Hubungan kami sudah diketahui oleh hampir seluruh teman kerjaku entah itu di pusat ataupun di cabang ini. Banyak ucapan doa supaya aku dan dia cepat melanjutkan hubungan ke tahap yang lebih serius aku hanya tersenyum sembari mengucapkan doakan saja dan mengamini setiap doa yg terucap. Berbicara tentang sebuah pernikahan mungkin itu adalah hal yang masih belum terlintas di otakku, aku masih belum siap menjadi seorang istri karena aku masih ingin mengejar karirku, ditambah lagi aku anak pertama dan aku punya adik yang masih kecil ditambah lagi permasalahan keuangan di keluarga ku, orang tuaku banting tulang untuk menghidupi kami mencukupkan segala kebutuhan kami dan aku fikir aku ingin setidaknya membantu permasalahan ekonomi di keluarga dengan aku bekerja dan menghasilkan uang untuk membalas segala pengorbanan mereka. Dari sisi Antto aku sudah jelaskan bahwa dia sedang memulai kehidupan nya yang baru dan sedang memikirkan setiap langkahnya agar tidak kembali jatuh di jurang yang sama. iya begitulah kami memulai sebuah hubungan tanpa memikirkan kedepannya. sebuah kata menikah jelas masih jauh di pandangan kami berdua. kami pun tak pernah sedikitpun membahas soal menikah kami hanya membahas hal hal ringan saja seperti kegiatan kita hari itu dan cerita tentang masa lalu kita di masa masa sekolah.
Hari ini kami bertemu di alun-alun kota. Aku dan Dia sekali lagi hanya duduk dan menikmati udara di alun-alun dengan orang-orang yang berlalu lalang. Baru sebentar kami duduk tiba-tiba cuaca berubah menjadi mendung. Aku dan Antto yang sedang membeli cemilan bergegas untuk ke pendopo yang ada di alun-alun dan tak lama hujan benar benar turun, Ya dikotaku sedang musim hujan, sebenarnya dari pagi hujan memang sudah turun dan baru berhenti sekitar jam 8 pagi, Aku fikir hujannya akan turun sore nanti tapi masih jam 1 siang hujan sudah turun. Antto dan aku duduk di lantai karena memang tak ada kursi di pendopo, tak banyak orang di pendopo itu, Aku dan antto duduk sambil menikmati cemilan yang kami beli sambip melihat derasnya hujan, Antto tiba-tiba melapaskan jaketnya dan menutupi bagian depan tubuhku dengan jaketnya. "Biar gak kedinginan."
"Terimakasih" ucapku saat itu.
Tak banyak yang kami perbincangan kan karena suara kami kalah dengan suara hujan yang deras. Jam sudah menunjukkan pukul 3 Sore dan adzan sudah berkumandang tapi hujan masih belum reda juga, Aku melihat antto yang sedang bermain handphone nya disampingku, Aku menyandarkan kepalaku pada bahunya dan antto meletakkan handphone nya. "Ngantuk ?"
"Iya... kapan hujannya reda coba ?"
"Bentar lagi juga reda kok, setelah itu kita pulang yah."
"iya. "
"Kalau kamu ngantuk banget tidur aja gak apa-apa kok."
"Gak enak dong masa aku tidur disini, Hatta gimana kabarnya ?
"Baik kok, lagi sibuk nyari kerjaan lagi. Kamu gak pernah chat dia emangnya ?"
"Ngapain aku chat dia, Kalau tanya kabarnya kan mending lewat kamu aja. Rhea udah kerja lagi di salah satu pabrik di kota sebelah."
"oh iya ?? Cepet banget.Aku kira dia mau istirahat dulu."
"Aku kira juga gitu tapi gak tahu lah rhea.".
"Kamu betah betahin yah disana."
"Iya... Padahal sih pengin banget resign. Udah gak kuat aja sama pekerjaan nya."
"Tapi kan kamu punya pekerjaan yang udah enak, gak terlalu cape paling harus sering mikir sama cape karena jalan terus"
"Iya dari dulu orang-orang ngomong nya gitu udah enak ngapain resign tapi ya kan mereka gak jalanin apa yang aku jalanin. Aku juga pernah di posisi kamu waktu itu dan aku fikir itu lebih enak karena masih terbilang bebas."
"Ya namanya aja kerja pasti kan dilihat orang dinilai orang, kamu bilang nya gini mereka bilang nya gitu. tapi aku salut sama kamu masih bertahan disana selama itu."
"Iya gimana lagi aku butuh pekerjaan ini, aku butuh uangnya. "
"Alasan semua orang yang disana kayaknya itu deh. "
"sama ketakutan buat nyari kerjaan, belum tentu bisa dapet kerjaan yang enak, proses nyari kerja yang susah, belum lagi udah punya banyak temen disana. paling berat si itu ninggalin orang-orang yang udah bareng-bareng meniti karir disana."
"Iya aku tahu rasanya, Aku juga masih komunikasi sama temen-temen ku di tempat kerjaku yang waktu itu, Masih sering tanya gimana disana, beberapa hari lalu aku juga baru tanya ada lowongan lagi gak buat aku."
Aku dengan antusias menegakkan kepalaku dan melihatnya menunggu lanjutan cerita nya.
"Katanya si belum ada dan disuruh nunggu."
"Aku kira udah ada.
"Gak apa-apa lah, itung-itung sambil istirahat dulu sambil merawat badan. Aku juga gak berharap banyak bisa kembali kesana karena orang tuaku juga belum ngizinin lagi buat kerja di luar kota."
"Emmm... gimana kalau kerja di Bkk aja ?Aku punya temen di BKK."
"Aku si gak apa-apa kerja disana tapi orang tuaku gak ngizinin aku buat kerja di BKK atau bank atau koperasi."
"Kenapa ?"
"Gak tahu pastinya kenapa, "
"Terus ? Atau mau coba daftar di tempat kerja nya rhea ?"
"Enggak lah, Bingung mau ngekost apa bolak-balik. mau ngekost gajinya juga gak gede, mau bolak balik juga kayaknya cape banget. "
"Iya iya iya ."
"Gak usah terlalu mikirin aku, Aku baik-baik aja kok, ada waktu emang aku pusing tapi kamu gak perlu sekhawatir itu aku bisa kendalikan diriku. Aku gak mau membebani kamu dengan kehidupan ku yang sulit. "
"Aku percaya kok sama kamu, Tapi kalau kamu butuh bantuan apapun itu kamu bilang yah kalau aku bisa bantu aku pasti bantuin. ".
"Iya... Hujan udah gak sederes tadi. gimana mau nunggu hujannya berhenti sekalian atau mau terjang aja ?"
Aku melihat jam di tanganku sudah hampir jam 4 sore. "Nunggu bentar lagi deh. "
" Iya udah kita tunggu bentar lagi ya."
Aku fikir hujannya aku berhenti tapi malah kembali deras dan mulai kembali reda pukul 5 sore aku dan antto pun memutuskan untuk pulang saja menerjang gerimis. sampai di rumahku aku turun dari motor Antto dan mecium punggung tangannya dan Antto pun pergi, saat itu hujan sudah berhenti. Antto sudah menjadi alasan ku bahagia, Alasan aku untuk tersenyum, alasan ku untuk tetap semangat menjalani hariku. Yah dialah laki-laki yang berhasil menaklukkan hatiku.