Chereads / my Life, My story / Chapter 9 - aku atau kamu

Chapter 9 - aku atau kamu

Sejak aku dan antto ada di satu line. aku dan antto semakin sering ngobrol itupun sambil dia bekerja dan itupun kami melihat situasi dan kondisi nya. Aku menjalani hariku disana dengan sangat bahagia, Pertanyaan-pertanyaan yang banyak orang lontarkan untukku tidak lagi ku jawab dengan kata teman tapi aku menjawab nya lewat senyum ku juga binar binar mataku yang terlihat bahagia jika sedang bersama dia. namun adakalanya Perdebatan kecil yang terjadi saat kami chat membuat ku tidak ingin melihat nya bahkan aku diam seribu bahasa. dan itu terjadi hari ini. Moodku yang sudah agak hancur di tambah saat aku datang ke mejanya dia sedang berada di meja paling belakang sambil berjongkok seolah bersembunyi dariku. Aku menghampiri nya. "Lagi ngapain?"

Anttopun berdiri. "Katanya gak mau lihat aku lagi."

Akupun langsung pergi dan menghampiri hatta yang tidak jauh dari sana. "Rhea belum berangkat, Ta ?"

"Mana ada seorang rhea jam segini udah disini mba. "

"Ya kali aja ada keajaiban gitu, Ta." Aku melihat Antto berjalan menuju mejanya. Aku bermain handphone sebentar hingga ada chat masuk dari mba kinan. "Brifing, Le. jangan ngapel mulu." aku tak membalas pesannya dan meletakkan handphone ku di meja. "Ta. kasih ke abangmu yah. Brifing nih."

ucapku dan berlalu pergi tanpa melihat ekspresi wajah hatta. yang aku yakin pasti bingung. Setelah brifing selesai aku kembali ke line dan seperti biasa meletakkan minum dan perlengkapan kerja di meja antto. Aku yang biasa nya mengobrol dulu disana sebentar ini langsung pergi berlalu begitu saja dan lebih memilih menghampiri Hatta di meja paling belakang. " Lagi kenapa mba ?" tanya hatta

"Gak apa-apa hlo aku. kenapa emangnya."

"Kelihatan banget kalau lagi enggak akur. "

"Apaan sih, Ta. Abangmu emang nyebelin kadang, bikin kesuh, enggak pekaan jadi orang."

"Iya kan emang udah dari lahir gitu mba. Di pahami dong."

"Kalau mahamin dia mulu kapan akunya yang dia pahamin. "

"Yah kenapa mba suka sama dia coba ?"

"Enggak tau. udah ahh males ngomongin itu."

Aku pun pergi dan kembali melihat pekerjaan mereka dari per meja. namun saat di meja Antto yang biasa aku lama banget disana aku bisa di bilang sangat sebentar dan itupun aku melihat antto yang biasa aja Wajahnya. Dia lebih memilih memakai headsetnya. Saat jam istirahat akan tiba aku berjongkok di samping antto untuk minum. Antto yang saat itu sedang membuka permen memberikan isi permen nya padaku. Aku menerima permen itu dan langsung memakannya. Kemudian aku berlalu pergi lagi.

"Tumben amat makan disini, Le ? Yakin deh kalau lagi gak akur sama dia. "Ucap mba kinan.

"Apaan sih mba ?"

"Kenapa sih ? Tuh tadi juga di ceritain sama Hatta waktu ketemu di kamar mandi katanya kamu sama Antto lagi ada masalah. masalah apa coba deh cerita siapa tau mba bisa bantu ? daripada diam-diam an sama antto kayak gini. enggak enak tau di pandang. "

"Akunya yang lagi gak mood aja kali yah mba. Salah paham juga. "

"cerita detail nya gimana nih.?"

"Gimana yah. Susah di ceritain deh. "

"Ya udah deh. pesennya sih cuma satu harus tetep profesional jangan bawa-bawa masalah pribadi kamu sama dia ke kerjaan. mba gak ngelarang kamu buat makan sama mba disini tapi kalau ada masalah di selesaikan secepatnya jangan sampai diam-diam an. Sebagai perempuan kita harus nurunin ego kita buat mencairkan suasana. apalagi Antto anaknya terlalu pasif dan beda sama kamu yang cerewet. mba tau kalau kamu pasti udah sangat memahami karekter dia, dan dia itu menurut mba memang harus lebih di ngertiin. bukannya mba gak mikirin kamu yang ingin di mengerti tapi disini dengan melihat sifat antto bukan dia yang harus menyelesaikan masalahnya tapi itu kamu.poinnya ada di kamu, Le."

Kata-kata mba kinan tepat sasaran menggambarkan apa yang aku rasakan. Aku melihat Antto yang sedang duduk di lantai bersama hatta dan rhea. Antto hanya fokus dengan handphone nya dan belum menyentuh sedikit pun makanan nya. Ini sudah 30 menit berlalu dan sebentar lagi bel berbunyi. Aku pun mengambil mukenaku dan menghampiri nya. "Udah sholat ?"

Antto meletakkan handphone nya. "Belum."

Aku duduk di depan Antto dan membuka bekalnya. "Makan dulu aku tungguin sampai kamu selesai makan terus kita baru sholat."

Anttopun memakan nya dan aku melihat nya sambil sedikit melirik hatta dan rhea yang mulai tersenyum ke arah kami.

Aku membuka botol minum dan menyerahkan botol itu. Antto meminumnya. Dan setelah dia selasai makan aku dan antto berjalan menuju Mushola untuk sholat. Antto masih diam. setelah sholat pun kami langsung kembali bekerja karena bel sudah berbunyi. Aku masih belum mengajaknya mengobrol dan diapun masih dengan dunianya sendiri mendengar kan musik melalui headsetnya. Tepat pukul 3.30 sore aku menghampiri nya dan menepuk pundaknya. "Sholat dulu. "

"Iya. Nanti pulang nya makan dulu yuukk."

"Pulang nya nanti kamu kesorean. weekend aja."

"Gak apa-apa. Nanti aku minta hatta buat ngomong ke ibu kalau aku pulang telat."

"Sholat dulu aja kali ya, aku jawab nanti, gantian sama mba kinan ini mukena nya."

Antto pun berdiri dan kami pun berjalan bersama menuju Mushola. Karena masih sangat antri antto mengambil mukena ku. "Mau enggak ?"

"Iya iya. Makan dimana emang ?"

"Di deket sini ada ayam bakar kan. kita kesana aja."

"Ngikut aja. Gak ngajak hatta sama rhea biar rame."

"Enggak. mau berduaan bareng kamu aja."

"Aku wudhu dulu. " Aku pun melangkah mengambil wudhu dan setelah itu mengambil mukena ku dan sholat terlebih dulu. Saat sudah selesai sholat aku melihat antto masih sholat dan aku memutuskan untuk pergi terlebih dahulu karena mba kinan pasti sudah menunggu mukena nya.

30 menit sebelum pulang aku mendatangi meja antto. "Jadi nih ?"

"Jadi, Le."

"Aku minta ijin dulu buat gak ikut brifing yah biar gak kesorean kamu pulang nya."

"Enggak usah. Ikut brifing aja. aku tungguin. santai aja dong. aku bukan anak kemarin sore hlo yang takut pulang malem."

"Aku menyunggingkan senyum ku. senyum pertama ku hari itu. akhirnya bel yang kami semua tunggu berbunyi, Aku langsung pergi ke ruang meeting untuk brifing sebelum pulang membahas pekerjaan hari ini. dalam hati aku berbicara agar brifing nya jangan terlalu lama dan untungnya itu hanya berjalan 10menit lebih cepat dari biasanya. Aku langsung menghampiri antto yang masih di line dengan menenteng tasku. "Cepet banget tumben." Ucap Antto.

"bersyukur dong harusnya. yuukkk... Aku tunggu di depan yah, kamu ambil motor."

"Iya."

Aku dan antto berjalan bersama dan seperti biasa banyak mata yang melihat kami. Aku sudah terbiasa dengan itu entah dengan antto. kami berpisah di parkiran aku lebih memilih untuk menunggu di depan dari pada harus menunggu nya di parkiran yang masih sangat ramai.

"Ayo le. "Ucap Antto saat sudah berada disana dengan mengendarai motornya. Akupun mengendarai motornya dan meletakkan tangan ku di pinggangnya.

perjalanan ke rumah makan itu hanya 15 menit dari tempat bekerja. tidak memakan waktu yang lama. Aku turun dari motornya dan menunggu nya melepaskan helm juga memarkir motornya. Kami masuk ke rumah makan itu yang terlihat masih sepi. "Ayam bakarnya 2, Minumnya kamu mau apa, Le ?" Ucap Antto pada pelayan disana sambil juga bertanya pada letha.

"Es teh aja, "

"Es tehnya satu sama teh panasnya satu."

"ditunggu yah pesenannya. " Pelayan itupun pergi ke dapur.

Antto memegang tangan ku. "Masih marah sama aku ?"

Aku menarik tanganku dari pegangan nya. "Aku enggak marah kok."

"Enggak enak tau di diemin kamu hampir seharian. Maaf buat kemarin maaf juga buat pagi ini."

"Maaf juga belum bisa ngertiin kamu sepenuh nya."

Antto tersenyum. "Baru kali ini tempat kerja gak senyaman biasanya. kamu tau gak aku beneran ngantuk seharian ini. belum lagi lihat kamu yang ngehindarin aku."

"Maaf yah.. moodku emang lagi gak bagus aja dari pagi di tambah kamu bikin ulah dengan pertanyaan mu."

"Iya iya. gak lagi-lagi deh bikin moodmu hancur." Antto meraih tangan ku kembali. "Jangan diamin aku lagi kayak hari ini. Aku benar-benar enggak tau gimana harus ngomong maaf sama kamu sampai aku beneran mikir buat ngajak kamu makan disini buat ngomong berdua sama kamu. Aku belum bisa bayangin gimana caranya jalanin tanpa kamu apalagi kamu sudah benar-benar jadi duniaku. "

"Ini pembicaraan terpanjang mu hlo. "

"Iyakah ? "

Aku mengangguk. "Yang terpenting sekarang aku masih sama kamu dan seperti kata-kata ku waktu itu. Waktu yang akan menjawab pertemuan kita. Apakah pertemuan kita akan menjadi akhir dengan kamu di dalamnya atau pertemuan kita hanya sekedar say hello dan kita berpisah. Aku sudah ada di titik jauh di mana aku sudah sangat seyakin ini sama kamu tapi kamu masih tertinggal di hatimu yang dulu. "

"Aku sedang berusaha menyakinkan diriku. Dan pertemuan kita pasti ada akhirnya tapi akhir dari itu masih belum kita ketahui kan. "

"Tapi akhir dari itu ku serahkan padamu. Kamu bilang awal tahun baru ini kamu akan ke luar kota kan. Aku akan lihat sampai awal tahun keputusan apa yang akan kau buat dengan pertemuan kita."

"Apa ini artinya kamu membutuhkan keputusan ku ?"

"Aku perempuan. Dan aku bukan penentu keputusan kamulah laki-laki yang harus menentukan keputusan. Aku mengikuti alur hidupmu."

"Iya aku akan berusaha memikirkan keputusan ku dengan sangat baik. yang terbaik untuk kita berdua pasti nya."

Setelah antto mengatakan itu makanan kamipun datang. dan kami diam begitu saja karena sedang menikmati makanan kami tapi sesekali kami bertemu tatap. dan aku melihat mata itu lagi. mata penuh kesedihan. entah kesedihan apa yang sedang dia sembunyikan tapi mata itulah yang membuat ku tinggal bersama nya hingga detik ini. Wajah sayunya seolah menjadi pertanda bagaimana dia juga sangat lelah hari ini. Aku memberikan senyum ku mengingat bagaimana aku mendiaminya hari ini, Aku yakin dia begitu kesepian. Maafkan aku Antto aku hanya ingin tau apakah aku siap meninggalkan mu jika kamu membuat keputusan untuk pergi dan nyatanya itu membuat ku tersiksa begitupun kamu.