"
"Engga, aku biasa kok Dad.."
"Jay, mau pinjem mobil mau pergi boleh ga Mas?"
"Mau kemana?"
"Katanya ada sesuatu yang mau dia beli."
"Kenapa ga barengan aja?"
"Kasian mommy sama Daddy udah cape."
"Daripada sendiri."
"Bentar doang kok dad.."
"Ya udah hati-hati kalo ada apa-apa telepon ya."
"Iya Dad.."
"Mommy amankan selama disini Jay?"
"Tadi mommy ketemu temennya cowok dad.."
"Temen cowok?"
"Itu Rendi Mas.."
"Siapa Rendi?"
"Temen aku waktu disini jadi ayahnya dulu pemilik kedai ramen disamping restoran aku dia suka bantu-bantu nah karena itu kita jadi ngobrol-ngobrol dan temenan baru ketemu lagi juga tadi."
"Aku ga suka dia peluk mommy dad.."
"Peluk?" Kenan juga panas mendengarnya.
"Bukan peluk yang gimana kok Mas, cuman biasa aja."
"Dia bilang mommy cantik." Jay terus melaporkan.
"Gara-gara Rendi kamu telat jemput Mas?"
"Bukan Mas, ga sengaja ketemunya juga."
"Seneng dong ketemu lagi." Sindir Kenan kali ini.
"Jay lebay deh ngomong ke Daddy." Protes Jesica.
"Engga lebay, emang gitu."
"Ya udah kita ngobrol dihotel aja." Kenan tak mau bertengkar di depan Jay. Tak butuh waktu lama Mereka sampai di hotel dan selesai mengantar orang tuanya Jay kembali bergegas ke suatu tempat yang sudah ia incar sejak tadi sementara itu Kenan masih dibakar oleh api cemburunya karena pria bernama Rendi.
"Jadi udah ngapain aja sama Rendi?"
"Ya ampun Mas masih dibahas?"
"Ya aku pingin tahu, kata Jay dia peluk kamu lah, muji kamu cantiklah. "
"Kan aku udah bilang bukan peluk yang kaya Mas pikirin, cuman say hai doang."
"Say hai ga usah peluk juga bisa."
"Ya aku ga tahu dia mau peluk aku orang dia yang mulai."
"Iya kamunya juga ga nolak."
"Mas lagian dia tahu aku udah punya suami sama punya anak kok."
"Ya tapi..."
"Daripada ngomongin Rendi sini aku pijitin, cape kan?" Jesica menaiki tempat tidur dan memijat bahu Kenan.
"Besok kita makan aja ditempat Rendi sebelum pulang."
"Mas ngapain sih?" Jesica kini kesal.
"Ya pingin tahu aja, kamu kan nanti bakalan sering-sering ke Jogja Mas harus tahu dong."
"Ya buat apa?tempat usahanya nanti juga jauh kok dari usaha dia."
"Tapi deket restoran kamu."
"Ya emang kalo deket restoran aku, aku bakal nemuin dia gitu?"
"Iya engga, tapi Mas kan pingin tahu."
"Terserah Mas, aku mending telpon anak-anak aja." Jesica kini beranjak lagi dan mengambil ponselnya. Dia mencari kontak Ara sementara itu Jay sudah sampai di sebuah tempat. Tempat yang pertama kali mereka datangi saat berada di Jogja.
- Halo.
Suara dari balik telepon terdengar.
- Aku diluar, kamu bisa turun ga?anter aku jalan-jalan yuk bentar.
- Hah?seurius?.
- Iya seurius, coba aja keluar.
- Ya udah bentar.
Tiara segera bergegas keluar dan benar saja mobil hitam terparkir didepan pagar rumahnya.
"Kok mendadak sih?" Protes Tiara saat masuk ke dalam mobil.
"Mamah papah kamu marah"
"Engga, mereka ga ada dirumah."
"Tapi kalo kamu sibuk ga papa."
"Engga kok, ini udah tanggung juga masuk." Tiara kini menarik safety belt nya dan Jay kembali melaju dengan mobilnya.
"Mau kemana?"
"Minum kopi?"
"Engga mau, aku ga suka kopi aku pingin burger."
"Ya udah kita kesana." Jay menuruti keinginan Tiara. Sesampainya disana mereka langsung memesan burger yang diinginkan Tiara tadi dan Jay hanya mengikuti pesanan yang direkomendasikan Tiara.
"Besok pulang ya?" Tiara sambil membuka bungkusan burgernya.
"Iya, besok siang."
"Nanti juga kesini lagi soalnya papah bilang mommy kamu bakalan bahas tentang usaha mereka lagi tapi bareng cewek yang namanya Dinda gitu."
"Oh Tante Dinda temennya mommy sama Daddy."
"Ra.."
"Hm.." Tiara tampak menikmati burgernya.
"Em..." Jay menggoyang-goyangkan burger miliknya.
"Kenapa?burgernya ga enak?padahal ini favorit aku loh."
"Bukan, burgernya enak kok."
"Terus?"
"Aku sayang kamu." Jay dengan cepat menyatakan perasaannya.
****To be Continue