Chereads / Istri Supermodel (For Sale!) / Chapter 26 - Tunanganmu Terlalu Menakutkan

Chapter 26 - Tunanganmu Terlalu Menakutkan

Pada hari itu, nama Lilia Pangestu dan Sara Hartanto sekali lagi menjadi topik yang viral di dunia maya. Akun media sosial Lilia dipenuhi dukungan dari orang-orang yang bersimpati dengannya. Di sisi lain, akun Sara dipenuhi hujatan dan tuduhan dari mereka yang mempercayai isi rekaman itu.

Saat dunia maya sedang gempar, Lilia duduk dengan santai di dalam mobil Harold. Mobil itu melaju pergi dari parkiran rumah sakit.

"Apakah kamu sudah merekam semuanya?" Lilia bertanya pada agennya itu.

Harold mendengus. "Saat kita bicara sekarang ini, internet sedang gempar karena rekamanmu itu. Berterima kasihlah padaku karena sudah menjauhkan William dari sana! Pria itu terus mengkhawatirkan Sara dan ingin segera kembali ke sisinya. Aku yakin dia tidak akan mendekatimu lagi setelah kejadian ini." Lilia telah bercerita pada Harold kalau William mengira mantan kekasihnya itu masih mencintainya.

Mendengar itu, Lilia hanya tersenyum tipis. William mungkin buta soal cinta, tapi dia tidak bodoh. Dengan ini, dia yakin pria itu akan berhenti mengganggunya.

"Harus kuakui, idemu kali ini brilian." Harold menguap. "Tapi lain kali beri aku waktu lebih banyak untuk bersiap-siap. Aku tidak tidur semalaman demi merancang semua ini!"

Seluruh rencana ini adalah ide Lilia. Dia memberitahukan detailnya melalui telepon semalam dan meminta Harold mempersiapkan semuanya. Agennya itu kemudian mengatur agar para reporter kenalan agensi datang ke kamar Sara dan merekam percakapan mereka.

Saat Harold keluar bersama William, dia sengaja membiarkan pintu kamar itu terbuka secelah. Seperti yang direncanakan, para reporter itu segera menyebarkan rekaman yang mereka dapat di internet.

"Maaf, maaf." Lilia tertawa. "Aku akan mentraktirmu sebagai ucapan terima kasih."

Lilia menunduk dan memperhatikan layar ponselnya, yang sudah dikembalikan oleh Harold. Karena itu, dia luput melihat kegembiraan di wajah pria itu.

Harold berdeham dan segera mengganti topik pembicaraan untuk menyembunyikan kegembiraannya. "Ah, ada yang ingin kutanyakan padamu. Apa kamu benar-benar punya foto Sara Hartanto sedang makan malam dengan pelaku yang menabraknya? Bagaimana dengan video yang menunjukkan bahwa kaki wanita itu tidak retak? Dari mana kamu mendapatkan semua itu?"

Dia punya dugaan tentang sumber informasi Lilia, tapi dia ingin mendengar jawabannya langsung dari mulut wanita itu.

Lilia mengalihkan pandangan dan terbatuk kecil. "Jean Widjaya memberikannya padaku."

Pagi ini, saat Lilia sedang menunggu Harold menjemputnya, dia menemukan kalau Jean telah mengirimkan video dan foto itu ke iPed-nya. Lilia terkejut, tapi dia memutuskan untuk tidak menanyai Jean soal itu. Dibandingkan dengan 'bantuan' Jean semalam, Lilia merasa kalau ini adalah bentuk kompromi yang dapat dia terima.

Mendapatkan informasi semacam itu hanyalah sebagian kecil dari apa yang Keluarga Widjaya dapat lakukan sebagai salah satu konglomerat terbesar di Indonesia.

"Memangnya apa hubungan pria itu denganmu?" Harold bertanya, walau dia tidak benar-benar ingin mendengar jawabannya.

"Um…kami…yah…aku dan dia…" Lilia kebingungan saat menjelaskan.

Dia tidak tahu apakah dia sebaiknya memberitahu Harold tentang pernikahan kontrak ini atau tidak. Dia tidak ingin Harold menatapnya dengan rasa kasihan saat pria itu tahu dia dijual dalam pernikahan kontrak ini oleh orangtuanya sendiri.

"…bisa dibilang dia…tunanganku." Akhirnya Lilia memutuskan untuk mengatakan apa yang tadi dia katakan pada Sara.

Selama sesaat, suasana dalam mobil itu sunyi senyap.

Harold menghela nafas panjang. Kegembiraannya karena bisa makan siang berdua dengan Lilia lenyap tak bersisa. Harold bertanya-tanya apakah ini rasanya kalah sebelum maju berperang.

"…kamu bertunangan dengan pria yang menakutkan." Dia berkomentar dengan nada kering.

Lilia tidak menyadari perubahan suasana hati Harold. Dia kembali memantau situasi di internet. "Apa kamu bisa menghilangkan namaku dari daftar topik yang sedang viral?" Tanya Lilia.

"Aku akan melakukannya setelah keributan ini mereda. Kalau namamu dihilangkan sekarang, orang-orang akan menjadi curiga." Jawab Harold.

*****

Di dalam kantor Jean di perusahaan milik Keluarga Widjaya, Perusahaan Genesis.

Jean baru saja selesai rapat dengan stafnya saat dia mendapat telepon dari James Widjaya, kakak tertuanya sekaligus kepala Keluarga Widjaya.

"Halo, kak?"

James hampir tidak pernah menelepon kecuali ada hal penting yang terjadi.

"Sudahkah kamu membaca berita di internet belakangan ini?" James tidak repot-repot membalas sapaannya dan langsung bertanya dengan suara tegas.

Jean melonggarkan dasinya dan melemparkan dokumen yang sedang dibacanya ke atas meja. "Memangnya kenapa?"

Dia bisa mendengar kakak tertuanya menghela nafas. "Jean, coba kamu pikirkan baik-baik sekali lagi. Apa kamu yakin mau menikahi putri Keluarga Pangestu itu?"

"Aku sangat yakin, jadi kakak tidak usah khawatir." Jawab Jean dingin.

Di dalam ruang duduk rumah Keluarga Widjaya, James memijat dahinya. Dari seluruh anggota Keluarga Widjaya, hanya Jean yang berani bersikap kurang ajar kepadanya seperti ini.

"Bagaimana kalau kita mengundur pertemuan kedua keluarga malam ini sampai keributan di internet agak mereda…?"

James mengusulkan, hanya untuk ditolak mentah-mentah oleh adiknya.

"Aku tidak akan mengubah waktu pertemuan. Kalau kamu tidak mau datang, aku bisa membuat keputusanku sendiri."

Tuut, tuut.

Sebelum James bisa merespon, Jean sudah menutup teleponnya. James menggenggam telepon itu erat-erat dan melawan godaan untuk melempar benda itu ke dinding.

"Anak ini semakin lama semakin tidak masuk akal! Bagaimana dia bisa tertarik dengan wanita dari dunia hiburan itu yang terus-terusan terlibat skandal setiap hari?!" James mengomel.

Irene Widjaya, istri James yang sedang duduk di sampingnya, tersenyum mendengar gerutuan James. "Ketika Jean tidak tertarik mencari pasangan untuk menikah, kamu mendorongnya terus setiap hari. Sekarang setelah dia menemukan wanita yang disukainya dengan susah payah, kamu mengomel. Tidak heran adikmu tidak ingin kamu ikut campur."

"Kenapa kamu juga memihak anak itu?" James menggumam pada dirinya sendiri.

Namun dia melihat senyum istrinya menjadi lebih dingin dan dia buru-buru mengalihkan pandangannya pada dokumen berisi informasi lengkap tentang Lilia.

"Bukannya aku keberatan dengan wanita yang dia pilih. Tapi Keluarga Pangestu cukup ambisius untuk memaksa putri mereka menikah demi uang. Aku khawatir…" James tidak menyelesaikan kalimatnya, tapi Irene bisa menangkap maksudnya.

"James, apa kamu pikir orang yang kompeten seperti Jean akan membiarkan dirinya dimanfaatkan oleh Keluarga Pangestu?" Irene bertanya lembut.

James menatap istrinya selama sesaat, lalu dia melemparkan dokumen itu ke atas meja. "Kamu benar. Dia yang menginginkan ini, jadi dia harus bisa mengatasinya."

Sementara itu, setelah Jean menutup telepon, dia mengakses internet dan menemukan rekaman pertengkaran itu. Dia mendengarkan kata-kata Lilia sambil tersenyum puas. Saat selesai, dia melihat ada chat yang masuk dari Tom Wibowo di group chat dalam aplikasi Lain.

[Tom] : "[Tunanganku jauh lebih tampan dan lebih kaya dari William. Dia adalah pria terhebat di dunia!] Hmm, aku tahu orang yang pasti akan senang mendengar kata-kata ini!"