Chereads / I don't know you, but I Married you / Chapter 54 - Bertemu Lagi

Chapter 54 - Bertemu Lagi

Perhatian!Dalam cerita ini mengandung unsur perbuatan yang tak baik untuk dicontoh. Harap kebijaksanaan pembaca.

Sudah seminggu ini Kay mencari keberadaan wanita pujaannya namun tak kunjung juga dia temukan. Dengan lemas dia masuk ke dalam perpustakaan dan ini pertama kalinya dia masuk ketempat ini sejak dia berada disini. Dia mencari buku ekonomi mikro yang dimaksud dosennya tadi hingga tiba-tiba dia senyum sendiri.

"Yang ini?" Kay meraih buku yang tak bisa digapai oleh Kiran.

"Makasih."

"Udah ketemu nih, jadi boleh minta nomer kamu dong."

"Kenapa aku harus kasih?" Kiran sambil berjalan menyusuri lorong dan diikuti Kay.

"Supaya aku bisa hubungin kamu."

"Kenapa harus ngehubungin aku?"

"Supaya aku tahu tentang kamu."

"Kenapa harus tahu?"

"Supaya aku bisa deket sama kamu." Kay terus menjawab setiap pertanyaan yang diberikan Kiran.

"Kenapa pingin deket sama aku?"

"Kenapa sih nanya terus?aku cape jawabnya." Kay membuat Kiran tertawa kecil.

"Emang ga boleh ya aku deketin kamu?"

"Aneh aja baru juga sehari ketemu dan ga sengaja udah mau deketin aja."

"Ya makannya kenalan dulu."

"Kan kemarin udah."

"Bukan kenalan kaya gitu."

"Sst...ini perpustakaan jangan berisik."

"Ya udah, kita keluar atau mau jalan kemana gitu."

"Engga, aku ada kelas."

"Aku tungguin."

"Itu maksa."

"Kalo maksa aku udah narik tangan kamu sekarang."

"Saya pinjem buku ini aja." Kiran memberikan buku kepada penjaga untuk diberikan cap dan setelahnya keluar bersama Kay yang terus membuntutinya.

"Kenapa sih terus ngikutin?"

"Nunggu kamu kasih nomer."

"Segitunya."

"Iya segitunya aku pingin kenal kamu."

"Ya udah mau dimana aku nulisnya."

"Ga usah ditulis, ini ketik nomer kamu." Kay memberikan ponselnya lalu Kira. mengetikan nomernya.

"Nih udahkan?"

"Belum." Kay melihat nomernya lalu menekan tulisan nama kontak.

"Calon pacar." Kay seolah sengaja berbicara keras.

"Apaan sih." Kiran aneh namun tak marah. Tidak lama Kay melakukan panggilan membuat ponsel Kiran berdering.

"Kenapa telpon segala?"

"Mastiin bukan nomer palsu, save ya itu nomer aku."

"Iya, cowok aneh." Kiran dengan keras seolah membalas perbuatan Kay tadi.

"Ga papa aneh-aneh juga siapa tahu suka."

"Ngarep."

"Iyalah ngarep, siapa yang ga ngarep kalo punya pacar cantik gini."

"Gombalannya ga mempan, udah dipake ke berapa cewek?" Kiran menyindir Kay.

"Itu bukan gombalan tapi pujian."

"Udah sana jangan ngikutin mulu."

"Bukan ngikutin tapi aku anter kamu sampe kelas."

"Kenapa harus dianter, aku masih hafal jalan kok."

"Bukan masalah jalannya tapi takut ada cowok lain yang ganggu."

"Dari tadi cowok yang ganggu tuh kamu."

"Ini bukan ganggu tapi ngehibur supaya kamu ga bosen jalan sendiri."

"Kenapa harus bosen kaya Jalan kemana aja."

"Aku juga ga bosen kok liat wajah kamu." Kay membuat Kiran melihat ke arahnya dengan tatapan aneh.

"Bukan kamu tapi aku yang bosen liat wajah kamu."

"Awas ngomong bosen nanti malah kangen."

"Udah ah aku nanti telat masuk lagi." Kiran segera berjalan semakin cepat meninggalkan Kay yang senyum-senyum sendiri sekarang. Kini dia kembali berjalan menuju parkiran karena kelas hari ini sudah usai. Dia mencari motornya namun dalam pencariannya dia malah salah fokus dengan kebersamaan kakaknya dan David. Mereka tampak mesra berjalan berdua sambil tertawa bahkan tak lama Ara masuk ke dalam mobil David.

"Ah udahlah, nanti kakak marah." Kay segera pergi mencari motornya lagi. Kay mengambil helm full facenya dan memakainya.

"Eh lu tahu si David kan?katanya pacaran sama Ara." Seseorang terdengar membicarakan kakaknya.

"Bukannya Ara sama Bisma balikan?"

"Ah dia semua cowok dipacarin ga jelas."

"Sama David aja mau dia, paling ditidurin doang." Ucap salah satu lelaki lain yang membuat Kay geram dan dengan cepat melayangkan tinjunya.

"Lu kalo ngomong dijaga, Lu ngomong gitu lagi gw ga kasih ampun. Dasar bangsat." Kay dengan nada emosi lalu segera pergi dengan motor sportnya.

***

Suara ketukan terdengar dan dengan suara lembut Kenan mempersilahkan masuk tamunya.

"Eh kak Dikta kenapa kak?"

"Ini kakak mau kasih berkas penilaian buat karyawan promosi." Kak Dikta memberikan map berwarna hijau pada Kenan.

"Promosi?bagian apa?"

"Dia yang bakalan gantiin Pak Stefan."

"Emang Pak Stefan mau kemana?"

"Kamu belum tahu emang?dia mau pensiun."

"Dariel Sagara nama yang bagus." Kenan membaca biodata tentang calon Manager Keuangan yang baru.

"Dia udah kerja di kantor kita 6 tahunan, wakilnya Pak Stefan dulu."

"6 Tahun?usianya padahal masih 23 tahunan."

"Iya dia waktu lulus SMA langsung dibawa sama Pak Stefan."

"Oh titipan Pak Stefan."

"Iya Ken, Anaknya oke sih dia pernah kerjasama juga sama Kakak."

"Biodatanya kok ga jelas gini?"

"Iya, ga tau kakak juga dari HRD nya gitu dan dia bilang kalo ada apa-apa sih hubungan keluarganya langsung ke Pak Stefan."

"Emang perusahaan kita nerima karyawan yang ga jelas gini?"

"Mungkin ga enak karena Pak Stefan yang minta lagian selama ini ga ada masalah kok sama Dariel."

"Kerjanya gimana?"

"Bagus sih, dia ini yang pernah bantu kita waktu ada masalah di cabang Surabaya sama Medan."

"Oh..yang nyusul bareng Alex?"

"Iya Ken yang itu."

"Oh..yang aku bilang kaya anak kecil?"

"Iya, waktu itu dia baru lulus SMA."

"Pendidikannya SMA?"

"Engga, dia lagi nyusun tesisnya sih denger-denger. Dia kuliah ambil kelas karyawan nilai-nilainya juga bagus."

"Apa ga ganggu kerjaan?"

"Selama ini sih engga Ken yang kakak liat."

"Ya udah gimana kakak aja mau diangkat atau engga."

"Kok gimana kakak?terserah kamu aja."

"Iyalah, kan yang ngasih penilaian dan tanda tangan disitu atas nama kakak."

"Kamu aja yang kasih Ken."

"Kak...kenapa sih masih sungkan?kakak kan udah jadi bagian keluarga Seazon ya udah ga papa."

"Ya tetep aja, kakak masih ragu kalo harus naik-naikin begini tanpa konsultasi sama kamu atau Kak Riko."

"Kak...kakak kerja disini kan ga sehari dua hari udah bertahun-tahun bahkan sebelum aku ngerti tentang perusahaan. Aku yang harusnya konsultasi sama kakak. Pokoknya itu terserah kakak aja."

"Oke-oke."

"Presentasinya kapan emang?"

"Besok Ken."

"Kalo menurut kakak bagus dan oke ya udah angkat aja."

"Iya sih lagian Pak Stefan sampe berani jamin Dariel bisa diandelin katanya."

"Pak Stefan gitu banget, apa ini anaknya?"

"Pak Stefan kan cuman punya anak satu perempuan lagi."

"Tapi dia berani jamin semuanya tentang Dariel."

"Mungkin masih ada hubungan kerabat kali." Dikta menebak-nebak.

"Jadi penasaran sama orangnya belum pernah liat lagi."

"Ada yang tinggi-tinggi, pakaiannya rapi banget."

"Ruangannya dimana sih?"

"Itu di lantai 4 samping ruangan Pak Stefan."

"Oh pantes jarang liat."

"Makannya main-main Ken."

"Mana sempet meeting mulu."

"Ya udah kakak balik ke ruangannya."

"Iya kak." Kenan kembali fokus dengan dokumen-dokumennya.

**** To Be Continue