WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini.
Jesica sedang berkumpul direstoran miliknya bersama teman-temannya. Kali ini dia ingin merencanakan pesta ulang tahun untuk suaminya. Pesta yang tidak terlalu meriah atau besar tapi cukup berkesan dihati suaminya. Dibantu oleh teman-temannya Jesica mencari konsep yang cocok untuk pestanya nanti.
"Jadi...lu mau buat disini?" Tanya Lala.
"Iya, cuman keluarga sama temen deket aja sih."
"Surprise ceritanya?"
"Iya gitu Na."
"Tumben lu bikin surprise."
"Ken sebenarnya ga suka yang begini-begini cuman kemarin kalo dipikir-pikir kata kak Riko ya sekalian syukuran aja, Lu bilang sama Alex jangan bocorin."
"Iya engga ka."
"Jam berapa acaranya dimulai?"
"Jam 7 malem deh kayanya La."
"Ya udah nanti gw bantu-bantu."
"Lu jangan terlalu cape La suruh katerin aja kalo engga si Dena nih yang gabut."
"Iya itu pasti." Lala sambil tertawa.
"Terus rencananya berapa orang yang datang?"
"Ntar gw tanya kakaknya Ken deh mau ngundang siapa aja."
"Iya lu tanya, supaya jelas ka."
"Cuman gw bingung, gw ngasih kado apa ya sama Ken?"
"Dia lagi pingin apa?"
"Gw juga ga tau, perasaan semuanya udah punya. Jadi galau kado apalagi yang belum."
"Udah kasih kado spesial aja di ranjang." Dena berkomentar mesum.
"Iya, lu pake apa kek ka. Costum kesukaan dia kek atau selimutan doang gitu pas dia pulang." Lala ikut memanasi.
"Apaan sih gw ga main kostum-kostuman dan ga punya ide seliar kalian."
"Justru karena lu ga main kostum makannya patut dicoba." Lala mendesak jahil.
"Yang ada nanti dia ketawa-ketawa lagi liat gw begitu."
"Awalnya doang ketawa kesananya pasti tegang "
"La...lu ya bener deh..." Jesica senyum-senyum sendiri.
"Lu inget-inget lagi aja yang dia pingin apa. Kali aja pas ngobrol dia ada keceplosan bilang pingin apa gitu." Katerina berkomentar normal.
"Dia ulang tahun yang ke berapa sih ka?" Dena penasaran.
"Ke 29 tahun."
"Ga keliatan tuanya." Katerina memuji.
"Iya emang. Suami gw emang masih cakep."
"Eh ntar undang Fahri ka?"
"Idih mana kenal gw na.."
"Alex kali kenal Kat, penasaran gw..."
"Iya iya ntar gw tanya Alex." Katerina menuruti keinginan Dena yang penasaran dengan sosok yang akan dijodohkan dengannya.
"Bentar ya gw telpon kak Riko dulu." Jesica mengeluarkan ponselnya dan segera mencari kontak kakak Kenan itu.
- Halo ka, kenapa?"
- Kak aku rencananya mau bikin surprise ulang tahun buat Mas Ken, kakak bantuin ya.
- Boleh-boleh, kakak harus bantu apa?
- Kakak kasih tau aja temen deketnya Mas Ken buat datang ke restoran aku, Acaranya dimulai jam 7 tapi jangan sampe bocor ke Mas Ken."
- Oke siap-siap, Adalagi?
- Ga ada, nanti biar aku aja yang ngasih tau kak Bella sama mamah. Nanti kakak kasih tau ya berapa orang yang datang.
- Ya udah nanti kakak kasih tau lagi ya.
- Makasih kak
- Iya sama-sama
Riko mengakhiri panggilannya dengan Jesica.
"Gw punya kakak ipar baik-baik banget."
"Ya... syukurlah jadi kaga ngebatin lu.."
"Ya tetep aja kalo soal nanya anak ga berhenti mulutnya."
"Udah-udah nanti lu sedih kita bahas ini, mending kita catet nih apa aja yang mesti dibeli buat dekornya."
"Jangan yang aneh-aneh La, inikan bukan acara ulang tahun anak 5 tahun."
"Iya engga, gw kasih tema dewasa++..."
"Heh enak aja, ada mertua gw." Jesica melempar tau ke arah Lala sementara temannya itu hanya tertawa senang.
*****
Jesica dan Kenan asyik menonton tv sambil makan beberapa kue yang dibuat Jesica. Kenan tampak tertawa girang dengan acara yang dia tonton yang menunjukkan kelucuan yang tiada henti sementara Jesica terlihat diam melamun.
"Sayang..."
"Iya mas."
"Kenapa sih belakangan ini sering banget ngelamun, ada yang dipikirin ya? apa sih? coba cerita sama Mas."
"Engga, ga ada."
"Jangan bohong. Pasti ada yang kamu pikirin kalo engga, ga mungkin sikap kamu gini."
"Aku mikirin anak Mas."
"Mas kan udah bilang ga usah terlalu dipikirin sayang."
"Iya engga, tapi belakangan orang tua aku, orang tua Mas, kakak Mas, temen-temen aku bahasnya soal anak...terus. Jadi aku kepikiran. Kalo di bedah ini otak aku isinya anak, anak, anak...."
"Yang penting kan Mas ga papa, ga maksa."
"Iya tapi tetep aja aku ga bisa biarin omongan mereka gitu aja Mas..."
"Ya udah besok-besok kalo ada omongan kaya gitu Mas yang lawan."
"Omongan kaya gitu ga akan pernah habisnya sampe kita punya, udah punya nanti ditanya kapan nambah lagi."
"Tuh kamu tahu jadi ya udah biarin aja."
"Tapi Mas..."
"Udahlah sayang, mereka kan ga tahu kita gimana. Nanti Mas marahin kalo perlu orang yang nanya-nanya gitu terus ke kamu. Mas ga mau ya kamu jadi stress cuman mikirin anak."
"Mas juga pasti pingin punya anak kan?"
"Iya tapi pas kamu bilang udah siap. Pokoknya gimana kamu aja."
"Aku juga takut nanti orang mikirnya Mas atau aku mandul."
"Hus...jangan ngomong gitu."
"Aku cuman nebak pikiran orang."
"Udah deh ga usah mikirin orang lain, biarin aja sayang, biasanya juga kamu cuek."
"Ya tapi kan sekarang beda, dulu aku cuek karena cuman aku doang kalo sekarang kan bawa-bawa Mas."
"Udah Mas ga mau bahas ini lagi." Kenan mengakhiri obrolan mereka tentang anak sementara Jesica masih termenung. Tidak mudah baginya menghilangkan pemikiran tentang memiliki momongan di kepalanya.
"Hm...sayang..." Kenan mendekati Jesica yang langsung menoleh ketika dipanggil.
"Kenapa?katanya ga mau bahas lagi."
"Bahas yang lain."
"Apa?"
"Mas lagi pingin nih." Kenan berbisik di telinga Jesica sementara tangannya mulai bergerak naik ke atas menuju bukit kembar yang menjadi favoritnya sekarang.
"Mas..aku juga pingin tapi..." Jesica belum melanjutkan kalimatnya karena Kenan dengan cepat meyambar bibir tipisnya. Melumatnya dengan ganas sambil perlahan mendorong badannya ke arah tepi kursi.
"Mas...stop." Jesica mendorong badan Kenan.
"Kenapa ? Ga mau disini?" Kenan heran.
"Bukan...bukan itu."
"Terus?"
"Maaf Mas aku lagi dapet sekarang." Jesica membuat Kenan lemas dan menarik diri lagi untuk duduk. Seketika miliknya yang sempat menegang menjadi ciut kembali.
"Maaf ya.." Jesica tersenyum kecil sambil memijat mijat pundak Kenan.
"Iya ga papa sayang..." Kenan menahan nafsunya sekarang.
"Hari ke berapa?" Tanya Kenan lagi.
"Hari kedua." Jesica membuat Kenan menggelengkan kepalanya. Jelas itu baru permulaan, masih ada hari panjang yang harus Kenan tunggu.
***** To be continue