Chereads / Skandalisme / Chapter 12 - Sayang kakak!

Chapter 12 - Sayang kakak!

Rama menyambut Shinta di teras rumah mereka ditemani segelas minuman dingin lengkap dengan bubble hitam pekat yang tampak menggiurkan.

Melihat kedatangan Shinta, pemuda itu segera bangkit. "Kakak darimana jam segini baru pulang? Kakak kan ga punya kelas sore?" Tanyanya.

Belum sempat Shinta mendaratkan bokong dan melepaskan sepatu, adik laki lakinya itu sudah tak sabar mencampuri urusannya.

"Memangnya kenapa. Apa mama mencariku? Kan ada kau. Kau bisa urus urusan anak kos di bawah. Kenapa harus mengandalkan aku?" Balas Shita dengan alis bertaut. Mengurusi anak kos yang bandel memang menjadi bagian Shinta yang dikenal judes.

Sret! Shinta mengambil alih minuman Rama, menyandarkan punggungnya ke kursi, menyeruput sisa minuman adiknya.

"Kak, sepatumu belum lepas sempurna tuh." Ujar Rama menunjuk tali sepatu Shinta yang baru terurai.

"Aku capek banget hari ini. Kenapa ya banyak orang orang aneh di dunia ini?" Tanya Shinta dengan suara lirih, dia sedang membicarakan Darwin, kekasih Ratih, sahabatnya.

"Kakak ga usah ikut ikutan jadi orang aneh deh!" Rama turun dari kursinya, dia berjongkok, membantu melepaskan sepatu Shinta.

Shinta membiarkan adiknya membantu melepaskan sepatu, Rama seperhatian itu pada kakak perempuannya.

"Kakak sudah makan?" Tanya Rama kemudian meletakkan sepatu Shinta pada rak tak jauh dari posisi mereka.

"Belum, cuma ngemil aja." Jawab Shinta melemparkan cup sisa minuman ke tempat sampah.

"Ya udah makan yuk, aku lapar. Aku nungguin kakak dari tadi."

"Ngapain! Kamu makan aja duluan. Lama lama kamu juga aneh deh, untung kamu tuh adik aku, coba kalau orang lain.."

"Kenapa kalau orang lain?" Sambar Rama. Dia berpikir akan mendengar kalimat manis dari bibir kakaknya yang cantik ini.

"Kalau kamu orang lain pastilah mahal bayar gaji pelayanan kamu!" Balas Shinta bercanda. Dia beranjak dari kursi. Menyambar lengan Rama, mereka bergandengan masuk ke dalam rumah.

"Kakak serius tadi ga kemana mana, aku cari kakak di kampus kok ga ada." Rama masih penasaran, kemana kakak nya menghilang hingga pulang hampir mau malam.

"Kau mau aku jujur apa bohong?" Tanya Shinta sambil menyambut uluran piring dari tangan adiknya.

Jawaban Shinta membuat Rama makin penasaran.

"Ish, kau abis ngapain. Aku adukan sama mama nanti!" Ancam Rama dengan wajahnya yang tampak menggoda Shinta.

Sinta mencibir lalu mencicipi suapan pertama.

"Aku tadi ke rumah pacarnya Ratih."

Uhuk!

Mendengar pengakuan kakaknya, Rama tersedak suapannya.

Shinta segera mengulurkan minuman dan membantu adiknya segera minum. "Hati hati dong, kau kenapa sih!"

"Tunggu! Kekasih Ratih temanmu?" Tanya Rama mencoba memastikan.

"Iya, kau tahu kan kakak ini tak punya banyak teman, hanya ada Ratih saja yang betah berteman denganku."

"Ya aku tahu!" Sambar Rama. Siapa juga yang betah berteman dengan orang judes dan blak blakan seperti kakaknya ini. Tapi itu justru membuat Rama merasa aman.

"Bagaimana kakak bisa sampai ke rumah kekasih Ratih? Di ajakin mereka, terus Kakak jadi kambing congek?" Sinis Rama menertawakan kisah tragis kakaknya.

"Ada sedikit kecelakaan, dia ga sengaja nabrak kakak.."

"Hah!" Teriakan rama membuat sendok Shinta terjatuh. Gadis itu tampak kesal.

"Kau kenapa sih, ga bisa makan dengan tenang." Gusarnya kesal.

"Terus.. bagaimana dengan kakak? Apa yang luka, kak.. kita harus ke rumah sakit sekarang!" Rama menarik tangan Shinta yang masih ingin menyuap makannya.

Rama masih memaksa membuat Shinta kesal. "Kau kenapa sih! Aku tidak apa apa. Lagipula Darwin sudah minta maaf, dia ga sengaja!" Desis Shinta mencoba agar rama bisa tenang.

"Tunggu, siapa? Siapa tadi?" Tanya Rama tak percaya dengan pendengarannya.

Dia yakin sudah mendengar nama teman nya itu dari bibir Shinta, tapi dia tak mau percaya begitu saja.

"Darwin, kekasih Ratih itu namanya Darwin!" Ulang Shinta. "Sekarang kau bisakan kembali duduk dan kita makan dengan tenang dan nyaman. Aku masih lapar!" Pinta Shinta dengan wajahnya yang menahan kesal.

Rama mencoba kembali ke kursinya, dia mendaratkan bokong dengan wajahnya yang tampak bodoh.

Darwin. Darwin!

"Darwin kak. Apa Darwin itu memiliki wajah blasteran dan.." pasti bukan hanya satu Darwin di dunia ini kan. Hanya saja.. perasaan Rama jadi tak enak.

"Iya, dia punya darah campuran. Dia ganteng sih.. cuma yaa.." Shinta memuji penampilan fisik Darwin dengan wajah tak tulus. "Cuma ya.. bodoh!" Ketusnya dengan wajah tak berdosa. Dia kembali menyuap makanan.

Rama bergelut dengan suara hatinya. "Pasti ada banyak Darwin campuran di dunia ini kan. Tapi.. apa dia ada tahi lalat di ujung hidungnya kak?"

Shinta tercengang dengan pertanyaan adiknya. "Ga sekalian kau tanya, di pantatnya ada tahi lalat atau bekas luka?" Sinis Shinta kesal.

"Ya.. aku cuma mau memastikan saja.." bisik rama dengan nada cemas.

Kemarin Eki, sekarang Darwin. Mampuslah, kakaknya akan terlibat dengan dua pria menyebalkan itu. Akan sia sia usaha Rama selama ini, menyembunyikan mutiara keluarga mereka.

"Kau kenapa sih?" Tanya Shinta heran melihat Rama yang bengong dan tidak melanjutkan makan.

"Kenapa dengan Darwin?" Tanya Shinta. "Apa kau mengenalnya?"

Rama menggeleng cepat. "Ti, tidak sama sekali kak. Eh tapi dulu waktu aku masih SMA, ada orang namanya Darwin kak. Tapi jahat, katanya suka malakin anak anak, mukulin perempuan. Aku harap dia Darwin yang berbeda kak. Aku takut kakak kenal Darwin yang itu." Rama mulai mengarang cerita bebas. Dia berharap Shinta akan takut dan menerima ucapannya dengan lapang dada.

"Ish, jangankan malakin anak orang, mukulin wanita, dia sudah jelas jelas diselingkuhi, dimanfaatkan, diporoti, tapi tetap mabuk cinta dengan Ratih! Sudah pasti mereka Darwin yang beda kan! Jadi kau.. segera habiskan makanan mu, kakak mau mandi!"

Shinta membawa piringnya pada wastafel dan meninggalkan Rama.

Rama mana bisa tenang kalau sudah seperti ini.

"Ck! Jadi kakak sudah bertemu dengan Darwin?" Rama menepuk dahinya. "Duh, aku harus cari tahu nih, jangan sampai Eki dan Darwin tertarik sama kakak. Dunia akhirat aku tidak akan rela!" Ujar Rama dengan wajah serius.

Dia meninggalkan piringnya yang masih penuh, beranjak dari kursi meja makan, niatnya mau ke kamar, kembali rebahan.

Tapi..

Nyonya rumah sudah kembali dari pasar. "Apa apaan piring itu? Kau sengaja buang buang makanan hah! Belum bisa cari uang udah sok sok an buang makanan. Habiskan lalu cuci piring!"

Rama mengangguk patuh dengan perintah ibunya. "Ma, piring yang itu bukan punyaku, kak Shinta yang abis makan." Protes Rama menunjuk piring kotor di wastafel.

suaranya terdengar sampai kamar Shinta.

"Bohong ma! Orang tadi aku pulang Rama lagi makan!" Teriak Shinta dari kamarnya. "Itu piring kedua dia ma!"

Rama berdecak kesal mendengar teriakan kakaknya yang penuh kebohongan, sialan! Untung sayang!

"Cuci piring abis makan!"

"Iya ma.." gumam Rama terpaksa.