Seperti yang sudah kukatakan di awal segala rasaku hadir di bangku Sekolah menengah atas. Aku memilih melanjutkan sekolah di sebuah sekolah kejuruan atau SMK yang cukup favorit di kotaku. Jaraknya lumayan jauh dari rumahku yang di desa. Aku mengambil sekolah kejuruan berharap setelah aku selesai aku bisa mendapatkan pekerjaan sesuai bidangku. oh iya, aku mengambil kejuruan marketing. Bertolak belakang sekali bukan dengan kepribadianku yang pendiam, Aku mengambil jurusan itu karena aku tidak suka pelajaran yang berat-berat contohnya matematika dan akuntasi. sayangnya di jurusanku juga mempelajari dua hal itu. keputusan yang salah bukan. tapi menyesal sudah tiada guna. baiklah aku rasa ceritaku masuk sekolah itu akan sangat panjang jika aku teruskan.
Menyukai kakak kelas adalah hal yang wajar bukan tapi menyukai adik kelas mungkin bisa di bilang kurang wajar pada saat itu. Aku sudah menjadi siswi tingkat akhir saat itu ketika rasaku hadir pada seorang laki-laki yang satu tingkat di bawahku. Dia juga ada jurusan yang sama denganku. Aku sering bertemu dia saat kelas kami selalu pindah dan selalu pasti dengan kelas dia. Entah bagaimana aku mulai menyukainya wajahnya khas orang desa dengan kulit sawo matang dan tidak terlalu tinggi, dia bernama Natha Hidayat. Dia juga seorang atlet voli di sekolah walaupun bertubuh mungil. saat itu aku masih memakai handphone jadul yang di berikan oleh tanteku, Aku mendapatkan nomernya dari temenku yang juga atlet voli. Aku mulai bertukar pesan dengannya, iya aku yang memulai lebih dulu. Dan dia tidak tau aku seperti apa, yah beginilah aku bukan anak populer dan prestasiku juga biasa biasa saja. sampai akhirnya aku bertemu dengan dia berdua dan kami mengobrol singkat.
Setelah pertemuan itu dia tidak lagi bisa ku ajak berkomunikasi lewat handphone dan setiap bertemu pasti dia menghindari tatapan mataku. jika aku sadari sekarang itu artinya dia menjauhiku kan, tapi dulu aku dengan bodohnya selalu menghubunginya dan mendekatkanku padanya. Aku bahkan menangis saat tau dia sudah memiliki kekasih dari sekolah lain dan mulai saat itulah aku mulai menjauh dan fokus pada ujian akhirku.
"Selamat ujian."
itulah bunyi pesan masuk di handphoneku dan itu dari dia oh astaga apa ini, jantungku berdegup kencang lagi hanya dengan sebuah kata-kata itu. Aku bahkan belum sempat membalas pesannya karena bel tanda ujian di mulai berbunyi.