Chereads / Kelas Itaewon / Chapter 8 - Chapter 8

Chapter 8 - Chapter 8

Sae Ro Yi menelpon pemilik gedung baru DanBam, dan ternyata orang yang membeli gedung itu adalah Jang Da Hee (Presdir Jang). Mengetahui hal itu, ekspresi Sae Ro Yi berubah menjadi tegang.

"Apakah ini pukulan yang kau bicarakan waktu itu?" tanya Sae Ro Yi, dengan nada dingin.

Presdir Jang sok beralasan kalau dia membeli gedung itu karena gedung itu terletak di lokasi yang strategis dan memiliki nilai yang bisa naik pesat. Jadi, dia menganggap itu sebagai investasi yang baik dengan membeli gedung tersebut. Dan juga, dia mengejek bahwa serangan yang Sae Ro Yi katakan pada akhirnya menguntungkan Jangga.

"Datang ke Jangga besok," perintah Presdir Jang dan menyudahi telepon.

Melihat ekspresi Sae Ro Yi, Yi Seo bisa menebak kalau yang membeli gedung ini adalah Jangga. Sae Ro Yi membenarkan. Seung Kwon jelas heran, untuk apa perusahaan Jangga membeli gedung ini?

Yi Seo sangat kesal dan marah. Dia melampiaskannya dengan memaki Soo Ah dan Geun Soo. Dia tahu kalau Jangga membeli gedung ini untuk menyingkirkan mereka! Dan dia sama sekali tidak mengerti, kenapa Soo Ah begitu muka tebal dan meminta es kemari. Dan juga, kenapa Jang Geun Soo bekerja di sini!

"HENTIKAN!" teriak Park Sae Ro Yi. "Hei. Aku akan marah bila kau bicara lagi," peringati Sae Ro Yi pada Yi Seo.

Yi Seo benar-benar kesal di teriaki dan di marahi Yi Seo. Dia merebut baskom berisi es yang ada di tangan Soo Ah dan membuangnya keluar. Yi Seo bahkan membanting baskom itu dan menginjak-injak es tersebut dengan kesal. Dan kemudian, Yi Seo memilih pergi.

Suasana jelas jadi terasa canggung. Geun Soo memilih untuk mengejar Yi Seo. Sementara, Hyun Yi hendak mengambilkan es untuk Soo Ah lagi, tapi Soo Ah menolak. Sae Ro Yi merasa bersalah padanya dan meminta maaf. Soo Ah tidak marah hanya saja dia tidak menyangka kalau Sae Ro Yi dan Yi Seo begitu emosional dan dekat. Dan juga apa yang Yi Seo katakan tadi memang masuk akal. Dia tidak akan meminta es lagi kemari.

--

Soo Ah kembali ke Jangga dengan membawa sekantong es yang sudah di belinya di tempat lain. Geun Won ternyata ada di Jangga cabang Itaewon. Begitu melihat Soo Ah, dia langsung membantu membawakan kantong belanjaannya itu sambil berujar kalau harusnya Soo Ah menyuruh pekerja paruh waktu yang berbelanja.

Geun Won tampak jelas ingin mendekati Soo Ah, tapi Soo Ah menanggapinya dengan dingin. Geun Won tidak menyerah dan masih berusaha mengajak Soo Ah untuk menonton musikal akhir minggu ini karena dia punya satu tiket lebih.

"Kau suka padaku?" tanya Soo Ah, blak-blakan.

"Benar."

"Aku benci padamu," tegas Soo Ah.

"Kenapa? Apa karena Park Sae Ro Yi?" tanya Geun Won dengan nada kesal.

"Karena ahjussi (Pak Park –ayah Sae Ro Yi - ). Orang yang kau tabrak sampai mati. Ahjussi. Dia seperti ayah bagiku. Karena itu aku mohon, tak sudah mendekatiku."

Geun Won terdiam. Raut wajahnya tampak sangat bersalah. Dia tidak menyangka kalau itu alasan Soo Ah begitu membencinya.

--

Esok hari,

Sae Ro Yi akhirnya pergi ke Jangga untuk menemui Presdir Jang. Begitu melihat Sae Ro Yi, Presdir Jang langsung menantang Sae Ro Yi untuk berdebat dengannya.

"Kau ingin kelola tempat itu langsung?" tanya Sae Ro Yi.

"Sebaiknya kau menjualnya segera untuk dapatnya preminya," saran Presdir Jang.

"Apa kau begini karena preminya?"

"Premi itu... tidak buruk. Walau kau bicarakan Pasal Perlindungan Sewa, aku bisa lakukan apa pun yang aku mau dalam situasi ini. Menurutmu siapa yang menang di pengadilan? Lalu, bagaimana kedaimu selama sidang? Aku dengar kau ubah dinding yang ada sebelumnya. Apa aku bisa minta itu dikembalikan seperti semula? Namun, hal-hal itu... Aku tak tertarik," tekan Presdir Jang.

"Jadi, apa yang kau mau?"

"Putraku, Geun-soo. Kenapa kau pekerjakan dia di sana?"

"Kami kekurangan pekerja."

"Lepaskan dia," perintah Presdir Jang.

Sae Ro Yi menolak karena semua adalah keputusan Geun Soo sendiri untuk pekerja dengannya. Mereka mulai saling sindir menyindir. Presdir Jang kemudian membahas mengenai Sae Ro Yi yang katanya adalah orang yang kuat. Dan karena itu, sambil mendidik putranya, dia juga akan mendidik Sae Ro Yi agar tahu arti menjadi kuat yang sebenarnya.

"Kau beli gedung untuk ajarkan aku tentang menjadi kuat?"

"Tidak hanya itu. Aku tahu kau keras kepala. Kau akan tetap buka kedaimu di tempat lain walau diusir. Bukankah begitu? Aku akan beli gedung itu juga. Aku akan beli semua gedung yang kau sewa untuk kedai," peringati Presdir Jang.

"Apa itu kekuatan yang kau maksud?"

"Aku bisa buat semua hasil kerja kerasmu selama ini goyah seperti sekarang. Bukankah itu kekuatan?" balas Presdir Jang.

Dan karena itu, Presdir Jang jadi membahas pertemuan pertama mereka dulu. Saat itu, Sae Ro Yi begitu keras kepala dan tidak mau berlutut hingga di keluarkan dari sekolah. Bukankah hal itu sudah cukup? Apa untungnya dia merusak hidup Sae Ro Yi? Dan karena itu, dia menyuruh Sae Ro Yi untuk kembali ke saat itu dan memulai semuanya dari awal. Berlutut dan meminta maaf padanya! Jika Sae Ro Yi melakukannya, dia akan melupakan masa lalu dan tidak akan merebut apapun dari Sae Ro Yi.

"Kau kira uang yang aku mau? Bila kau berpikir picik seperti itu, hubungan kita ini lebih buruk. Yang aku mau bukanlah uang. Karena... akulah... musuhmu, Presdir Jang. Pada hari aku tak berlutut dan dikeluarkan sekolah, ayahku berkata bahwa dia bangga pada putranya. Dikeluarkan? Diusir? Kau… tak merebut apa pun dariku. Kekuatan yang aku pikirkan datang dari manusia. Kepercayaan dari orang-orang itu yang membuatku kuat. Geun-soo sepertinya berkata bahwa aku orang yang kuat. Aku senang mendengarnya. Kalau begitu, aku akan jadi lebih kuat lagi," balas Sae Ro Yi, tanpa rasa takut sedikitpun

"Bila kau tak bisa berjualan, bukankah mereka juga akan hilang?"

"Mereka alasanku bisa terus berjualan."

"Baiklah. Haruskah kita coba?" tantang Presdir Jang.

"Ayo kita lakukan," setuju Sae Ro Yi. Dia menundukan kepala dengan sopan dan berbalik pergi.

"Ini kesempatan terakhirmu. Kau akan menyesal nanti," peringati Presdir Jang, untuk terakhir kalinya.

"Kau ingin mengakhiri hubungan buruk ini? Ada satu cara untuk itu. Haruskah kuberi tahu padamu? Kau bisa tebus semua dosamu dan berlutut di hadapanku," ujar Sae Ro Yi dan pergi kelaur dari ruangan Presdir Jang.

Sae Ro Yi berjalan begitu percaya diri meninggalkan gedung Jangga. Tapi, saat di pintu keluar, dia berpas-pasan dengan Soo Ah. Soo Ah jelas heran melihat kedatangannya. Dengan tersenyum, Sae Ro Yi memberitahu kalau dia datang menemui Presdir Jang dan juga, mereka harus segera pindah gedung. Soo Ah jelas merasa bersalah dan menanyakan apakah Sae Ro Yi baik-baik saja?

"Aku hanya kesal karena rencanaku menjadikanmu pengangguran butuh waktu lebih lama," ujar Sae Ro Yi.

Perbincangan mereka terhenti karna salah satu kolega Soo Ah memanggilnya untuk membicarakan pekerjaan.

--

Ho Jin menemui dir. Kang untuk memberitahu mengenai presdir Jang yang membeli gedung DanBam. Dir. Kang benar-benar tidak menyangka akan hal itu. Dan bagaimana kalau Sae Ro Yi tidak bisa berjualan lagi?

"Pilihan terbaik adalah menerima premi sebelum kontrak selesai. Dengan karakter Saeroyi, aku yakin dia akan segera dapat tempat lain."

"Bagaimana bila memintanya fokus dengan bisnisku? Bisnis kecil butuh waktu lama untuk tumbuh," tanya Dir. Kang.

"Aku memang berencana bicarakan itu dengannya."

"Apa dia baik-baik saja? Dia pasti sedih karena hal ini."

"Dia bertarung melawan Presdir Jang. Walau hatinya merasa marah, tak usah khawatir. Aku kenal Saeroyi sepuluh tahun. Berbagai hal telah terjadi. Dia tak pernah terlihat sedih," beritahu Ho Jin.

--

Geun Soo dalam perjalanan ke DanBam dan secara kebetulan, dia berpas-pasan dengan Yi Seo. Seperti biasa, dengan riang, Geun Soo memanggil namanya. Tapi, Yi Seo menanggapinya dengan dingin dan terang-terangan berkata kalau dia tidak ingin bicara dengan anggota keluarga Jang sementara ini.

Geun Soo tidak tahan lagi. Dia meminta Yi Seo memberitahunya, apa yang telah keluarganya lakukan pada Sae Ro Yi? Yi Seo bersedia memberitahu apa yang sudah keluarga Geun Soo lakukan pada Sae Ro Yi.

--

Yi Seo dan Geun Soo tiba bersama ke DanBam. Suasana sudah tidak secanggung kemarin. Yi Seo ingin tahu bagaimana mereka sekarang? Tapi, Sae Ro Yi mengajak untuk makan dulu.

--

Soo Ah menemui Presdir Jang. Dia membahas mengenai Presdir Jang yang membeli gedung DanBam dan ingin tahu alasannya. Presdir Jang kali ini bersikap dingin pada Soo Ah dan menekankan kalau perasaannya tidak terlalu baik sekarang, jadi bicaralah dengan hati-hati.

Soo Ah jujur memberitahu pendapatnya kalau Presdir Jang tidak seperti diri Presdir Jang biasanya. Dia sudah mengikuti Presdir Jang selama lebih dari 10 tahun, dan terkadang Presdir Jang mengambil keputusan yang melawan norma.

"Aku sudah bilang bahwa perasaanku tak enak. Apa kau sedang memarahiku karena mengusir mereka? Orang sepertimu?"

"Tapi sekalipun itu terlihat salah, semua keputusanmu sampai saat ini telah menguntungkan Jangga. Aku melihat pembelian gedung ini sangat emosional dan ini tidak..."

"Cukup," teriak Presdir Jang. "Sudah cukup. Keluar," perintahnya.

Soo Ah sedikit terkejut. Dia tidak membantah dan pergi keluar dari dalam ruangan presdir Jang.

Tapi, begitu sudah di luar, kaki Soo Ah menjadi lemas hingga dia bersandar pada dinding. Dia tampaknya takut melihat Presdir Jang yang berbeda dari biasanya.

Presdir Jang masih memikirkan pertemuannya dengan Sae Ro Yi. Dia sampai bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah dia menganggap Sae Ro Yi sebagai musuh?

--

Sae Ro Yi membawa semua anggotanya makan bersama di sebuah restoran di Itaewon. Seung Kwon sibuk menceritakan mengenai pertemuan pertamanya dengan Sae Ro Yi dan merasa Sae Ro Yi begitu keren saat itu. Semua tampak santai.

Tapi, Sae Ro Yi bisa melihat ekpresi canggung Yi Seo dan Geun Soo. Apakah mereka berdua bertengkar? Yi Seo segera membantah hal tersebut.

Seung Kwon begitu santai dan tidak bisa membaca keadaan. Dia malah mengajak semuanya untuk lanjut berpesta di kelab. Tony sangat bersemangat mendengarnya. Hyun Yi tertawa mengejek Seung Kwon yang begitu senang ke kelab setelah pertama kali ke sana. Sae Ro Yi jujur memberitahu kalau dia belum pernah ke sana sekalipun.

Seung Kwon langsung bersemangat mengajari mengenai kelab. Wkwkwkw. Padahal yang di lakukan Seung Kwon hanyalah mengulang penjelesan Yi Seo mengenai kelab padanya saat itu.

--

Sae Ro Yi and the gang dalam perjalanan ke kelab. Sepanjang jalan, Seung Kwon begitu bersemangat mengajari Tony mengenai kelab.

Sae Ro Yi bisa melihat raut wajah Geun Soo yang berbeda dari biasa. Dia tahu kalau Geun Soo memiliki masalah walaupun Geun Soo berkata tidak. Karena itu, dia mengajak Geun Soo untuk bicara berdua dengannya sementara yang lain silahkan pergi duluan ke kelab. Yi Seo tampak ingin ikut dengan Sae Ro Yi, tapi Hyun Yi memberi tanda agar ikut dengan mereka saja.

--

Sae Ro Yi membawa Geun Soo ke taman untuk berbincang. Geun Soo jujur memberitahu kalau dia sudah mendengar mengenai apa yang keluarganya lakukan pada Sae Ro Yi. Dan kenapa Sae Ro Yi tidak memberitahunya?

"Itu masalahku dengan kakakmu dan ayahmu. Tak berhubungan denganmu," jawab Sae Ro Yi.

"Aku sudah duga kau akan berpikir seperti itu. Karena itu mungkin prinsip hidupmu."

"Apa alasanmu bekerja di DanBam?"

"Sudah kukatakan, 'kan? Aku ingin dapat uang jajan," jawab Geun Soo.

"Sejujurnya, pada saat itu aku merasa kau ingin bersandar pada seseorang. Ini mungkin terdengar kelewatan dan mungkin terdengar lucu, tapi aku pikir DanBam dan diriku bisa menjadi tempat untukmu bersandar," ujar Sae Ro Yi.

"Aku berterima kasih akan itu, tapi rasa simpati itu..." Geun Soo tampak berusaha menahan tangisnya.

"Bukan rasa simpati," potong Sae Ro Yi. "Aku melihat diriku... dalam dirimu. Aku percaya kita bisa akur. Tapi aku tak memikirkan perasaanmu setelah kau tahu semuanya. Maafkan aku."

"Tidak. Jangan begitu terhadapku. Jangan... meminta maaf kepadaku. Aku memohon maaf sebesar-besarnya atas perlakuan keluargaku. Mereka pasti... akan dihukum," ujarnya, benar-benar merasa bersalah atas apa yang telah keluarganya lakukan.

Geun Soo membungkukan kepalanya begitu dalam. Matanya merah karena berusaha keras untuk tidak menangis. Sae Ro Yi memeluk Geun Soo dengan lembut. Dan Geun Soo tidak bisa menahan tangisnya lagi.

--

Hyun Yi, Yi Seo, Seung Kwon dan Tony tiba di kelab. Sebelum masuk, mereka harus menjalani pemeriksaan security terlebih dahulu. Hyun Yi, Yi Seo dan Seung Kwon bisa masuk dengan mudah, tapi Tony tidak.

Security menggunakan bahasa Inggris menanyakan asal Tony. Tony sedikit bingung karena tidak mengerti bahasa Inggris. Untungnya, Yi Seo langsung bertanya, kenapa mereka menanyakan hal itu? Security menjelaskan kalau orang Afrika dan Timur Tengah dilarang masuk ke dalam kelab. Hyun Yi langsung ikut campur dengan kesal karena kelab itu bersikap rasis.

Tony ngotot kalau dia adalah orang Korea. Security tidak percaya dan meminta Tony menunjukkan passportnya. Tony tidak menunjukkannya dan tetap ngotot kalau dia adalah orang Korea karena ayahnya orang Korea. Security tidak mau ambil pusing segera menghubungi anggota lainnya kalau ada pengacau dan bawa dia keluar.

Seung Kwon kesal karena Tony di perlaukan seperti itu. Hyun Yi memperingati Seung Kwon untuk tidak emosi. Yi Seo juga langsung mengajak mereka keluar karena kelab ini tidak menerima orang Afrika. Tony tersinggung mendengarnya karena dia adalah orang Korea.

"Dari mana kau terlihat orang Korea? Kau berkulit hitam," ujar Yi Seo, terlalu blak-blakan.

"Kau... Kau jahat!" marah Tony dan langsung lari keluar klub.

Pas sekali Sae Ro Yi baru saja tiba di kelab dan melihatnya lari keluar begitu saja. Dia jelas heran. Yi Seo memberitahu kalau Tony dilarang masuk ke dalam karena kelab ini tidak menerima orang Afrika. Ini peraturan kelab. Tapi, Tony terus ngotot kalau dia orang Korea. Dan kemudian marah karena dia tidak membelanya.

Seung Kwon juga marah mendengar ucapan Yi Seo yang menurutnya keterlaluan.

"Kau benar-benar menyebalkan dua hari ini," kesal Sae Ro Yi.

Yi Seo tidak terima dan tetap ngotot karena Tony tidak terlihat seperti orang Korea. Hyun Yi yang paling berkepala dingin, langsung menegur mereka agar berhenti dan tidak ribut.

--

di Goshiwon Bogwang,

Geun Soo melihat foto-fotonya bersama para karyawan DanBam. Dia bingung dengan apa yang harus di lakukannya untuk membantu DanBam.

--

Esok hari,

Hyun Yi, Yi Seo dan Seung Kwon lewat di depan kelab kemari malam. Dan mereka melihat kalau pintu kelab sudah di corat coret dengan cat pilox bertuliskan : "Dasar Rasis. Mempermalukan negara. Menjijikan."

Mereka bertiga sampai tercengang.

--

Sae Ro Yi pergi menemui Ho Jin dan terlihat kalau di jaket baju Sae Ro Yi banyak bekas cat piloks yang menempel. Hahaha, jadi dia yang mencorat coret pintu kelab itu.

Ho Jin menunjukkan portofolio beberapa perusahaan bagus yang akan membuat Sae Ro Yi menghasilkan uang jika berinvestasi di sana. Sae Ro Yi langsung menolak karena dia tidak mau berinvestasi lagi.

Ho Jin dengan berat hati bertanya, kenapa Sae Ro Yi tidak menutup DanBam saja? DanBam juga tidak menghasilkan banyak jika di bandingkan dengan investasi yang Sae Ro Yi lakukan. Terlalu beresiko. Dan akan makin beresiko jika Jangga menghalangi. Ini periode yang penting karena mereka harus berusaha menerima bantuan dir. Kang, tapi kini mereka harus pindah dan bersiap lagi.

"Tidak bisa," tegas Sae Ro Yi.

"Jika investasikan premimu, kau bisa dapat..."

"Aku tak mau," tegas Sae Ro Yi, lagi.

"Lalu Presdir Jang? Dia akan beli semua gedung yang kau sewa. Coba berpikir rasional. Tidak ada cara lagi untuk tetap berada di bisnis makanan."

"Ada satu cara lagi," ujar Sae Ro Yi, setelah berpikir sesaat.

"Apa itu?"

Sae Ro Yi menunjukan ponselnya, "Aku akan mencoba bertemu Direktur Kang hari ini."

"Apa kau akan...," tanya Ho Jin, tidak percaya.

"Maafkan aku."

--

Geun Soo tiba lebih awal di DanBam. Tidak lama, Yi Seo, Seung Kwon dan Hyun Yi tiba bersama. Begitu melihat Yi Seo, Geun Soo langsung mengajaknya berbincang sebentar.

Mereka berbincang bersama di atap. Geun Soo ingin membantu DanBam dan karena itu, dia akan berhenti dari DanBam. Dia akan bilang pada ayahnya kalau dia akan ke Jangga jika Sae Ro Yi tidak di ganggu. Bukankah itu lebih baik?

Yi Seo tidak menyembunyikan perasaannya sama sekali. Dia sangat senang jika Geun Soo melakukan hal itu. Dia sampai menggenggam tangan Geun Soo.

"Kau benar-benar jahat," ujar Geun Soo padanya.

--

Geun Soo berada di halte bus seorang diri. Dia mengingat saat Yi Seo mengajarkan mengenai kelab pada Seung Kwon di sana dan mereka tampak bahagia saat itu.

Esok hari,

Sae Ro Yi menemui dir. Kang. Dia memberitahu kalau Presdir Jang sudah membeli gedung mereka. Dir. Kang memberitahu kalau dia sudah tahu hal itu dari Ho Jin, jadi apa Sae Ro Yi ingin bertemu dengannya untuk meminjam uang?

"Bukan itu. Aku ingin menarik satu miliar won sahamku dari Jangga," beritahu Sae Ro Yi.

"Maka kau takkan punya pengaruh di sana."

"Maafkan aku."

"Kau punya rencana berbeda dengan Ho-jin. Kukira kau akan relakan kedai itu dan menolongku. Kedaimu bukan waralaba dan bermerek, ia malah merugi. Buat apa kau sampai seperti ini?" tanya dir. Kang, heran.

"Karena kedai itu penting bagiku."

"Dan kedai kecil itu sekarang diambil oleh Presdir Jang, 'kan?"

"Kedai itu menyangkut manusia yang bekerja denganku," jawab Sae Ro Yi.

--

Yi Seo dan yang lain kembali bekerja. Seung Kwon merasa sedih karena Tony benar-benar tidak datang dan juga tidak mengangkat telepon. Seung Kwon merasa kalau Yi Seo seharusnya meminta maaf pada Tony. Tapi, Yi Seo malah bertanya, untuk apa? Seung Kwon kesal dan memilih untuk tidak bicara dengan Yi Seo.

Tidak lama, Soo Ah datang dengan membawa keranjang bir (dan berisi bir juga). Melihat kedatangan Soo Ah, Yi Seo langsung memasang wajah masam dan bersikap ketus. Dia kesal karena Soo Ah tetap datang walaupun dia sudah menunjukkan ketidaksukaannya waktu itu.

Kebetulan sekali, Sae Ro Yi tiba. Soo Ah langsung menyambutnya dan memberitahu kalau dia datang untuk mengembalikan bir.

Sae Ro Yi melihat sekitar dan kaget karena tidak ada pelanggan sama sekali. Seung Kwon memberitahu kalau tadi ada beberapa pelanggan, tapi sudah pergi. Yi Seo langsung memberitahu kalau Geun Soo ingin mengatakan sesuatu. Geun Soo sebenarnya belum siap.

--

Saat kedai sudah tutup, semua mulai berkumpul untuk mendengarkan apa yang Geun Soo ingin katakan. Soo Ah juga masih ada di sana. Geun Soo tampak sangat gugup dan ragu. Tapi, saat dia menatap Yi Seo, dia memberanikan diri dan memberitahu kalau dia ingin berhenti dari DanBam.

Mendengar itu, Seung Kwon langsung marah dan mau tahu alasan Geun Soo berhenti. Begitu juga dengan Sae Ro Yi. Geun Soo menjawab kalau mungkin itu yang terbaik bagi semuanya.

"Jika alasanmu untuk keluar adalah karena ayahmu atau kakakmu, apakah kau tak bisa tinggal? Aku menyukaimu. Kau seperti adikku," pinta Sae Ro Yi.

Yi Seo langsung memotong begitu melihat Geun Soo menjadi ragu. Dia memberitahu kalau Geun Soo bilang akan bicara pada ayahnya jika berhenti dari sini. Semua langsung menatap ke arah Yi Seo. Yi Seo menjelaskan kalau itu di lakukan agar mereka tetap bisa berjualan di sini. Karena jika mereka sampai pindah, mereka tetap harus mengeluarkan lebih banyak biaya untuk membeli properti dll. Jadi, yang terbaik adalah tetap berjualan di sini. Dan masalah selesai jika Geun Soo keluar.

Sae Ro Yi bangkit dari kursinya dan menatap Yi Seo dengan tajam. Dia menanyakan pendapat Yi Seo. Yi Seo menjawab kalau dia tentu saja setuju.

Sae Ro Yi sangat marah. Dia langsung mencabut tag name Yi Seo dan membantingnya. Semua terdiam terkejut. Yi Seo lebih terkejut lagi. Matanya menjadi berkaca-kaca.

"Kau... tak berhak jadi manajer di sini," ujar Sae Ro Yi marah dan juga terdengar sangat dingin.

Soo Ah terkejut, tapi Sae Ro Yi langsung berkata kalau ini adalah masalah mereka. Yang artinya, Soo Ah tidak perlu ikut campur.

"Simpati. Simpati lagi. Hanya karena... Hanya karena simpati! Sampai kapan kau bergerak karena itu?" marah Yi Seo, berteriak dan juga dengan mata berkaca-kaca. "Kau sibuk menolong semua orang di sekitar. Waralaba? Menjadi nomor satu di bisnis makanan? Bagaimana kau akan dapatkan itu? Bagaimana kau bisa melawan Jangga? Apa kau bisa melawan Jangga bila seperti ini? Kau tak ingin kehilangan siapa pun karena DanBam seperti sebuah keluarga? Coba lihat kenyataan yang ada! Kau hanya perlu memecat satu pekerja paruh waktu. Berapa ratus juta lagi kau harus rugi agar bisa sadar akan semua ini? Bisnis selalu soal profit..."

"Aku... Aku tak mau berbisnis seperti itu," teriak Sae Ro Yi.

"Tolonglah, Bos..."

"Bila aku akan menjadi seperti dirinya, aku tak akan memulai ini," teriak Sae Ro Yi lagi, mengingatkan visinya.

"Lihatlah yang kita hadapi saat ini. Kita akan diusir, 'kan?" ingati Yi Seo. "Aku hanya... tidak mau melihatmu rugi."

"Memang kenapa jika kita terusir dan merugi ratusan juta? Perusahaan Jangga adalah musuhku. Wajar bila musuh menyerangku. Itu pasti terjadi. Tak masalah. Yang membuatku marah adalah kau yang kupikir ada di pihakku."

"Aku melakukan semua karenamu. Aku memikirkanmu..."

"Kenapa? Kenapa kau melakukan sesuatu untukku dengan memecat orang yang kupedulikan?" teriak Sae Ro Yi lagi. Teriakan kecewa. "Maaf. Maaf bila aku berteriak. Kuhirup udara segar dahulu," sadar Sae Ro Yi.

"Aku paham maksudmu, tapi aku adalah manajer kedai ini," ujar Yi Seo, menghentikan Sae Ro Yi untuk keluar. "Seidealis apa pun dirimu, pada akhirnya kita terusir dari sini. Kau juga tak bisa pastikan bahwa ini tak akan terjadi lagi. Aku mempertaruhkan hidupku untukmu. Kau harus bertanggung jawab. Berikan solusi yang realistis sekarang."

Ucapan Yi Seo membuat Sae Ro Yi teringat pembicaraannya dengan dir. Kang tadi.

Flashback

Dir. Kang menyebut Sae Ro Yi sebagai orang yang idealis. Dia memperingati kalau Presdir Jang adalah orang yang selalu menepati ucapannya. Jadi, mau Sae Ro Yi pindah kemanapun, Presdir Jang pasti akan selalu membeli gedung kedai Sae Ro Yi. Ini akan terus terjadi, kecuali Sae Ro Yi punya solusi realistis.

"Itulah alasanku menarik investasiku. Karena aku ingin lindungi orang-orangku. Agar aku tidak goyah kembali karena Presdir Jang," jawab Sae Ro Yi.

End

"Tidak ada solusinya, 'kan?" ujar Yi Seo, kesal.

"Aku akan membeli gedung," beritahu Sae Ro Yi, membuat semuanya terkejut.

"Apa maksudmu?"

"Solusi realistis," jawab Sae Ro Yi dan pergi keluar.

Yi Seo masih terperangah. Dia masih tidak percaya dan bergumam kalau Sae Ro Yi berbohong. Soo Ah masih ada di sana dan langsung berujar kalau Sae Ro Yi tidak pernah berbohong. Yi Seo sendiripun sadar akan hal tersebut.

Soo Ah mengajak Yi Seo untuk bicara dengannya.

Yang lain juga masih shock dengan yang terjadi, pertengkaran Yi Seo dan Sae Ro Yi.

--

Soo Ah membawa Yi Seo ke café untuk berbincang. Dia ingin membantu Yi Seo. Mengenai Sae Ro Yi. Dia tahu Yi Seo bekerja di DanBam karna menyukai Sae Ro Yi. dan Yi Seo juga sudah tahu masa lalu Sae Ro Yi. Sae Ro Yi berusaha keras dalam hidup untuk menjadi berbeda dengan Presdir Jang. Seperti yang Yi Seo ketahui, jalan itu sulit. Untuk dirinya serta untuk orang yang melihatnya. Tapi, Sae Ro Yi tidak berubah. Tidak ada yang bisa mengubahnya karena dia begitu kuat. Jadi, jika Yi Seo ingin di sisi Sae Ro Yi, jangan menyuruhnya untuk berubah dan harus berjalan bersamanya. Yi Seo harus memahaminya.

"Sepertinya kau sangat memahaminya," sinis Yi Seo.

"Karena aku tak bisa melakukan itu, aku sekarang tidak berada di pihaknya. Aku pergi dahulu," sudahi Soo Ah.

"Apa alasanmu mengatakan ini kepadaku?" tanya Yi Seo sebelum Soo Ah beranjak.

"Aku... Entahlah. Karena aku tak mau bekerja?"

"Apa kau menyerah dengan Bos?"

"Tidak. Karena aku percaya diri. Sudah kukatakan, 'kan? Saeroyi menyukaiku."

"Aku... sangat membenci dirimu," ujar Yi Seo.

"Ya. Aku juga tahu itu. Bersemangatlah, Gadis Manis," balas Soo Ah.

Hubungan mereka cukup unik. Saling tidak menyukai, tapi juga mendukung.

--

Dalam perjalanan pulang, Yi Seo memikirkan perkataan Soo Ah. Dia mulai memikirkan kembali saat dia mulai menyukai Sae Ro Yi adalah benar seperti yang Soo Ah katakan. Karena Sae Ro Yi berbeda. Sae Ro Yi mempedulikan sekitarnya. Sangat aneh.

"Dia sangat aneh. Aneh, tapi aku menyukainya," ujar Yi Seo, pada dirinya sendiri.

Dan kini, Yi Seo kembali berlari. Kencang. Dia sudah tahu harus bagaimana.

--

Yi Seo pergi menemui Geun Soo. Dia meminta maaf dan bersikap manis. Membuat Geun Soo tertawa. Geun Soo memberitahu kalau dia tidak marah.

"Tidak mungkin. Wajar kalau kau marah. Aku kejam. Padahal kita sudah lama berteman,," sadar Yi Seo.

"Kau selalu kejam. Kau juga tak punya belas kasihan dan egois."

"Kau sepertinya sangat tersinggung denganku."

"Tapi aku menyukaimu yang seperti itu," akui Geun Soo dan menatap Yi Seo, serius.

Yi Seo balas menatapnya, "Aku sepertinya ambigu waktu itu. Jadi, aku harus katakan lebih jelas lagi. Aku sangat mencintai Bos. Aku berusaha untuk berbaikan denganmu yang bermasalah pun karena aku ingin tetap di sisinya. Karena itu, aku mohon jangan ganggu kami," jujur Yi Seo.

Usai mengatakan itu semua, Yi Seo langsung pergi. Perasaan Geun Soo jelas menjadi campur aduk. Dia menyukai Yi Seo tapi juga menyukai Sae Ro Yi yang seperti seorang abang baginya.

--

Esok hari,

Tony berada di kantor polisi untuk mencari informasi mengenai ayahnya. Tapi, polisi tidak bisa memberikan informasi apapun karena Tony tidak bisa menunjukan kartu keluarga atau akta kelahiran yang membuktikan kalau itu ayahnya. Tony hanya menunjukkan foto saat dia kecil berfoto dengan ayahnya. Dan foto itu tidak bisa menjadi bukti hubungan ayah dan anak.

--

Sae Ro Yi, Seung Kwon dan Hyun Yi melihat postingan SNS Yi Seo. Yi Seo memposting foto kelab malam waktu itu dengan caption : "Aku pergi ke kelab di Itaewon dengan karyawan DanBam tadi malam, tapi kami dilarang masuk karena salah satu karyawan kami, Toni, berasal dari Afrika. Kenapa masih ada rasisme di zaman sekarang?"

Dan postingan tersebut menjadi viral.

Yi Seo datang ke DanBam. Dia tampak baik-baik saja setelah pertengkaran kemarin. Saat Seung Kwon menanyakan apakah postingan itu di tulis oleh Yi Seo, Yi Seo membenarkan.

"Kau bilang bahwa mengganggu karyawanmu sama saja dengan mengganggumu sendiri. Aku sudah putuskan. Aku akan bunuh semua yang mengganggumu," ujar Yi Seo pada Sae Ro Yi.

Seung Kwon sampai kagum dan memuji Yi Seo yang keren. Yi Seo melihat kalau Tony belum datang juga, jadi dia ingin menghubungi. Umur panjang, Tony datang. Itu karena dia melihat postingan Yi Seo.

Tony menegaskan kalau dia adalah orang Korea. Yi Seo menghela nafas dan kembali berkata kalau Tony tidak terlihat seperti orang Korea. Kenapa menyebut diri sendiri orang Korea?

"Ayahku orang Korea. Ayah datang ke Korea untuk bertemu Nenek dan aku ke Korea untuk mencari Ayah. Kalau aku menemukannya, aku bisa dapat kewarganegaraan di sini," jelas Tony. "Aku adalah orang Korea."

"Namun, kenyataannya kau masih belum menjadi warga negara Korea. Itu berarti kau bukan orang Korea," balas Yi Seo. "Aku... akan bantu kau mencari ayahmu. Aku akan bantu dengan cara apa pun. Maaf... karena aku tak memihakmu."

Semua terkejut dengan ucapan Yi Seo. Tony merasa sangat terharu hingga ingin menangis. Untuk menyembunyikan tangisannya, Tony pergi ke kamar mandi.

Yi Seo kemudian mengejek Sae Ro Yi yang kekanak-kanakan dengan mencoret-coret pintu kelab dengan cat piloks. Sae Ro Yi tampak malu karena mereka semua tahu hal itu.

Sae Ro Yi bangga dengan Yi Seo dan hendak mengelus kepalanya. Tapi, Yi Seo menghentikannya. Dia ingin tag name manager-nya di kembalikan. Dan ternyata, Sae Ro Yi menyimpan tag name tersebut di dalam kantongnya. Yi Seo senang dan tersentuh. Dia meminta Sae Ro Yi memasangkannya. Dan Sae Ro Yi melakukan sesuai keinginannya.

"Sulit menghadapi orang sepertimu, tapi aku akan berusaha untuk mengerti," ujar Yi Seo.

"Terima kasih," puji Sae Ro Yi dan mengelus kepala Yi Seo.

Dari jauh, Geun Soo memperhatikan hal tersebut dan tampak sedih.

--

Sekretaris Kim memberikan laporan-laporan kepada Presdir Jang. Saat itu, Geun Won juga ada di ruangan presdir. Sek. Kim memberitahu kalau sudah ada penyewa baru untuk DanBam. Geun Won senang mendengarnya karena sekarang DanBam sudah tidak punya pilihan selain keluar. Dia sangat bersemangat menyuruh ayahnya untuk menghancurkan saja mereka semua sekalian.

"Apa kau tahu mereka ke mana?" tanya Presdir Jang pada sek. Kim.

"Aku dengar... dia membeli gedung di Jalan Gyunglidan."

Presdir Jang dan Geun Won terkejut mendengar itu.

--

DanBam pindah ke gedung baru. Kedai mereka menjadi lebih bagus dari sebelumnya. Mereka tampak senang dengan kedai mereka.

Tapi, kesenangan itu sedikit redup saat seorang nenek lewat dan memberitahu kalau setiap bisnis di jalan itu selalu tutup setiap tahunnya. Nenek itu bahkan memberikan kartu namanya, mana tahu Sae Ro Yi akan butuh setiap saat. Tertulis di kartu namanya kalau tersedia : Pinjaman harian.

--

Dir. Kang tidak fokus kerja karena mengingat ucapan Sae Ro Yi mengenai kedainya menyangkut orang yang bekerja dengannya. Sama seperti yang pernah manager Park (ayah Sae Ro Yi) ujarkan padanya dulu kalau perusahaan adalah mengenai manusia (episode 01).

"Putranya sama saja dengan ayahnya," gumam Dir. Kang, tersenyum.

--

Presdir Jang juga tidak bisa tenang. Dia tidak menyangka kalau Sae Ro Yi akan menarik uang investasi dan membeli gedung. Dia tampaknya mulai was-was pada Sae Ro Yi.

--

Dir. Kang kembali menemui Sae Ro Yi. Sae Ro Yi meminta maaf karna sudah menarik uang investasi dan menganggu rencana dir. Kang.

"Sudah kukatakan, 'kan? Satu persen. Dua miliar won. Itu hanya angka. Misiku untukmu adalah membuat dia datang dan makan di kedaimu. Bukan uangnya. Apa kau masih ingin aku di sisimu?" tanya dir. Kang.

"Tentu saja."

"Presdir Jang dan Jang Geun-won. Tujuanmu adalah membalas dendam kepada mereka, 'kan? Kita harus menyamakan tujuan untuk merencanakan sesuatu. Apa tujuanmu hanya membalas dendam?"

"Balas dendam. Ada apa setelah itu? Yang aku inginkan hanyalah kebebasan."

"Kebebasan?"

"Agar tidak ada orang yang berani menggangguku dan orang-orangku, ucapan dan perbuatanku harus memiliki kekuatan. Aku tak mau goyah oleh siapa pun atau situasi apa pun. Aku ingin bisa membuat keputusan sendiri dalam hidup dan tak perlu membayar atas prinsipku."

"Astaga. Seorang idealis sedang bermain kata," ejek dir. Kang. "Aku suka itu. Mari kita dapatkan bersama kebebasan yang hebat itu."

Sae Ro Yi sudah mendapatkan satu orang lagi yang berada di pihaknya.

--

Esok hari,

Geun Won ada di ruangan Presdir Jang. Dia juga merasa gelisah setelah tahu Sae Ro Yi membeli gedung. Presdir Jang tampaknya sudah mempunyai rencana lain, sampai dia berkata kalau semakin tua, dia menjadi semakin picik.

--

Soo Ah bertemu dengan Sae Ro Yi.

"Pemilik gedung? Pada akhirnya, kau tetap maju. Aku bahkan tak terkejut lagi," ujar Soo Ah.

"Tunggu dan lihat saja hasilnya. Kabarnya bisnis di tempat itu selalu gagal."

"Kau tak terlihat khawatir."

"Itu... Karena ada mereka. Aku terus percaya mereka."

"Aku sangat iri," gumam Soo Ah.

"Apa? Kenapa kau iri?"

"Sepertinya kau sangat menyayangi mereka," jawab Soo Ah. "Kau butuh dia, 'kan? Yi-seo, anak itu. Dalam perjalananmu menjadikanku pengangguran. Kau perlu dia, 'kan?"

Sae Ro Yi diam.

--

Sekr. Kim membawa seseorang ke ruangan Presdir Jang. Presdir sudah menunggunya dengan senyum puas. Geun Won tidak tahu siapa yang di tunggu, terkejut melihat siapa yang di bawa oleh sek. Kim.

--

"Aku tak bisa bayangkan DanBam tanpa Yi Seo," jawab Sae Ro Yi, tersenyum.

--

Orang yang di bawa oleh sek. Kim adalah Jo Yi Seo!