Chapter 2 - Kepikiran

Jesica berencana mengunjungi Kenan dikantornya karena sejak mereka berkenalan belum sekalipun Jesica tahu dimana suaminya bekerja. Dia kini mulai berjalan memasuki gedung berlantai 20 itu. Baru juga sampai dipintu masuk langkah Jesica tertahan oleh penjaga keamanan yang menanyainya. Jesica menjawab pertanyaan petugas itu dengan santai dan sesaat kemudian petugas itu tampak terkejut mengetahui Jesica adalah istri dan pemilik perusahaan. Dengan cepat petugas tadi mengantarkan Jesica ke ruangan kerja suaminya dimana pada setiap pintu wajib menggunakan kartu akses termasuk saat menggunakan Lift. Oke cukup aman. Pikir Jesica yang cukup terkesan dengan kantor suaminya itu.

"Ruangan bapak itu Bu..."

"Makasih pak, udah dianterin.." Jesica ramah membuat petugas tadi pergi lagi untuk menjalakan tugasnya sementara dia kini berjalan menuju sebuah meja dekat dengan ruangan yang tadi ditunjuk oleh petugas sebagai ruang kerja Kenan. Sang sekretaris disana langsung berdiri dan menyapa Jesica seolah tahu akan kedatangannya.

"Bapak sedang meeting, beliau pesan agar ibu menunggu di ruangan kerjanya." Sekretarisnya itu kemudian mengarahkan Jesica ke ruang kerja Kenan sesuai dengan pesan Kenan tadi. Ketika masuk ruangan kerja suaminya Jesica disuguhi pemandangan yang langsung mengarah keluar gedung yang menampakkan jalan raya yang tampak sepi hari ini. Sofa hitam terlihat disamping kirinya, sementara meja kerjanya tampak diujung kanan. Sesuai perkataan Kenan dulu, dia memajang foto kebersamaan mereka diatas meja kerja membuat Jesica senyum-senyum sendiri. Kini Jesica berjalan ke arah jendela dan menatap keluar. Belakangan pikirannya dihantui oleh kata 'anak'. Kata yang sering dia dengar dari orangtua Kenan bahkan orang tuanya sendiri. untungnya dia dan Kenan sudah pindah ke rumah baru jadi dia tidak ditagih-tagih soal anak. Bagi dia memiliki anak punya tanggung jawab yang besar bukan hanya sekedar punya atau melanjutkan keturunan. Kenan sebenarnya tidak pernah memaksa tapi semakin dibicarakan Jesica semakin kepikiran.

"Lagi liat apa nyonya Seazon?" Kenan masuk keruangannya.

"Udah selesai meetingnya?"

"Udah sayang." Kenan langsung memeluk Jesica.

"Udah makan?"

"Belum."

"Aku bawa makanan tuh."

"Keterlaluan kalo chef ga bawa makanan." Kenan lalu melihat makanan yang dibawa Jesica. Kini Kenan duduk di sofa hitam, membuka semua tempat yang langsung menunjukkan makan siangnya. Tanpa perlu menunggu lama Kenan melahap makanannya sementara Jesica duduk manis disamping Kenan.

"Kamu kesini tadi dianterin siap sayang?" Tanya Kenan namun dia belum juga mendapatkan jawaban. Dilihatnya Jesica yang ada disamping dan dapat ia lihat dengan jelas istrinya itu sedang melamun.

"Sayang...."

"Sica..." Kenan memanggil-manggil.

"Eh iya Mas kenapa?"

"Lagi mikirin apa sih?"

"Engga, ga mikirin apa-apa."

"Mas udah panggil-panggil daritadi kamu diem aja."

"Iya maaf Mas."

"Cerita sama Mas ada apa?"

"Engga kok, ga ada apa-apa. Udah makan lagi." Jesica segera membuka makanan lain. Kenan tak lagi memperpanjang pembicaraan dan kembali makan meskipun dia yakin ada sesuatu yang dipikirkan istrinya.

"Sebelum pulang, mau beli donat di cafe depan?"

"Donat?"

"Iya yang waktu itu Mas ceritain."

"Oh iya boleh Mas."

"Ya udah Mas pesen dulu aja ke Dinda ya supaya tinggal ambil."

"Dinda?" Jesica mengerutkan alisnya.

"Iya, Jadi dia pemiliknya. Mas kalo mau kesana biasanya WA dia supaya bisa langsung disiapin."

"Oh suka saling WA?" Jesica mendadak kesal.

"Hm...engga sayang, ga sering-sering itupun soal pesanan atau ngobrol dikit."

"Coba siapa lagi sih cewek yang deket sama Mas. Biar aku keselnya sekalian."

"Ga gitu sayang, Mas ga deket sama siapa-siapa. Periksa HP mas aja kalo ga percaya."

"Ngapain? Mas pasti pinter nyembunyiinnya kan?"

"Ga ada yang disembunyiin kok."

"Udah-udah ah cape." Jesica kemudian duduk memunggungi suaminya enggan untuk memperpanjang perdebatan tentang Dinda, si penjaga cafe depan kantor suaminya.

"Mas paling benci kalo lagi berantem ga cepet-cepet diselesain."

"Ya habis Mas terus aja main sama cewek."

"Mas ga ada main apa-apa sayang. Kalo kamu pingin tahu Mas yang khawatir. Mas khawatir banyak cowok yang deketin kamu. Kamu masih muda, cantik, baik. Pasti cowok banyak yang suka. Mas kadang suka merhatiin kalo kita jalan, kalo kamu lagi direstoran masih banyak kok cowok yang suka lirik-lirik kamu, bahkan mungkin mereka nyangkannya kamu belum nikah." Perkataan Kenan membuat Jesica merubah posisi duduknya. Memandang suaminya itu dengan jarak yang cukup dekat.

"Mas tuh ga pernah bilang kalo Mas cemburu atau apa jadi kan aku ga tahu."

"Ya karena Mas percaya sama kamu."

"Terus maksud Mas aku ga percaya sama Mas?"

"Ya bukan gitu sayang, Mas ga papa kok kamu mau cemburu, bukan berarti Mas ga suka juga." Kenan mengusap rambut panjang Jesica.

"Berarti wajar dong aku cemburu sama Dinda?"

"Dengerin Mas dulu dong, kita cuman temenan biasa kok. Alex juga kenal, setiap kesana Mas bareng Alex sayang." Penjelasan Kenan membuat Jesica terdiam sejenak.

"Maaf Mas.." Jesica perlahan mendekatkan diri pada Kenan begitu pun Kenan yang tahu kemana ini akan berakhir. Matanya melirik ke arah bibir merah Jesica yang sudah tak sabar ingin dia lumat sekarang.

"Ken..." Riko datang.

"Udah aku bilang ketuk pintu kak.."

"Ada Sica ternyata, wah...makan-makan nih." Riko melihat banyak makanan di meja.

"Sekalian aja kak, makan siang disini, aku bawa banyak kok." Jesica menawarkan.

"Oke-oke kakak ajak Dikta dulu." Riko bersemangat dan keluar menuju ruangan Dikta.

"Ngapain sih ajak-ajak?"

"Emang Mas habis apa segini banyak?"

"Ya nanti dikasihin aja."

"Ya udah Mas ga papa."

"Sini-sini tadi belum selesai." Kenan mendekat diri lagi untuk mencium Jesica namun Riko dan Dikta sudah kembali.

"Wah, makasih Sica, sering-sering kesini." Dikta duduk dan segera ikut makan.

"Iya kak."

"Ken bentar lagi ulang tahun mau dirayain dimana?" Perkataan Riko membuat Jesica menoleh ke arah Kenan.

"Apaan sih kak udah gede juga ga usah dirayain segala."

"Bukan dirayain, ya syukuran aja."

"Iya kumpul keluargakan udah jarang-jarang."

"Kemarin kan di acara sunatan Rey udah kumpul."

"Ye...dibilangin juga."

"Udah-udah ga usah kak." Kenan menolak.

"Dari dulu Ken ga berubah ya, ga suka pesta-pesta. Sica dulu suka pesta-pesta ga?atau main ke club gitu?" Dikta berkomentar.

"Dibilang suka juga ga sering sih kak cuman kalo ada acara sama diajak temen aja."

"Sekarang kamu masih suka kesana?" Kenan terkejut.

"Engga Mas, udah berhenti."

"Dulu tuh kak Riko bandelnya minta ampun untung aja ketemu Kak Lisa." Kenan menyindir kakaknya.

"Sekarang kan udah taubat. Beda Ken apalagi udah punya anak pasti pikirannya istri anak, ya seputar keluargalah kalo mau ngelakuin apa-apa. " Riko menjelaskan dan membuat Jesica kepikiran lagi tentang memiliki anak.

*****To be Continue