Chereads / Istri Supermodel (For Sale!) / Chapter 28 - Tidak Butuh Pesta Pernikahan

Chapter 28 - Tidak Butuh Pesta Pernikahan

Di samping Robert, Sylvia tidak bisa menahan diri dan ikut membaca daftar itu. Saat dia melihat total nilai mas kawin itu, tatapan matanya yang penuh perhitungan langsung berbinar-binar.

Melihat kegembiraan yang ditunjukkan ibunya, perasaan sesak kembali memenuhi dada Lilia.

Dia tergoda untuk bertanya pada Sylvia, apakah wanita itu gembira karena calon menantunya sangat menghargai putrinya? Ataukah karena dia berhasil menjual putrinya dengan harga yang tinggi?

Lilia menggigit bibirnya dan mengepalkan tangannya semakin erat hingga kukunya tertancap dalam di telapak tangannya. Sekujur tubuhnya terasa sedingin es, sama seperti suasana hatinya saat ini. Namun hanya matanya yang terasa panas oleh air mata, membuat pandangannya buram.

Tepat sebelum air matanya jatuh, sebuah tangan yang besar dan hangat menggenggam tangan Lilia. Tangan itu dengan lembut membuka tangan Lilia yang terkepal dan mengusap bekas kuku yang tertinggal di telapak tangannya.

Lilia mengangkat wajah dan bertatapan dengan mata biru gelap Jean. Pria itu terus mengelus tangannya, mengusir rasa dingin yang melanda Lilia. Dia merasa sedang melihat ilusi bahwa tatapan pria yang selalu angkuh itu dipenuhi simpati dan kepedulian untuknya.

Kemudian Lilia tersadar kalau Jean masih menggenggam tangannya di bawah meja. Dia berusaha menarik tangannya dari genggaman Jean sebelum ada yang melihat. Tapi pria itu menolak melepaskan tangan Lilia, tidak peduli sekuat apapun usahanya.

Lilia melontarkan tatapan tajam pada Jean, yang segera mengalihkan pandangannya dan bersikap seolah tidak ada yang terjadi.

Sementara itu, Robert akhirnya pulih dari keterkejutannya. Dia merasa bingung dan mulai berbicara, "Tuan James, mas kawin ini…"

Robert ingin mengatakan kalau mas kawin ini terlalu besar untuk putrinya.

Dia tahu betul kalau kekayaan Keluarga Pangestu tidak ada apa-apanya dibandingkan Keluarga Widjaya. Justru mereka yang diuntungkan oleh penikahan ini sedangkan Keluarga Widjaya tidak mendapatkan keuntungan apapun.

Tapi pada saat yang sama, mas kawin ini juga menunjukkan ketulusan Keluarga Widjaya.

Satu miliar dollar Amerika.

Dia tidak pernah mendengar mas kawin sebesar itu hanya untuk putri seorang pengusaha kelas menengah ke atas sepertinya.

James melirik Jean, yang tidak menunjukkan niat untuk berbicara. Pria itu kemudian mengembalikan pandangannya ke arah Robert sebelum membalas, "Apakah Tuan Robert merasa hadiah pernikahan ini terlalu sedikit?"

Robert terlonjak dan buru-buru menggeleng. "Tuan James pasti bercanda. Kalau aku boleh bicara terus terang, jumlah ini lebih dari apa yang layak kami terima." Ucapnya jujur.

James bertukar pandang dengan Irene. Istri kepala Keluarga Widjaya itu tersenyum dan menjawab, "Tuan Robert, kami merasa bahwa jumlah ini cukup untuk menyampaikan bahwa Keluarga Widjaya serius dengan pernikahan ini. Yang paling penting adalah kebahagiaan Jean dan Lilia." Suaranya yang jernih menegaskan kalau mereka tidak akan berubah pikiran.

"Nyonya Irene, kami sangat berterima kasih atas perhatianmu untuk putri kami. Kami juga mengharapkan hanya yang terbaik untuk mereka berdua." Sylvia memasang ekspresi seorang ibu yang peduli pada anaknya.

Namun pada detik berikutnya, matanya berkilat penuh ketamakan.

"Karena kita semua sudah berkumpul di sini, bagaimana kalau kita sekalian membicarakan soal pernikahan? Apakah Keluarga Widjaya ingin mengumumkan pertunangannya dulu atau langsung mengadakan pesta pernikahan?" Sylvia berbicara dengan suara manis. Dia tidak sabar untuk segera meresmikan pernikahan kontrak ini!

"Aku tidak butuh pesta pernikahan, hanya menandatangani surat nikah saja sudah cukup." Lilia membuka mulut untuk pertama kalinya sejak makan malam ini dimulai.

Seisi ruangan itu seketika hening. James dan Irene otomatis menoleh pada Jean, sedangkan Robert menutup mulut dan tidak berkomentar.

Hanya Sylvia yang langsung mendebatnya. "Lilia, omong kosong apa ini?!" Wajah wanita itu dipenuhi kemarahan.

Tapi Lilia tetap melanjutkan dengan keras kepala. "Tuan James dan Nyonya Irene, karena pernikahan ini sudah tidak bisa dibatalkan, aku hanya ingin urusan ini diselesaikan secara sederhana."

Sylvia membuka mulut untuk menginterupsi, tapi Lilia melanjutkan ucapannya tanpa memberi ibunya kesempatan bicara.

"Seperti yang Anda tahu, saat ini aku sangat sibuk dengan karirku sebagai model. Mengadakan pesta pernikahan hanya akan membuang banyak waktu dan biaya. Karena itu, lebih baik kami langsung menandatangani surat nikah saja." Lilia menyelesaikan.

Wajah Sylvia semakin merah padam saat mendengarkan Lilia berbicara. Tubuhnya gemetar menahan amarah hebat. Ini sama saja dengan mengatakan kalau Lilia sebenarnya tidak bersedia menikahi Jean dan tidak ingin direpoti oleh pernikahan ini. Bagaimana kalau ini membuat Keluarga Widjaya berubah pikiran?!

"Lilia! Jaga mulutmu!" Sylvia melontarkan tatapan beracun pada putrinya. Kalau tidak ada Keluarga Widjaya di sini, dia pasti sudah menampar anak tidak tahu diri itu!

Sylvia sudah bisa membayangkan pernikahan ini menjadi berita sensasional yang mengguncang seisi kota ini. Dia tidak sabar menantikan momen dimana orang-orang akan menyelamatinya dengan senyum lebar dan tatapan iri. Namun semua bayangannya mengenai pesta pernikahan besar-besaran yang mewah kini terancam runtuh. Sylvia yakin Lilia sengaja berusaha mempermalukan dirinya!

Bertolak belakang dengan amarah Sylvia, James kini menatap Lilia dengan penuh ketertarikan. Lalu tatapannya beralih pada wajah datar Jean dan pria itu tersenyum lebar. Ini pertama kalinya ada wanita yang kebal terhadap wajah tampan dan reputasi tak bercela Jean.

"Apa yang akan kamu lakukan soal ini?" James bertanya lewat tatapannya.

Jean perlahan menegakkan tubuh dan pandangan semua orang tertuju padanya, termasuk Lilia.

"Tuan Muda Jean, tidak usah dengarkan omong kosong anak ini. Dia terlalu sering dimanja sehingga tidak punya sopan santun." Sylvia berkata sambil memelototi Lilia, memaksanya menarik kembali ucapannya.

Tapi Lilia bergeming. Ancaman dari ibunya tidak membuatnya takut. Jika dia harus menikahi Jean, Lilia berniat melakukan pernikahan ini sesuai keinginannya sendiri. Dia sudah muak diatur oleh orang lain!

Jean menatap Sylvia sekilas dan meremas lembut tangan Lilia sebelum membuka mulut. "Aku tidak keberatan. Aku akan mengikuti apapun yang Lilia inginkan."