Chereads / I don't know you, but I Married you / Chapter 64 - Siblings Goals 2

Chapter 64 - Siblings Goals 2

Sore ini sebelum pulang Kenan tampak berdiskusi dengan Dikta di ruangannya.

"Ya udah Ara kan calon penerus juga Ken jadi ga papalah."

"Masih ragu aja dia diperusahaan gimana."

"Kasih kepercayaanlah Ken sama Ara."

"Edward sama Ethan kapan masuk perusahaan?"

"Ga tau tuh, masih sibuk sendiri tadinya kakak pingin pensiun digantiin mereka tapi ya gitu mereka masih main-main."

"Apalagi aku kak, was-was banget Ara pingin kerja."

"Udah ga papa, siapa tahu bisa jadi penerus kamu. Ntar juga dia belajar."

"Tapi ga papa dia di posisi itu kak?"

"Iya lagian ini departemen baru kali aja dia bisa jadi pemimpin yang baik, punya ide yang lebih baru lagi."

"Iya sih."

"Kapan dia siap kerja?"

"Kayanya nanti deh udah wisuda mungkin 2 bulanan lagi soalnya aku mau kasih hadiah dia liburan."

"Ya udah sekalian nunggu orang-orangnya komplit juga."

"Oke..Makasih kak." Kenan

"Ya udah kakak pulang duluan." Dikta mengambil tasnya dan keluar. Di lain tempat Ara yang baru saja keluar dari tempat makan masuk lagi ke dalam mobil David.

"Mendung banget." Ara melihat ke arah Awan.

"Mau hujan kali."

"Kayanya, ya udah yuk buruan." Ara membuat David menyalakan mesin mobilnya dan pergi dari tempat tadi namun dalam setengah perjalanan Ara merasakan ada sesuatu yang aneh. Ini bukan jalan ke arah rumahnya.

"Mau kemana?"

"Kasih kamu hadiah bentar."

"Kasih hadiah apaan sampe kesini?"

"Cuman ke danau doang Ra ga jauh kok supaya romantis-romantis gitu."

"Katanya mau hujan masa ke danau sih, pulang ajalah." Ara tak suka dengan ide David.

"Ya udah disini aja kasihnya." David menepikan mobilnya. Ara tak tahu dia dimana sekarang yang jelas hanya banyak pepohonan yang tinggi sepanjang jalan.

"Ini aku mau kasih ini.." David memberikan sebuah kalung bertuliskan huruf A ditengahnya.

"Ngapain sih kasih hadiah segala."

"Hadiah kelulusan, sini aku pakein." David membuka pengait kalungnya dan Ara mulai memunggunginya. Rambutnya ia singkap kesamping agar David bisa memasangnya dengan mudah.

"Apaan sih Vid." Ara langsung membalikkan badannya ketika merasakan ada yang mencium punuknya jelas itu David.

"Aku pingin cium doang."

"Ya tapi.." Ara terbungkam saat David meraih bibirnya. Menciumnya disana. Ara segera mendorong lelaki itu sekuat tenaganya.

"Apaan sih, aku ga mau.." Ara menolak.

"Ga mau?aku kan pacar kamu."

"Terus kalo kamu pacar aku, kamu boleh gitu?" Ara marah.

"Iya boleh, kamu milik aku." David Kembali mencoba mencium Ara namun Ara memalingkan wajahnya dan tetap mendorong David.

"Kamu minta tolong pun ga ada yang denger, aku cuman minta cium Ra." David kini meraih paha mulus Ara yang hanya mengenakan rok hitam.

"Brengsek ya kamu!" Ara menampar pipi David berharap dia sadar.

"Kamu berani nampar aku?" David meletakkan salah satu tangannya di pipi yang ditampar Ara tadi namun bukan hanya itu yang membuat David terkejut karena tiba-tiba seseorang melemparkan batu ke arah mobilnya membuat kaca depan mobil David berlubang dan rusak parah.

"Jay.." Ara melihat sosok yang ada di depannya. David yang sempat terkena batu besar tadi langsung keluar dan menghampiri Jay.

"Apa-apaan sih Lo, mobil gw..." Belum juga David menyelesaikan kalimatnya Jay langsung memukul pria itu.

"Jay.." Ara keluar dari mobilnya dan menghampiri adiknya.

"Kakak ga papa?ada yang sakit?" Jay langsung melihat ke arah Ara.

"Dasar anak sialan!" Kali ini David memukul Jay.

"Kak cepet masuk mobil." Jay menyuruh Ara pergi dan dia menurut.Di dalam mobil Ara menelpon adiknya Kay namun tak ada jawaban sementara Jay yang amatiran dalam berkelahi memukul David dengan keahlian yang seadanya. Dia mencoba memukul wajah dan mendorong badan David dengan keras namun tak lama David malah berhasil membuatnya terjatuh di rerumputan.

"Dasar bocah." David menendang perut Jay yang tersungkur dibawah sana lalu dia duduk diatas badan Jay dan memukuli sepuasnya.

"Bangsat!! Lo apajn Ade gw." Suara keras Kay memaki dan mendorong keras David memukulnya tak karuan karena berani memukul adiknya sampai berdarah-darah. Kiran yang ikut disana segera menghampiri Jay dan memberinya pertolongan.

"Jay..." Ara keluar dari mobilnya dan memanggil Jay yang terbatuk-batuk.

"Bawa ke mobil aja." Ara meminta bantuan Kiran untuk membawa Jay.

"Ka...Ki aku..sakit kak.." Jay dengan suara lemas sambil memegangi kakinya ternyata tak jauh dari betisnya ada sesuatu yang menancap disana mungkin akibat David mendorongnya tadi.

"Tahan sebentar." Kiran menarik sesuatu disana.

"Aww..." Teriak Jay bersamaan dengan darah berhamburan keluar namun segera Kirain tutupi dengan jacketnya dan mengikat keras disana.

"Awas ya lu ganggu kakak gw lagi, gw bikin mati lu Dasar bajingan!!" Kay melepaskan cengkaramannya ketika melihat David sudah lemas. Dia melihat ke arah Jay yang masih terbaring disana.

"Jay Kenapa?"

"Kakinya kena bongkahan kaca sama kayu gitu." Kiran yang tadi mencabut sesuatu di kaki Jay menjawab.

"Kita bawa kerumah sakit aja." Ara tampak khawatir.

"Ya udah bukain mobilnya kak biar aku yang angkat Jay." Kay segera menggendong Jay yang terlihat kesakitan. Sebelum Ara pergi dia berjalan ke Arah David yang keadaanya juga sudah sama babak belurnya dengan Jay.

"Gw balikin hadiah dari Lo, Gw ga sudi ketemu Lo lagi. Dasar brengsek!" Ara melempar kalung yang diberikan David tadi lalu kembali menemui adiknya. Dia kini sudah siap duduk dikursi depan menjalankan mesin mobilnya sementara Kiran ikut di kursi penumpang mendampingi Jay.

"Hati-hati kak, aku nyusul." Kay yang ikut kerumah sakit dengan cepat menjalankan motor sportnya. Sesampainya disana Jay langsung dilarikan ke UGD dan segera diberi pertolongan oleh tenaga medis . Ara gelisah menunggu diluar sementara Kay mukai menelpon ibunya dengan perasaan takut.

- Halo mom.

- Iya sayang.

- Momm...Jay...Jay masuk rumah sakit.

- Hah?!!

Jesica terkejut bukan main.

- Mommy cepet kesini nanti aku ceritain.

- Dimana?"

- Rumah sakit Kasih Bunda.

- Ya udah mommy kesana sama Daddy."

Kay menutup teleponnya dan tahu pasti Orang tuanya panik dengan keadaan Jay sekarang.

"Hidung kamu berdarah tuh." Kiran yang ada disampingnya memberikan tisu.

"Ah iya, ga kerasa makasih." Kay menerima tisu itu.

"Kamu mau pulang?aku anterin."

"Aku pulang sendiri aja."

"Jangan, udah malem juga mana hujan."

"Ga enak adik kamu kan masih dirawat."

"Ga papa ada kakak lagian sebentar ini, udah gitu aku kesini lagi."

"Aku juga ga papa kok bisa naik taksi."

"Engga, aku ga ngijinin. Bentar..." Kay menghampiri kakaknya.

"Kak..aku udah telpon mommy, mereka mungkin lagi dijalan. Aku anterin temen aku dulu ya."

"Kakak pingin ketemu temen kamu dulu." Ara dengan wajah sendu menemui Kiran.

"Kak, aku pulang dulu ya." Kiran dengan sopan.

"Eh iya makasih ya udah bantuin, siapa namanya?"

"Kiran Kak."

"Hati-hati ya, nih pake mobil aja hujan." Ara memberikan kunci mobil Jay.

"Ya udah kalo ada apa-apa telepon. Jay pasti ga papa kok." Kay menyemangati dan pergi mengantar Kiran pulang.

****To be continue