Chereads / BUKAN SALAH JODOH / Chapter 34 - Minta izin....

Chapter 34 - Minta izin....

"Selamat pa--" woah, apa ini! Vino kaget mendapati meja makan sudah penuh menu sarapan sehat dan jus buah.

"pagi.." sapa Vira dengan senyum sumringah. Duh, lengkap sudah menu pagi ini. Makanan hijau sehat kesukaan Vino, jus buah dan senyuman manis vira. Bahkan vino ga bisa berpaling menatap wajah istrinya. 

"Ko bengong sih. Ayo duduk!" Vira menarik kursi, mempersilahkan vino. Suaminya itu jadi malu sendiri, dia segera ikut duduk dengan kikuk.

Mmm.. jadi apa nih kelanjutan pernikahan mereka?

Vino pengen nanya, tapi ngeliat Vira yang sudah sedemikian gerak cepet pagi ini membuat vino urung bertanya. Nampaknya Vira lagi good mood, mungkin belum tepat mereka bahas yang berat berat, just enjoy the show dulu lah!

Vira sudah berdandan rapi, dia sudah masak, dan sekarang mengambilkan piring untuk vino, gadis itu perlahan menepikan menu suaminya dengan senyuman lebar. Vino balas melempar senyum

Ah, kapan dia terakhir dilayani seperti ini? Junior school? Vino bahkan ga ingat pasti. Yang jelas udah lama sekali. Vino jadi tersenyum getir. Dia bisa melihat bayangan mamanya dari sosok Vira. Wanita yang begitu sabar dan tulus pada dirinya. Ah, mengingatkan pada masa lalu membuat vino berkaca kaca.

"Ini minumanmu" Vira menyodorkan segelas pure buah. Vino tak menjawab, hanya mengangguk kecil. Dia menghindari wajah Vira, gengsi dong kalau sampai Vira melihat wajahnya yang terharu.

Vira bergabung di meja makan, dia menarik kursi. 

"Oiya Vin, hari ini ga usah jemput"

"Kenapa?" Sambar vino cepat.

"Soalnya gue akan kerja part time di butik Hazel"

What! Vino tercengang ga percaya. Dia mau berteriak tapi menahan diri.

"Ehem" vino mengatur suara "kerja gimana maksudnya?" Dengan mengatur nada setenang mungkin vino membalas ucapan Vira, padahal di dalam hati udah panas kebakar, sabar.. sabarr.. sabaar..

"Jadi Hazel nawarin gue kerjaan sebagai freelance di butiknya.."

"Hah?" Vino ga percaya, ngapain dia nawarin kerjaan sama Vira! Kesal Vino.

"Gue butuh sih buat pengalaman sama porto folio juga kan. Secara butik doi tuh bukan kaleng kaleng.." vino membenarkan posisi duduk. Ko perasaanya ga enak ya.

"Doi juga bilang kalau gue bisa kerja part time buat dapet duit tambahan"

"Tunggu, tunggu!" Ketus vino "memangnya lu kekurangan duit!" Mulai lagi deh. Vira ga suka sama nada tinggi vino.

"Bukan gitu Vin, selain duit banyak hal yang mau gue tahu. Ya, lu paham lah perihal gue yang bener bener buta tentang fashion, life style, makeup, mode" oke, vino juga bisa mendengar penjelasan nada sumbang Vira. Dia kembali mencoba menenangkan diri, mohon jangan kepancing emosi. Jangan sia siakan momen indah pagi ini gara gara Hazel itu. Vino menggenggam tangan geram. Sabar, sabarr..

"Kalau butuh pekerjaan, part time, full time, free time, all the time, gue bisa kasih itu" ujar vino. Vira menghela nafas panjang dengan tatapan mata yang.. sumpah ya, ngomong sama lu tuh menguras energi.

Vino seakan paham tatapan itu.

"Oke, oke.. gue ga masalah lu kerja sama siapapun. Tapi kenapa harus Hazel?" Vira menautkan ali, maksudnya apa sih. Ya, karena cuma Hazel yang menawarkan pekerjaan dan opportunity semudah ini. Vira ga bisa jawab lugas, tatapan vino terlalu menekan dirinya.

"Ya, gue akan berusaha mengatur waktu sebaik mungkin. Gue akan tetap berusaha fokus sama kuliah. Sama kerjaan rumah, di sela gue cari pengalaman" Vira berusaha meyakinkan suaminya.

Perdebatan ini akan semakin panjang dan alot kalau tetap pada prinsip masing masing, salah satu harus ada yang mengalah. Dan vino pada akhirnya memaksakan senyuman, dia mengangguk kecil, membuat mata Vira membesar, dan bibirnya melengkung, tersenyum senang.

"Boleh?" Tanya Vira masih ragu.

"Ya.." jawab vino juga ragu, tapi menurut Vira ya artinya boleh. Dia melonjak girang dan berlari menghampiri kursi vino. Refleks Vira memeluk pundak vino, membuat pria nya duduk tegap, antara kaget atau masih belum bisa menerima kenyataan. Vira senang karena dia atau karena boleh bekerja dengan Hazel! Vino jadi ragu membalas rangkulan Vira.

"Makasih vino.." suara lembut dan wajah sumringah membuat vino luluh juga. Pria itu mengangguk dan Vira kembali ke kursinya. Mereka menikmati sarapan dengan suasana hangat. Akhirnya perdebatan tadi tak menghancurkan selera makan mereka.

Sementara itu.

"Hatchiiimmm!!" Cyntia mengambil.beberapa lembar tisu, dia bangkit dari kursinya dan menghampiri Hazel.

"Kamu flu sayang?" Tanya Cyntia "pelayaaan!!!" Teriaknya dengan nada suara yang berbeda. Kalau dengan Hazel suara mendayu dengan nada rendah dan lembut. Kalau sama pelayan nada ketus, tegas dan menyebalkan. "Cepat ambil kotak obat, panggil dokter Hendrik!" Perintah Cyntia langsung dikerjakan oleh pelayan rumah. "Kau!" Tunjuk Cyntia pada pelayan lainnya, gadis muda itu terkejut dan segera mendekati Cyntia. "Coba cek suhu makanan Hazel, apa pas untuk putraku ini.." ujar Cyntia meninggalkan sentuhan lembut di dahi Hazel.

"Maam.." rengek hazel.

"Kenapa sayang?"

"Aku ga flu"

"Terus.. ga ini kamu sakit sayang, imun kamu lagi drop, harus banyak minum suplemen biar cepat recovery" ujar Cyntia tak mau dibantah. Hazel cuma bisa menggeleng, daripada demam dia merasa sedang jadi bahan omongan orang lain. Hazel mengkorek telinga gatal.

"Tuhkan, kuping kamu bindengkan?" Todong Cyntia cemas. Hazel menggeleng lagi, mamanya mana percaya.

"Ada apa sayang?" Suara Broto mengejutkan Cyntia yang cemas

"Ah, papi, Hazel sepertinya sakit.." manja Cyntia menghampiri Broto sementara Hazel mempercepat suapan, dia segera ingin meninggalkan rumah. Mumpung nafsu makannya masih bagus, soalnya sebentar lagi dia pasti ga bakalan nafsu makan, kalau Uda liat adegan manis manis getir dua orang paruh baya itu.

Hap hap hap.. Hazel menyuap soup terakhir dan bangkit, dia meraih tas saling bag full leather coklat keluaran rumah mode Louis Vuitton. Tanpa salam, tanpa menoleh bahkan melirik, Hazel mengambil langkah seribu. Dia harus ke kampus! Bahkan hari ini dia udah punya rencana dengan Vira, jangan sampai perhatian ekstra dan lebay Cyntia menggagalkan rencana hari ini! Itu tekad Hazel. Dengan mengendap Hazel kabur dari balik punggung Broto dan Cyntia.

"Kalau begitu, segera panggil dokter Hendrik!" Ujar Broto.

"Iya sayang, aku sudah suruh bibi.." balas Cyntia meraih dasi Broto dan merapikannya.

Seorang pelayan membawa kotak obat berukuran besar, dia mengeluarkan beberapa butir suplemen. Dan segelas air putih.

"Ini nyonya.." tanpa menoleh Cyntia menerima uluran gelas dari bibi, asisten rumah tangga yang paling di tuakan di rumah ini. Cyntia juga menerima beberapa butir pil dan menebaknya dengan sekali telan.

"Apa kau juga tidak sehat?" Tanya pak Broto pada Cyntia. Wanita itu tercengang. Dia menatap sisa minuman di gelasnya. Loh kok!

"Bibii.. itu buat Hazel bukan saya!!" Kesal Cyntia berteriak.

"Tapi nyonyaa--" sela si asisten dengan sangat sopan dan berhati hati. "Tuan muda hazelnya sudah tidak ada.."

"HAHH!!" Cyntia dan Broto kompak menoleh ke kursi kosong milik Hazel.

Di tempat lain, sebelum vira dan vino meninggalkan kediaman mereka. Vino menekan salah satu kontak yang sudah lama meninggalkan banyak pesan yang belum di buka.

"Hallo Jek. Gue ada tugas buat lu!"

"Maaf, ini siapa ya?"

"Ini boss lu! V, I, N, O!!" Kesal Vino mendengus marah.

"Oh maaf obos.. kirain obos dah lupa sama saya.." vino mengatur nafas lagi. Akhir akhir ini dia banyak belajar sabar. Vino menjelaskan tugas baru, dia berniat memberi pekerjaan pada Jek, vino menjelaskan dengan rinci.

Kalau ada maunya aja baru inget. Baru hubungi, selama ini jangankan balasan, bahkan pesan pesanku tak kamu baca. Jahat kamu Vin! Suara batin Jek berkecambuk kesal.