Chereads / Istri Supermodel (For Sale!) / Chapter 33 - Tegang?

Chapter 33 - Tegang?

Lilia memandang kerumunan orang di sekitar karpet merah sebelum melirik ke arah Jean. Untuk pertama kalinya, dia menyadari bahwa Jean terlihat sangat tinggi. Bahkan dengan sepatu hak tinggi, kepala Lilia hanya mencapai dagunya.

Jean merasakan tatapan Lilia dan menoleh. "Tegang?" Tanyanya sambil mengangkat alis. Suaranya yang berat dan rendah memberi Lilia rasa aman.

Sebagai balasannya, Lilia memamerkan senyum penuh kepercayaan diri. Dia adalah seorang model profesional. Dia sudah terbiasa dengan perhatian semacam ini dari kerumunan orang. Satu-satunya kekhawatiran Lilia saat ini adalah kemungkinan kalau penampilannya dapat merusak reputasi Jean. Bagaimanapun juga, ini pertama kalinya Lilia menemani Jean ke pesta.

"Jangan khawatir." Mata tajam Jean seolah dapat membaca pikiran Lilia. "Tidak akan ada yang bisa mengkritik penampilanmu malam ini. Kamu adalah partner yang sempurna. Selain itu, aku juga ada bersamamu."

Mendengar kalimat terakhir itu, hati Lilia terasa hangat. Tidak ada orang yang pernah mengatakan itu padanya. Jean membuatnya merasa kalau dia tidak sendirian.

"Ayo masuk." Jean menawarkan lengannya.

Lilia mengangguk dan menggandeng lengan Jean. Mereka mulai berjalan di karpet merah sambil tetap memandang lurus ke depan, mengabaikan perhatian dari kerumunan orang.

"…terima kasih." Lilia berbisik pelan pada Jean.

Dia yakin Jean tidak akan bisa mendengar suaranya di tengah semua keributan ini. Tapi di luar dugaannya, Jean melirik Lilia sambil tersenyum kecil. Seberapa tajam pendengaran pria ini?!

Setelah keduanya menghilang ke dalam lobi hotel, seseorang dalam kerumunan akhirnya menyadari siapa wanita itu.

"Ah, itu kan Lilia Pangestu!"

Dalam sekejap, kerumunan itu kembali gempar.

"Bukankah Lilia Pangestu sudah punya tunangan? Itu menjadi topik viral dua hari lalu. Mungkinkah tunangannya Presiden Jean?"

"Itu mustahil! Lilia Pangestu dan Presiden Jean tidak pernah punya hubungan apa-apa. Bagaimana mungkin mereka tiba-tiba bertunangan?"

"Tapi Presiden Jean tidak mungkin membawanya ke sini kalau mereka tidak saling kenal!"

Perdebatan tentang hubungan Lilia dengan Jean semakin memanas. Beberapa orang bahkan mulai mencari tahu tentang Lilia lewat internet, yang menyebabkan namanya kembali menjadi viral.

*****

Pesta perayaan itu dimulai pukul setengah enam tepat.

Sebagai pendiri dan pemimpin Perusahaan Genesis, Jean perlu menyampaikan sambutan dari atas panggung.

Lilia berdiri di pojok ruangan, matanya mengikuti sosok Jean yang berjalan menuju panggung. Pria itu menyapa para tamu dengan senyum hangat di wajahnya. Dia terlihat berbeda dari penampilannya sehari-hari yang dingin.

"Halo, Sis Lilia!"

Lilia berbalik saat mendengar sapaan itu. Dia berhadapan dengan tiga pria yang tidak dikenal.

Koreksi, Lilia mengenali pria yang berdiri paling depan sebagai Tom Wibowo. Dia memakai jas berwarna pink lembut dengan kemeja bercorak bunga yang mencolok.

Lilia mengamati dua pria lain berdiri di belakang. Penampilan mereka terlihat lebih tenang dan dewasa dibandingkan Tom.

Lilia bertanya-tanya apakah Jean memilih teman-temannya berdasarkan seberapa menarik penampilan mereka. Mereka semua terlihat seperti pria tampan dan muda yang populer dengan para wanita.

"Halo, tuan Tom." Lilia balas menyapanya dengan sopan.

Tom menyodorkan segelas sampanye dari pelayan yang lewat pada Lilia. Dia mengangkat gelasnya sendiri dan mulai menyombong pada kedua pria di belakangnya, "Sudah kukatakan padamu, saudara iparku ini pasti mengenaliku!"

Pria yang mengenakan tuksedo berwarna biru menyesap gelasnya dan menyapa Lilia. "Maaf mengejutkanmu, Lilia. Aku Chris Hartanto, teman masa kecil orang ini dan Jean." Dia memperkenalkan diri.

Lilia segera mengenali nama itu. Pria ini berasal dari keluarga yang sama dengan Sara. Keluarga Hartanto menjadi terkenal di kota ini akibat kasus perseteruan mereka. Kepala Keluarga Hartanto saat ini sakit parah dan kedua putranya saling memperebutkan harta keluarga itu. Belakangan ini, dia mendengar kalau perseteruan mereka semakin memanas.

"Um…bagaimana kondisi kakekmu sekarang, tuan Chris?" Lilia bertanya, berusaha terdengar sopan.

"Untungnya saat ini dia masih stabil. Terima kasih atas kepedulianmu." Chris tersenyum lembut. Dia tidak terlihat seperti orang licik atau serakah yang dapat berseteru dengan keluarganya sendiri demi uang. Lilia menduga bahwa pria baik ini hanya ikut terseret dalam perseteruan itu.

"Sis, aku Alex Vander!" Pria di samping Chris angkat bicara seolah tidak mau kalah. Dia mengenakan jas hitam polos yang sama sekali tidak menonjol. Pria itu tampak seperti orang yang terpelajar dengan kacamata berpinggiran putih yang menghiasi wajahnya.

Lilia merasa bahwa nama itu terdengar tidak asing dan dia mencoba menggali ingatannya.

Beberapa saat kemudian, mata Lilia terbuka lebar. "Ah! Apakah Anda desainer baju merek Van?"