Chereads / Kelas Itaewon / Chapter 9 - Chapter 9

Chapter 9 - Chapter 9

Esok hari,

Sae Ro Yi menemui dir. Kang. Dia memberitahu kalau Presdir Jang sudah membeli gedung mereka. Dir. Kang memberitahu kalau dia sudah tahu hal itu dari Ho Jin, jadi apa Sae Ro Yi ingin bertemu dengannya untuk meminjam uang?

"Bukan itu. Aku ingin menarik satu miliar won sahamku dari Jangga," beritahu Sae Ro Yi. baru di jalan Gyeongridan-gil. Demi mempromosikan DanBam, Yi Seo melakukan siaran live. Dia memperkenalkan para pekerja DanBam dan juga Bos DanBam.

Sae Ro Yi yang tidak pernah melakukan siaran live, merasa sangat canggung. Saat Yi Seo bertanya perasaan Sae Ro Yi dengan pindahnya lokasi DanBam, Sae Ro Yi malah menjawab : "Kami akan kerja keras." Yi Seo sampai bergumam kalau Sae Ro Yi benar-benar tidak seru.

Yi Seo kembali bertanya harapan Sae Ro Yi sebagai boss DanBam. Sae Ro Yi tampak bingung menjawabnya.

"Bersama dengan staff yang ada… kami akan bekerja keras untuk menjadi kedai nomor satu di Korea Selatan," jawab Sae Ro Yi.

Yi Seo dan semua pekerja DanBam, langsung kompak berteriak : "Fighting!"

-Itaewon Class-

Presdir jang sedang melakukan seminar dimana dia sebagai pembicaranya.

"Sekarang terdapat lima juta pebisnis di negara ini. Di antara lima juta itu, satu juta toko ditutup setiap tahun. Kenapa mereka gagal? Apa karena ekonomi sulit? Bukan karena itu. Alasannya karena toko tersebut tak memiliki alasan untuk dikunjungi. Rasa yang berbeda, interior ruangan, dan sistem. Restoran yang dibuat tanpa rencana dan pemikiran tentu akan gagal. Jadilah toko yang lebih baik. Milikilah sesuatu yang membedakanmu. Cara untuk menang dalam kompetisi? Kalian harus pikirkan dan coba lakukan. Jangga berkembang dari kedai kecil di sebuah gang 40 tahun lalu sampai dengan saat ini karena aku terus cari solusi, dan takkan pernah berhenti. Semua pemikiran dan percobaan itu membuatku menjadi seperti ini. Kalian semua juga pasti bisa melakukannya. Terima kasih sudah menyimak pebisnis ini, Jang Dae-hee," jelas Presdir Jang dalam seminarnya.

Soo Ah sebagai moderator acara, menyudahi seminar begitu Presdir Jang selesai. Tapi, belum sempat dia melakukannya, Yi Seo yang datang ke seminar tersebut mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Soo Ah melihatnya dan dengan sopan meminta maaf sembari menjelaskan kalau mereka tidak menerima pertanyaan. Presdir Jang segera memberi tanda pada Soo Ah, untuk membiarkan Yi Seo bertanya.

Yi Seo tersenyum senang. Dia meraih mikrofon dan mulai berbicara. Yi Seo dengan santai memuji seminar Presdir Jang dan juga senang melihat Presdir Jang lagi. Presdir Jang membalas ucapannya juga dengan ramah. Dir. Kang yang juga ada di seminar, jadi tampak penasaran karena Yi Seo dan Presdir Jang tampak saling mengenal.

"Bosku selalu berkata bisnis itu tentang manusia. Pertanyaan ini tak ada hubungannya dengan seminar. Murni karena aku fanmu. Apakah ada sebuah prinsip yang kau pegang selama berbisnis?" tanya Yi Seo.

Mendengar pertanyaan Yi Seo, dir. Kang tampak terkejut karena apa yang Yi Seo tanyakan adalah apa yang Sae Ro Yi katakan padanya.

""Bisnis itu tentang manusia"? Bosmu tampaknya romantis. Entahlah. Arti bisnis untuk Jang Dae-hee? Walau menggunakan kata-kata indah, bisnis pada akhirnya adalah untuk memperoleh keuntungan dari hasil kerja."

"Kau berkata bahwa Jangga sekarang berasal dari kedai kecil, 'kan? Aku benar-benar menghormatimu, Pak. Kata "kompetisi" yang kau gunakan pun sangat menarik. Kalau begitu apakah mungkin karena sebuah kompetisi sebuah kedai kecil dapat menang melawan Jangga?" tanya Yi Seo, penuh arti.

Semua tampak menanti jawaban dari Presdir Jang. "Aku sangat suka semangat pemuda sepertimu, tapi orang tua ini juga masih bersemangat. Sebelum aku mati, hal itu tak akan pernah terjadi. Dengan pernyataan itu, mari kita sudahi di sini."

Dan dengan pernyataan terakhir itu, seminar berakhir. Semua hadirin langsung bertepuk tangan keras, kecuali Dir. Kang dan Yi Seo.

--

Yi Seo sudah hendak pergi dari Jangga usai mendengarkan seminar, tapi Presdir Jang mengajaknya berbincang sejenak. Secara jujur, Presdir Jang berujar kalau dia tidak menyangka kalau Yi Seo akan mengikuti seminar. Yi Seo dengan tersenyum menjawab kalau dia belajar banyak dari seminar tersebut.

Presdir Jang mulai menanyakan DanBam yang pindah lokasi, apakah berjalan lancar? Yi Seo menjawab kalau mereka sudah berusaha keras, tapi ternyata tidak mudah. Presdir Jang hanya menyuruhnya untuk berusaha lebih keras. Presdir Jang tidak bertanya lagi, jadi, Yi Seo pun masuk ke lift untuk turun ke lobby.

Setelah Yi Seo masuk ke dalam lift, Presdir Jang teringat sesuatu mengenai ucapan Sae Ro Yi padanya tempo hari (episode 08) bahwa baginya kekuatan datang dari manusia. Dan kepercayaan dari orang-orang itu yang membuatnya kuat. Dan merekalah alasannya terus berjualan.

Karena teringat akan hal itu, Presdir Jang memerintahkan sek. Kim untuk membawa Yi Seo padanya.

Tanpa membuang waktu, sek. Kim langsung lari ke bawah mengejar Yi Seo. Setelah terkejar, dia memberitahu kalau Presdir Jang ingin bertemu. Yi Seo tersenyum (penuh arti).

--

Kita kembali ke akhir episode 08 kemarin,

Yi Seo di bawa masuk ke ruangan Presdir Jang. Geun Won yang ada di sana, terkejut. Presdir Jang tersenyum ramah dan bertanya, apakah Yi Seo sudah makan? Dan dengan santai, Yi Seo menjawab kalau dia masih belum makan.

Keduanya, saling tersenyum seolah mengerti maksud masing-masing. Hanya Geun Won yang bingung dengan apa yang terjadi.

--

Presdir Jang membawa Yi Seo untuk makan di sebuah restoran mewah. Yi Seo memuji rasa makanan yang benar-benar enak. Setelah selesai makan, Presdir Jang langsung menawari Yi Seo untuk masuk ke Jangga. Yi Seo tersenyum dan berterimakasih atas tawaran Presdir tapi dia menolaknya.

"Apa alasanmu?" tanya Presdir Jang.

"Karena bosku."

"Aku tahu loyalitas sangat penting bagi anak muda, tapi bukankah itu ada batasnya? Itu hal lemah untuk dipertahankan."

"Seperti yang kau ucapkan, aku tak bisa menolak tawaranmu hanya karena rasa loyalitas. Tapi bukankah tawaranmu ini ada karena bosku?" balas Yi Seo. "Kau sangat tertarik dengan bosku dan DanBam."

"Lalu?"

"Aku percaya aku bisa jadikan DanBam lebih besar lagi. Bila dalam proses itu kau lebih melihatku, bukan bosku, kau bisa beri tawaran itu lagi kepadaku, Pak," jawab Yi Seo.

Presdir Jang tertawa. Tampaknya, dia semakin tertarik dengan Yi Seo.

--

Geun Won dalam perjalanan pulang dengan pikiran kacau. Dia masih memikirkan kedatangan Jo Yi Seo, yang adalah manager kedai DanBam. Dia juga memikirkan mengenai alasan Soo Ah membencinya adalah karna orang yang di tabraknya, ayah dari Sae Ro Yi, sudah seperti ayah bagi Soo Ah. Semua pikiran itu membuat Geun Won menjadi tidak fokus dalam menyetir.

Dan akhirnya, dia malah menabrak mobil yang ada di depannya. Orang yang mobilnya di tabrak tentu marah dan mengomeli Geun Won. Geun Won malah tidak meminta maaf sama sekali dan dengan sombong bertanya, apa masalah ini mau di selesaikan dengan uang atau asuransi? Orang itu jelas marah. Tapi, Geun Won malah lebih galak dan mengintimidasi dengan bilang kalau dia punya banyak uang!

Pertengkaran mereka harus berhenti karena mobil-mobil di belakang sudah mengklakson. Mereka membuat jalanan menjadi macet.

--

Sae Ro Yi menemui Ho Jin. Ho Jin menanyakan mengenai kondisi bisnis Sae Ro Yi. Sae Ro Yi menjawab kalau semua berjalan cukup baik dan Yi Seo melakukan sedikit promosi. Ho Jin kemudian mengingatkan kalau Sae Ro Yi sudah harus membayar pajak mulai tahun depan. Dia masih belum tahu nilai pastinya, namun, pasti banyak. Sae Ro Yi jadi khawatir. Ho Jin menenangkannya untuk tidak khawatir karena ini adalah area keahliannya.

"Kita lakukan ini dahulu," ujar Ho Jin. Sae Ro Yi menatapnya bingung.

--

Pagi hari,

Sae Ro Yi melakukan olahraga pagi, berlari. Wajahnya tampak berseri-seri. Dia beristirahat di jembatan yang menghadap ke Namsan Tower. Dia mengeluarkan ponselnya dan mulai mengirim pesan chat ke grup DanBam, memberitahu kalau dia akan membuat izin perusahaan.

Geun Soo yang pertama kali merespon, kaget karna DanBam akan menjadi sebuah perusahaan. Hyun Yi merespon kalau Sae Ro Yi akan menjadi Presdir. Seung Kwon tidak tahu mengenai hal itu dan bertanya apa maksudnya izin perusahaan? Yi Seo merespon kalau itu adalah keputusan yang bagus.

Sae Ro Yi mengirim pesan lagi kalau mereka harus putuskan nama hukum yang sah. Nama perusahaan. Jadi, dia ingin semuanya memberikan ide nama.

Tony menyarankan nama : Parkga. Sae Ro Yi menolak nama itu, karena nama itu terdengar seperti meniru nama Jangga.

Yi Seo menyarankan nama ILL. Terdengar keren kan? Kepajangan ILL adalah Yi Seo Ro Yi Love (Yi = I, Ro = Lo) (tapi Yi Seo tidak memberitahu kepanjangan dari nama itu ya). Sae Ro Yi menolak nama itu karna terdengar tidak menarik.

Seung Kwon bingung harus memberikan nama apa. Itaewon Class?

Geun Soo, Hyun Yi dan Yi Seo kompak mengejek nama itu yang jelek dan terdengar kuno. Sae Ro Yi malah menyukai nama itu. Tony juga menyukainya. Hyun Yi dan Yi Seo tetap ngotot kalau nama itu norak.

Akan tetapi, Sae Ro Yi terus memikirkan nama itu. Dia jadi teringat perasaannya saat pertama kali menginjakan kaki di Itaewon.

--

"Kata yang terpikir olehku saat mendengar "Itaewon Class" adalah "kebebasan." Tempat berbagai budaya bisa menjadi satu. Seperti tak ada batasan. Itaewon tentu tentang kebebasan," ujar Sae Ro Yi. "Kira-kira itu maksudmu kan?" tanyanya pada Seung Kwon.

Seung Kwon membenarkan dengan gugup juga. Di dalam hatinya, Yi Seo mengumpat kalau itu hanyalah omong kosong. Geun Soo berkomentar kalau nama "Itaewon Class" terdengar biasa tapi tidak jelek juga, memberi kesan klasik.

"Kami bisa apa? Kau sudah suka nama itu. Kami tak bisa bicara lagi," komentar Yi Seo.

"Tidak juga. Jika kau tak suka, tak kupakai," ujar Sae Ro Yi.

Mendengar ucapan Sae Ro Yi, Yi Seo langsung tersenyum malu dan memuji nama itu bagus. Dia menyukainya. Tapi, membatasi diri pada Itaewon saja akan membuat DanBam terlihat kecil saat berurusan dengan bisnis lain.

Dan karena itu, Hyun Yi menyarankan agar nama Itaewon Class di gunakan di antara mereka saja. Dan sebagai gantinya, nama perusahaan menggunakan akronim saja. Sae Ro Yi menyebut "IC". Mereka semua juga dengan nama itu karena juga mudah di ingat.

"Sesuai dengan opini dari manajer, kita semua yang ada di sini menjadi anggota pendiri IC, Itaewon Class," putuskan Sae Ro Yi.

--

Rapat sudah selesai dan mereka sibuk menyiapkan bahan-bahan untuk kedai buka nanti sore. Saat itu, Hye Won dan det. Oh datang untuk mengantarkan bahan makanan. Mereka menjadi distributor untuk kedai DanBam.

Sae Ro Yi menyambut kedatangan mereka berdua dengan ramah. Hye Won sangat bersemangat karena ini pertama kalinya dia datang ke kedai Sae Ro Yi. Dia mengeluh lapar dan meminta makanan dari Sae Ro Yi. Karena itu, Sae Ro Yi memerintahkan Hyun Yi untuk membuatkan makanan.

Hyun Yi dengan di bantu Seung Kwon membuat makanan. Sementara Yi Seo pergi keluar untuk mengecek daftar pesanan yang di pesannya dengan yang datang. Tony dan Geun Soo juga keluar untuk mengangkut barang masuk. Det. Oh meminta waktu Sae Ro Yi untuk berbincang sebentar, jadinya, Hye Won sendirian di ruang tengah.

Det. Oh (mantan detektif ya) menanyakan bisnis Sae Ro Yi, apakah berjalan baik? Sae Ro Yi menjawab kalau bisnisnya berjalan cukup baik, tapi di bandingkan dengan Itaewon, pendapatan mereka menurun. Bisnis di gang memang sulit. Sebenarnya, det. Oh cukup kagum dengan Sae Ro Yi karena bisa membeli gedung.

Di saat mereka berbincang, Hye Won malah teralihkan dengan seekor kucing yang mengintip di depan pintu masuk kedai. Karena tertarik, Hye Won langsung pergi mengejar kucing itu.

"Jadi, aku ingin…," ragu det. Oh.

"Ada apa?"

"Hal yang waktu itu kau bicarakan…," bahas det. Oh. Tapi, ucapannya terhenti karna melihat Hye Won menghilang. Ponsel Hye Won bahkan tertinggal di atas meja.

Det. Oh menjadi panik dan mencari Hye Won keluar gedung. Tapi, tidak ada satupun yang melihat Hye Won keluar. Sae Ro Yi langsung memerintahkan Geun Soo dan Tony untuk berpencar mencari Hye Won sementara Yi Seo di perintahkan untuk menjaga kedai.

--

Dir. Kang dalam perjalanan menuju DanBam. Dia sudah mencoba menghubungi Sae Ro Yi, tapi tidak di angkat. Dan kebetulannya, dia malah berpas-pasan dengan Hye Won. Hye Won memanggilnya 'ahjumma' dan memberitahu kalau dia tersesat karena mengejar seekor kucing. Dia juga lupa membawa ponselnya, jadi, dia ingin meminjam ponsel dir. Kang untuk menelpon ayahnya. Dir. Kang meminjamkannya sambil berujar kalau dia bukan 'ahjumma.'

"Sepertinya kau seumuran dengan ayahku," komentar Hye Won.

"Aku belum menikah," beritahu dir. Kang dengan nada kesal karena di panggil 'ahjumma' tadi.

"Benarkah?" kaget Hye Won. "Padahal kau cantik. Kenapa belum menikah?"

Dir. Kang langsung tersenyum sumringah mendengar ucapan Hye Won tersebut. Dia menyuruh Hye Won untuk cepat menelpon saja.

Hye Won menelpon ayahnya dan langsung meminta maaf. Dia memberitahu sudah tersesat dan sekarang meminjam ponsel orang. Dia menunggu di taman.

--

Dir. Kang menemani Hye Won menunggu hingga di jemput ayahnya. Mereka berbincang-bincang dan tampak akrab.

Det. Oh tiba bersama dengan Sae Ro Yi. Begitu melihat Hye Won, det. Oh langsung berteriak keras dan memeluknya dengan erat karena sangat khawatir. Dia juga memarahi Hye Won karena sudah membuat cemas. Hye Won hanya bisa meminta maaf sambil memberitahu dir. Kang yang sudah membantunya. Det. Oh dengan sangat sopan, berterimakasih atas bantuan dir. Kang.

Sae Ro Yi juga akhirnya memperkenalkan dir. Kang pada det. Oh. Dia memberitahu kalau det. Oh adalah distributor kedainya. Dia mengajak dir. Kang untuk jalan bersama karena dir. Kang juga mau ke kedainya kan? Dir. Kang mengiyakan.

Det. Oh yang adalah mantan detektif, mempunyai firasat yang kuat. Dia bisa merasakan ada orang yang memperhatikan gerak-gerik mereka dan bahkan mengambil foto. Tapi, dia tetap tenang dan menyuruh Hye Won untuk ikut dengan Sae Ro Yi sementara dia mengangkat telepon penting dulu.

Padahal, det. Oh bukannya menerima telepon melainkan menyergap orang mencurigakan tersebut. Dengan kemampuan bela dirinya, dia menjatuhkan orang tersebut.

Dir. Kang yang melihat itu, langsung bertanya pada Hye Won apakah ayahnya bisa bela diri? Dengan bangga, Hye Won memberitahu kalau ayahnya dulu adalah polisi yang sangat kuat. Dan juga, ayahnya juga lajang. Hahahahha, jelas sekali Hye Won ingin menjodohkan dir. Kang dengan ayahnya.

Sae Ro Yi berlari untuk membantu det. Oh, tapi orang itu sudah berhasil kabur sementar dir. Oh hanya berhasil mengambil kamera orang tersebut. Isi foto di kamera itu semuanya adalah dir. Kang.

--

Mereka sudah kembali ke DanBam. Det. Oh menunjukkan isi foto di kamera dan memberitahu kalau hanya ada foto hari ini saja. Tampaknya, setiap hari orang tersebut menghapus foto yang sudah di ambil. Dan juga, tampaknya, dia memantau kemana dir. Kang pergi, siapa yang di temuinya dan apa yang di lakukannya. Det. Oh jadi penasaran, entah siapa yang melakukan semua ini.

"Presdir Jang," jawab Sae Ro Yi.

Dir. Kang setuju karna tidak ada orang lain lagi selain presdir Jang. Yi Seo yang ada di sana, mendengarkan dengan seksama. Sementara, det. Oh terkejut karena semua berkaitan dengan presdir Jang.

"Kalau begitu hubungan kita bisa saja sudah diketahui," ujar Sae Ro Yi pada dir. Kang.

Det. Oh tampaknya ingin mengalihkan topik karena dia kembali berterimakasih atas bantuan dir. Kang pada putrinya. Dir. Kang menyuruhnya untuk tidak sungkan. Dia juga memuji Hye Won yang cerdas dan berani. Dan itu artinya, det. Oh telah membesarkannya dengan baik.

"Untunglah dia tak mirip denganku," ujar det. Oh dengan malu.

"Bukankah kau yang besarkan dia?" bingung dir. Kang. "Seorang anak tumbuh melihat punggung orang tuanya Dia sangat bangga pada ayahnya. Kedengarannya kau ayah yang hebat," komentar dir. Kang, tulus.

Det. Oh tampak malu mendengarnya dan melirik sekilas ke Sae Ro Yi. Dia merasa malu karena dia tidak sehebat seperti yang dir. Kang puji. Dia terlalu pengecut hingga diam saja dalam kasus tabrak lari ayah Sae Ro Yi.

Det. Oh memanggil Hye Won dan mengajaknya untuk pulang. Sebelum det. Oh pergi, Sae Ro Yi menghentikannya dengan bertanya, apa yang ingin det. Oh bicarakan tadi?

"Itu… nanti saja aku beritahu. Nanti saja."

"Akan ku tunggu," ujar Sae Ro Yi.

--

Esok hari,

Soo Ah melapor pada Presdir Jang mengenai DanBam. Dia memberitahu kalau DanBam cukup sukses. Mereka juga melakukan desain interior kedai sendiri dan konstruksi juga. Luas ruangannya lebih dari 40 pyeong. Tapi, mereka bisa menyelesaikan semuanya hanya dengan 25 juta won.

Presdir Jang menduga kalau Soo Ah pasti sudah melihat DanBam. Soo Ah tersenyum dan membenarkan. Dia memberikan tabletnya dan menunjukkan SNS DanBam. Di dalam-nya, Yi Seo menunjukkan semua proses pembukaan DanBam mulai dari desain interior, konstruksi dan lain-lain. Hal itu sedang populer di antara pebisnis dan mereka yang mencari restoran enak.

Presdir Jang melihat salah satu video yang di upload Yi Seo. Di video itu, Yi Seo sedang memperkenalkan Geun Soo sebagai pelayan di DanBam. Presdir Jang tampak tertarik melihat video tersebut.

Di saat itu, sekr. Kim datang. Begitu melihat Soo Ah, sekr. Kim hendak pamit keluar dan akan masuk lagi nanti, tapi Presdir Jang menyuruhnya untuk langsung bicara saja. Sekr. Kim akhirnya tidak jadi keluar. Dia tampak ragu memberitahu karena Soo Ah ada di sana. Ini mengenai orang mereka yang ketahuan saat mengikuti dir. Kang. Soo Ah yang mendengar laporan itu, jadi merasa canggung dan ingin keluar saja, tapi presdir Jang melarangnya keluar.

Presdir Jang bisa menduga kalau dir. Kang pasti sudah tahu kalau orang itu adalah orang suruhannya karena tidak ada orang yang tertarik dengannya kecuali dia. Tapi, tak masalah. Baginya, Jo Yi Seo, lebih penting.

"Kami sedang bahas gaji dan jabatan untuknya," beritahu sek. Kim. "Setelah selesai, kami akan coba rekrut dia."

Soo Ah terkejut mendengar presdir Jang ingin merekrut Yi Seo menjadi karyawan Jangga.

"Baik. Kau harus rekrut dia," tekankan Presdir Jang.

Presdir Jang tampak menyukai karakter Yi Seo. Dia bahkan bergumam kalau Yi Seo menarik dan tidak cocok dengan Park Sae Ro Yi. Dia berkomentar kalau Yi Seo sama dengannya.

Laporan sek. Kim masih belum selesai. Dia melapor kalau bahan makanan DanBam di distribusi langsung oleh Hyewon Foods.

"Bahannya bagus, tapi aku baru dengar nama itu," komentar Presdir Jang.

"Mungkin karena pemiliknya mantan polisi. Semua bilang dia sangat teliti," beritahu Sek. Kim.

"Mantan polisi?"

"Setelah berhenti dari kepolisian sepuluh tahun lalu, dia memulai bisnis distribusi bahan makanan. Hal yang aneh adalah dia berada di Pajin dan biasanya berbisnis dengan toko sekitar. Tapi dia mengantarkan bahan ke DanBam, yang berjarak satu jam. Kurasa ada hubungan pribadi di antara mereka."

"Pajin? Bisa saja itu kenalan Manajer Park. Atur jadwal pertemuan. Aku ingin temui dia secara langsung," perintah Presdir Jang.

--

Soo Ah dan Sek. Kim keluar bersama dari Presdir Jang. Setelah keluar, Soo Ah langsung menggerutu mengenai mereka yang menguntit dir. Kang dan juga ada apa dengan Jo Yi Seo dan distributor itu? Kenapa Jangga berusaha begitu keras menjatuhkan kedai kecil?

"Manajer Oh. Apa pendapatmu dibutuhkan?" ujar sekr. Kim dengan tajam. "Bila Presdir Jang menyuruh karyawannya, kita hanya bisa lakukan."

Soo Ah begitu terkejut mendengar ucapan tajam sek. Kim hingga dia terdiam, tidak tahu harus berkata apa.

Di saat itu, Geun Won lewat dan melihat suasana tegang di antara mereka. Dia jadi kepo, ada apa? Apa mereka bertengkar? Soo Ah tidak menjawab dan pamit pergi dengan ekspresi kaku. Sek. Kim sendiri menjawab pertanyaan Geun Won kalau tidak ada masalah.

"Apa Ayah baik-baik saja?" tanya Geun Won.

"Ya."

"Coba urus dia dengan lebih baik. Sepertinya dia menjadi lebih sensitif. Baiklah. Bila ayahku butuh sesuatu, kau juga bisa diskusi denganku," ujar Geun Won, sok perhatian.

Geun Won beranjak pergi. Tapi, entah apa yang di pikirkan Sek. Kim, karena dia tiba-tiba memanggil Geun Won kembali.

"Direktur Jang. Sepertinya Presdir Jang tertarik dengan Jo Yi-seo dari DanBam. Apa kau tak mau berusaha merekrut dia agar bisa memperoleh kepercayaan ayahmu?" beritahu Sek. Kim.

Geun Won tampak memikirkan perkataan sek. Kim tersebut.

--

Malam hari,

Seok Cheon datang mengunjungi kedai DanBam. Dia memberikan beberapa nasehat pada Sae Ro Yi karna bisnis di sebuah gang itu sulit.

"Bisnis di sebuah gang itu sulit. Bisnis kedai seperti ini bahkan lebih sulit. Tempat parkir kantor tutup pukul 23.00. Aku sudah meminta mereka berkali-kali untuk buka 24 jam," cerita Seok Cheon.

"Itu ide bagus. Kenapa mereka tak melakukannya?" tanya Sae Ro Yi.

"Tidak hanya itu. Tahu jembatan di Noksapyeong, tempat bisa melihat Namsan? Pemandangan di sana sangat bagus. Aku menyarankan mereka berkolaborasi dengan seniman agar jadi lokasi wisata, tapi mereka tak mendengarkan."

"Ide itu juga bagus. Kenapa mereka tak mau dengar?"

"Ternyata, itu belum pernah dicoba di tempat lain. Aku memberi banyak ide, tapi mereka selalu mengabaikanku. Sia-sia," cerita Seok Cheon, menggebu-gebu. "Sudah kukatakan, 'kan? Bisnis di gang adalah tentang pelanggan. Bisnismu perlahan akan membaik, bersemangatlah."

"Baik, akan aku ingat."

Sae Ro Yi mengantarkan Seuk Cheon keluar dari DanBam, dan mereka secara kebetulan berpas-pasan dengan nenek waktu itu. Nenek itu mengenali Seuk Cheon dan berkomentar kalau Seuk Cheon sudah cukup dewasa untuk memberikan nasehat.

Yi Seo yang melihat itu, jadi penasaran dan bertanya, apa mereka saling mengenal? Seuk Cheon membenarkan dan balik tanya, apa mereka meminjam uang dari si nenek? Sae Ro Yi langsung menjawab kalau nenek adalah pelanggan mereka. Seuk Cheon lega mendengarnya dan menasehati mereka kalau mau pinjam uang di bank, agar tidak terkena masalah. Usai mengatakan itu, Seuk Cheon pamit pergi.

Nenek datang dan berkata kalau dia mau makan. Apa kedai sudah tutup? Sae Ro Yi menjawab belum tutup dan menyuruh Tony untuk menyambut nenek. Nenek masih berkomentar kalau tempat jualan itu tidak bagus.

"Kau mengutuk kami," ujar Yi Seo kesal.

Nenek jadi kesal melihat tingkah Yi Seo. Dia merasa tidak salah dengan ucapannya karena memang banyak toko di sekitar daerah itu yang tutup pada akhirnya.

"Aku akan hidupkan ini," tekad Sae Ro Yi.

Nenek tidak percaya dengan ucapan omong kosong Sae Ro Yi dan menasehati Sae Ro Yi untuk segera menjual kedainya dan pindah ke tempat lain saja. Nenek tidak tahu kalau Sae Ro Yi selalu serius dengan ucapannya.

--

Esok hari,

Para karyawan DanBam datang untuk bekerja. Dan mereka heran melihat Sae Ro Yi yang malah berada di kedai tetangga mereka dan membantu memasang papan menu di dinding. Tidak hanya satu kedai, tapi banyak kedai.

Yi Seo sampai kehilangan kata-kata melihat semua itu. Soo Ah yang lewat juga bingung dengan apa yang Sae Ro Yi lakukan. Yi Seo mana tahu. Dengan ketus, dia bertanya tujuan Soo Ah datang. Seperti yang Soo Ah lihat, bos mereka sedang sibuk dengan hal yang tidak penting.

"Aku datang untuk menemuimu," ujar Soo Ah.

"Apa?"

"Kau bertemu Pak Jang, 'kan? Dia berkata kau sama dengannya."

"Sama dengannya? Aku sungguh tak mau itu terjadi. Namun, itu tak terlalu membuatku kesal."

"Apa kau bekerja di sini karena Saeroyi?"

"Benar."

"Kau bekerja hanya karena Saeroyi. Bagaimana kalau dia menolak perasaanmu?"

"Karena kau?"

"Benar. Bagaimana kalau itu terjadi? Kau akan berhenti?"

"Itu tidak mungkin terjadi. Aku tak pernah kalah," jawab Yi Seo percaya diri.

Sae Ro Yi yang selesai membantu kedai tetangga melihat Soo Ah dan Yi Seo. Dia menyapa Soo Ah dengan ramah dan membawanya ke DanBam.

--

Begitu sampai di DanBam, Yi Seo langsung bertanya apa yang sedang DanBam lakukan? Sae Ro Yi menjawab kalau dia membantu kedai-kedai itu. Yi Seo masih tidak mengerti dan bertanya alasan Sae Ro Yi membantu mereka? Kenapa tiba-tiba Sae Ro Yi bekerja sukarela? Para karyawan lain kelihatan cemas kalau Yi Seo dan Sae Ro Yi akan bertengkar lagi.

"Untuk bertahan," jawab Sae Ro Yi.

"Apa maksudmu? Kedai kita bahkan hampir mati sekarang. Daripada membantu kedai lain, kau..."

"Apa lagi yang kurang?" potong Sae Ro Yi. "Apa lagi yang kurang dari DanBam? Promosi kedai berjalan baik berkatmu. Interior juga bagus. Apa lagi yang kurang? Rasa makanan? Kau bilang rasanya enak."

"Kalau begitu? Kau ingin dekat dengan orang sekitar sehingga mereka jadi pelanggan?"

"Di area bisnis yang mati ini, kita tak bisa hidup sendirian," jawab Sae Ro Yi. "Kita hidupkan gang ini."

"Aku tak percaya ini," gerutu Yi Seo, kesal. "Pemimpi dan seorang idealis. Kau benar-benar tak cocok denganku," ujar Yi Seo dan langsung pergi keluar DanBam.

Seung Kwon menyuruh Sae Ro Yi tidak usah khawatir karena seharusnya Yi Seo mengikuti perintah Sae Ro Yi yang adalah bos. Geun Soo yang dari tadi diam, mulai membahas ucapan Sae Ro Yi tempo hari kalau mereka adalam tim.

"Tentu mudah melakukan yang diperintahkan. Namun, apa itu yang kau maksud sebagai tim?" tanya Geun Soo. "Begini... Kami mungkin hanya karyawan biasa. Namun, Yi-seo berbeda, 'kan? Dia manajer di sini. Ini mungkin perusahaan kecil, tapi dia tetap pemilik saham. Terlebih lagi, dia mempertaruhkan hidupnya untukmu. Bukankah kau harus coba memahaminya?" ingati Geun Soo.

"Geun-soo, ada apa denganmu?" tanya Seung Kwon bingung, medengar ucapan Geun Soo yang memihak Yi Seo.

"Ini karena Yi-seo terlihat berbeda dari biasanya ketika dia berurusan... dengan Saeroyi," jawab Geun Soo.

Sae Ro Yi memandangnya. Sepertinya, dia memikirkan ucapan Geun Soo tersebut.

--

Dan benar saja, saat dia minum berdua dengan Soo Ah, dia berujar kalau apa yang Geun Soo katakan tadi padanya benar hingga dia tidak tahu harus berkata apa. Soo Ah berusaha mengingatkan Sae Ro Yi kalau Geun Soo itu adalah putra Presdir Jang (yang maksudnya, berbahaya). Sae Ro Yi berkata kalau dia tahu Geun Soo adalah putra kedua Presdir Jang.

Soo Ah masih merasa cemas dan penasaran kenapa Geun Soo bekerja di DanBam? Sae Ro Yi tidak ambil pusing dengan hal itu dan menebak asal kalau Geun Soo mungkin butuh uang jajan.

"Kalau Yi-seo? Menurutmu kenapa Yi-seo bekerja di sana?" tanya Soo Ah.

"Apa maksudmu?"

"Aku yakin kau butuh dia untuk sukses."

"Kenapa? Ada yang ingin kau ketahui?"

"Sekarang sepertinya ada banyak alasan kita tak bisa bersama," ujar Soo Ah.

"Kenapa kau berpikir begitu? Apa ada masalah?"

"Apa hubungan kita sebenarnya? Bila aku bukan karyawan Jangga, apa yang akan terjadi dengan kita?"

"Kau karyawan Jangga atau bukan, hubungan kita diputuskan olehmu."

"Kau selalu biarkan kita berhenti di situ. Tanpa ada pernyataan cinta," ujar Soo Ah, tampak kesal.

Sae Ro Yi langsung menyatakan dengan jelas kalau dia menyukai Soo Ah. Dia sudah mengatakan hal itu juga saat di penjara dulu dan saat di halte bus, belum lama ini. Soo Ah tidak terima karena yang di penjara itu sudah terlalu lama dan yang di halte bus, Sae Ro Yi hanya bilang akan membuatnya menjadi pengangguran.

"Kalau begitu bagaimana menyatakannya? Kupertaruhkan hidupku saat katakan itu. Kau hanya perlu tahu tanpa terbeban. Kapan pun itu, kau bisa putuskan hubungan kita," ujar Sae Ro Yi.

Soo Ah terharu mendengarnya. Dia berusaha tidak menunjukkan itu dengan berkata kalau dia sudah bilang kalau dia hanya menyukai orang kaya. Sae Ro Yi mengingatkan kalau dia sekarang punya sebuah gedung, dan itu bukan hal yang mudah untuk di raih.

Begitu tiba di DanBam, Yi Seo langsung menemui Sae Ro Yi dan menanyakan mengenai kabar kalau Sae Ro Yi pergi dengan Soo Ah kemarin. Sae Ro Yi dengan santai mengiyakan. Yi Seo dengan blak-blakan bertanya apa yang mereka lakukan dan apa ada sesuatu yang terjadi? Apa mereka berpacaran? Sae Ro Yi tidak mau menjawab semua pertanyaan itu dan meminta Yi Seo untuk bersiap membuka kedai saja.

"Jangan pacaran dengan wanita itu," peringati Yi Seo.

"Tunggu. Apa hubungannya denganmu?" tanya Sae Ro Yi, tidak mengerti.

"Ada hubungannya. Bila kau pacaran dengannya, aku akan berhenti dari sini," tegas Yi Seo.

"Apa maksudmu? Kenapa kau membencinya?"

"Apa kau tidak tahu? Apa kau sungguh tak tahu?" tanya Yi Seo.

"Begitulah."

"Pokoknya camkan itu," ujar Yi Seo tidak mau menjelaskan lebih jauh.

Sae Ro Yi semakin bingung dengan sikap Yi Seo.

--

Nenek pergi ke kedai-kedai untuk menerima pembayaran pinjaman mereka. Setiap kedai mampu membayarnya tepat waktu. Nenek senang tapi juga heran karena kedai itu punya pelanggan padahal biasanya kosong. Pemilik kedai dengan sumringah memberitahu kalau pria dari DanBam (Sae Ro Yi) telah membantunya banyak hal seperti promosi dan lain-lain. Tidak hanya kedai mereka saja yang di bantu, tapi juga kedai lainnya.

Nenek kagum mendengarnya. Pemilik terus memuji Sae Ro Yi yang sangat mengagumkan.

"Menarik," gumam Nenek. "Dia membuatku teringat seseorang."

--

Perusahaan Jangga,

Presdir Jang sudah mengundang Det. Oh untuk menemuinya. Dia ingin Hyewon Foods menjadi supplier bahan untuk Jangga. Dan karena itu, jika det. Oh sudah bekerja sama dengan mereka, det. Oh akan menjadi sibuk dan tidak mungkin bisa menjadi supplier tempat lainnya termasuk DanBam.

Det. Oh dapat mengerti dengan jelas maksud dari Presdir Jang. Dan karena itu, dia menolak tawaran kerja sama itu walaupun dia sangat sadar kalau Jangga adalah perusahaan yang besar jika di bandingkan dengan kedai kecil seperti DanBam.

--

Soo Ah hendak pergi ke Itaewon dan lagi-lagi, Geun Won yang melihatnya, menawarkan tumpangan. Soo Ah menolak dan juga ingin tahu alasan Geun Won pergi ke Itaewon. Geun Won hendak ke sana untuk menemui Jo Yi Seo, manajer DanBam. Geun Won marah karena Soo Ah terus menolak untuk naik ke mobilnya dan terus mengatakan membencinya.

"Astaga. Kau tahu apa mimpiku? Membuatmu duduk di kursi penumpangku. Tidakkah itu mimpi yang kecil?" ujar Geun Won kesal.

"Dari mana kepercayaan dirimu itu? Apa karena kau pewaris Jangga?" sinis Soo Ah. "Karena kau punya banyak uang? Apa aku harus berterima kasih atas perhatianmu?"

"Aku tak pernah... memperlakukanmu seperti itu," tulus Geun Won.

"Aku sudah memberitahumu dengan jelas alasanku membencimu."

"Baiklah. Kecelakaan itu. Seperti perkataan orang, itu sebuah kecelakaan. Apa aku sengaja ingin menabrak Manajer Park? Sebenci apa pun aku dengan Park Saeroyi..." ujar Geun Won, merasa frustasi.

"Bagaimana setelahnya?" potong Soo Ah. "Apa yang terjadi setelah kecelakaan? Kau tak melaporkan hal itu dan melempar kesalahan pada orang lain. Apa itu juga kecelakaan? Aku benar-benar... sangat membencimu, Geun-won," tegas Soo Ah. "Benar. Waktu itu kau tanya aku apa aku suka pada Saeroyi, 'kan? Aku suka padanya. Karena itu, aku katakan lagi padamu. Aku mohon padamu. Berhenti mendekatiku."

Mendengar itu, kebencian Geun Won pada Sae Ro Yi semakin membesar.

--

Karna det. Oh menolak tawarannya, Presdir Jang bertanya alasannya. Apa itu karena Sae Ro Yi? det. Oh membenarkan. Dia berutang pada Sae Ro Yi dan utang itu tidak bisa di bayar oleh uang.

"Bolehkah aku memberi nasihat padamu? Bisnis tak boleh dilakukan dengan perasaan. Bukankah kau menyebutkan hal itu? Jangga adalah bisnis makanan nomor satu di Korea."

"Saat ini, menurutku begitu," benarkan Det. Oh. "Tapi dalam sepuluh tahun, Park Saeroyi... serta DanBam... Seberapa besar mereka akan bertumbuh? Ini bukan rasa loyalitas. Aku tentu mengharapkan keuntungan dan ini adalah investasi untuk masa depan."

Presdir Jang malah bertanya, apakah det. Oh mempunyai anak? Det. Oh membenarkan kalau dia mempunyai seorang putri. Dan tampak kalau tangan det. Oh bergetar takut. Dia sadar kalau Presdir Jang akan mengancamnya menggunakan anaknya sama seperti atasannya dulu.

Benar saja, presdir Jang menyebut det. Oh bicara seperti orang yang tidak kenal rasa takut. Dan tidak ada bagusnya bermasalah dengannya di industri makanan seperti ini. Bukankah det. Oh harus memikirkan putrinya? Hubungi dia kalau berubah pikiran.

Det. Oh menundukkan kepala, pamit untuk pulang. Tapi, dia teringat ucapan dir. Kang kalau anak tumbuh dengan melihat punggung orang tuanya dan Hyewon sangat bangga pada det. Oh. Det. Oh terdengar seperti ayah yang hebat. Ingatan mengenai itu, memberikan kekuatan baru bagi det. Oh. Dia berbalik dan menatap presdir Jang.

"Seorang anak tumbuh dengan melihat punggung orang tuanya. Melihatmu seperti ini, aku jadi paham alasan Jang Geun-won hidup seperti itu."

"Sebaiknya jangan memprovokasiku," peringati presdir Jang.

"Aku berkata aku berutang kepada Saeroyi. Utang itu ada hubungannya denganmu. Kasus tabrak lari Jang Geun-won sepuluh tahun lalu. Sayang sekali, aku adalah detektif penanggung jawab kasus itu."

Presdir Jang benar-benar terkejut mendengarnya. Dia tidak menyangka detektif kasus itu masih akan terus berhubungan dengan Sae Ro Yi dan bahkan membantunya.

"Saat itu, aku melakukan investigasi yang sangat memalukan. Putriku melihat punggung yang menyedihkan. Sekali saja sudah cukup, Pak. Karena memikirkan putriku, aku tak bisa menjadi lebih jelek lagi," tegas det. Oh.

Presdir Jang sampai terdiam, tidak tahu harus mengatakan apa.

--

Yi Seo sedang berada di atas jembatan menatap Namsan Tower. Geun Soo yang lewat di dekat sana melihatnya. Mereka berbincang berdua, bergosip mengenai Sae Ro Yi.

--

Sek. Kim meminta maaf pada Presdir Jang karena sudah kurang menyelidiki latar belakang det. Oh. Presdir tidak mempedulikan mengenai hal itu dan hanya ingin tahu harus berapa lama lagi dia menunggu Jo Yi Seo. Sek. Kim memberitahu kalau Geun Won hari ini pergi langsung untuk merekrut Yi Seo.

Presdir Jang tampak ragu mendengarnya.

--

Yi Seo dan Geun Soo tiba bersama di DanBam. Dan di sana, sudah ada Geun Won yang menunggunya. Melihat Geun Won, Geun Soo langsung memasang wajah tegang dan bertanya tujuannya datang. Geun Won dengan sinis menjawab kalau dia ke sini bukan untuk bertemu dengan-nya tapi Yi Seo. Geun Won bahkan memberikan kartu namanya untuk Yi Seo. Dia mengajaknya untuk berbincang sebentar.

Yi Seo meminta izin pada Sae Ro Yi untuk pergi berbincang dengan Geun Won di café di ujung jalan. Sae Ro Yi memberikan izin dengan wajah yang datar. Geun Soo yang melarang dan ingin tahu alasan Geun Won bicara dengan Yi Seo. Dia memperingati Geun Won untuk tidak menggoda Yi Seo. Geun Won tidak suka di peringati dan hendak menamparnya, tapi Geun Soo sudah terlebih dahulu menahan tangan Geun Won agar tidak menamparnya.

Geun Soo teringat ucapan Yi Seo padanya saat mereka di pinggir laut waktu itu, dimana Yi Seo berkata kalau Geun Soo sangat menginginkannya suatu hari nanti, maka jadilah pewaris Jangga.

"Jangan memprovokasiku. Aku bisa saja… merebut posisimu," peringati Geun Soo.

Geun Won tertawa sinis, menganggap remeh Geun Soo. Dia memberitahu dengan terang-terangan kalau dia datang untuk merekrut Yi Seo masuk ke Jangga. Uasi mengatakan itu, Geun Won pergi dengan langkah ringan.

Seung Kwon yang emosi karena mereka mencoba merekrut Yi Seo. Sae Ro Yi hanya menanggapi dengan tenang untuk tidak usai membuat keributan. Geun Soo tampaknya benar-benar cemas mengenai hal itu, dan bertanya apa yang akan Sae Ro Yi lakukan?

"Itu hidup Yi Seo. Kita hanya bisa melihat keputusan Yi Seo," jawab Sae Ro Yi, berusaha tetap tenang.

--

Yi Seo berbincang dengan Geun Won. Geun Won memberikannya proposal manajemen dan juga apa saja yang akan Yi Seo dapatkan jika bergabung dengan Jangga. Tawaran itu sangat menarik dan tidak akan di dapatkan Yi Seo di manapun apalagi Yi Seo hanyalah anak kecil berusia 20 tahun dan tidak kuliah. Jadi, tidak ada lagi yang perlu di pikirkan, bergabung saja dengan Jangga.

--

Seung Kwon takut kalau Yi Seo akan bergabung dengan Jangga. Hyun Yi dan Tony tidak khawatir akan hal itu karena mereka yakin kalau Yi Seo tidak akan demikian. Seung Kwon tetap cemas karena menurutnya tidak ada loyalitas dalam diri Yi Seo. Sae Ro Yi hanya diam saja.

"Kau khawatir?" tanya Geun Soo.

Ya, Sae Ro Yi khawatir teringat ucapan Yi Seo kalau mereka berdua tidak cocok dan juga dia akan berhenti jika Sae Ro Yi pacaran dengan Soo Ah.

"Benar," akui Sae Ro Yi.

"Kau butuh dia di sini karena dia kompeten?" tanya Geun Soo. "Aku selalu ingin tahu hal itu. Apakah arti Yi-seo bagimu? Apakah dia hanya seorang karyawan atau dia seorang wanita bagimu? Apa maksudnya?"

--

Yi Seo sudah melihat keseluruhan proposal dan masih belum memberikan jawaban. Dia memuji kalau tawaran itu cukup bagus. Geun Won dengan sok mengatakan kalau itu bukan hanya bagus tapi juga tawaran yang hebat.

"Namun, Direktur Jang, aku berinvestasi di kedai itu dan menghasilkan uang lebih banyak dari orang seusiaku. Aku menghasilkan uang lebih banyak dari gaji yang kau tawarkan. Padahal ini dari Jangga. Bila tawarannya lebih rendah dari kedai kecil itu, aku sepertinya harus berpikir lagi untuk menerimanya," ujar Yi Seo, dengan nada merendahkan.

"Berapa yang kau hasilkan?"

"Bila melihat penjualan sekarang, kira-kira 100 juta won? Tapi itu dilihat dari penjualan saat ini. Aku yakin bisa membesarkan DanBam. Aku mungkin tertarik bila ditawari 200 juta won. Tapi untuk hal seperti ini, kau sulit untuk memutuskan sendiri, 'kan?"

"Dua ratus juta won? Aku tambah 50 juta won," tawari Geun Won, berani.

Yi Seo tercengang tidak percaya kalau dia akan di tawari gaji 250juta won. Geun Won senang melihat reaksi-nya dan menambahkan kalau hidup Yi Seo dapat berubah tergantung koneksi yang Yi Seo miliki. Jadi, tidak perlu berpikir lagi untuk bergabung dengan Jangga.

Yi Seo senang dan mulai mengomel mengenai betapa frustasinya dia pada Sae Ro Yi. Geun Won senang karena mereka di pihak yang sama, kesal pada Sae Ro Yi. Yi Seo dengan santai, bertanya kalau Geun Won ingin menghancurkan DanBam bukan? Geun Won langsung memuji Yi Seo yang pintar.

Yi Seo begitu antusias hingga menyimpan nomor telepon Geun Won dan bertanya mulai kapan dia harus masuk kerja? Geun Won sudah sangat happy karna bisa merekrut Yi Seo dan memberitahu kalau Yi Seo bisa masuk besok atau pekan depan. Terserah Yi Seo saja.

"Kalau begitu, aku ingin tahu sesuatu. Kenapa Park Saeroyi begitu membencimu?" tanya Yi Seo dengan ekspresi kepo dan berpura-pura tidak tahu.

"Apa? Terjadi sesuatu di masa lalu."

"Ada apa?"

"Tidak penting. Kau tak perlu tahu," jawab Geun Won, gugup.

"Benar juga. Ini pasti karena hal yang dibicarakan di depan kantor polisi itu. Kudengar ayah Park Saeroyi meninggal karena dirimu. Kalau memang benar karena itu, kau benar-benar hebat," puji Yi Seo. "Itu berarti kau berada di atas hukum. Kau benar-benar hebat."

"Itu..."

"Aduh, maafkan aku. Aku tak pintar membedakan hal yang baik dan yang buruk. Apa kau tersinggung?"

"Tidak. Semua orang hidup seperti itu. Hukum pada dasarnya mengatur orang miskin," jawab Geun Won, mulai menyombong. "Hukum tak berlaku pada penguasa."

"Lalu? Apa kau bisa jelaskan lebih detail?"

"Tidak ada yang spesial. Itu sebuah kecelakaan. Aku menabrak ayahnya dengan mobil, dan dia langsung mati. Aku lempar kesalahan pada orang lain. Selesai. Aku penasaran bagaimana Saeroyi bisa tahu. Dia masih saja ingin balas dendam dan sok sekali padaku. Tapi hewan ternak sepertinya bisa apa. Bukan begitu? Bodoh sekali dia. Dasar Park Saeroyi," cerita Geun Won, semuanya dengan wajah tertawa.

Geun Won tidak menyadari kalau wajah tersenyum Yi Seo telah menghilang dan berganti wajah penuh kemarahan. Dia ingat saat melihat begitu banyak bekas luka di tubuh Sae Ro Yi. Hal itu, membuat hatinya merasa sakit. Dan karena itu juga, dia sudah memutuskan untuk membunuh semua orang yang mengganggu Sae Ro Yi.

Semuanya, tidak terkecuali Jang Geun Won!

"Hentikan. Hentikan sekarang," ujar Yi Seo dengan suara yang dingin. Dia mengambil ponselnya yang ada di meja dan dari tadi merekam pembicaraan mereka. Dia memutar bagian dimana Geun Won mengakui perbuatannya.

Geun Won terkejut. Dia sudah di jebak. Ekspresi tawanya berubah menjadi ekspresi marah.

"Aku benar-benar baru kali pertama melihat orang bodoh sepertimu," ejek Yi Seo.

Geun Won hendak merebut ponsel Yi Seo, tapi Yi Seo lebih cepat mengambil ponsel itu dan menyimpannya. Dia menatap mata Geun Won dengan sangat tajam.

"Aku... sangat mencintai Bos. Masalahnya, pikirannya dipenuhi oleh orang-orang berengsek di Jangga. Aku cemburu dengan hal itu. Dasar orang-orang berengsek."

Geun Won marah mendengar karena sudah di jebak dan di tipu. Dia hendak menyerang Yi Seo, tapi Yi Seo lebih cepat. Dia berdiri dan menyiram kopi panasnya ke wajah Geun Won, membuat Geun Won menjerit kesakitan sambil memegang wajahnya.

"Karena itu, aku akan hancurkan kalian," tekan Yi Seo.