Chereads / An Ice Cube Man / Chapter 11 - BAB 11

Chapter 11 - BAB 11

Siang ini aku persiapan bertemu dengan Tio dan Seno. Tapi sebelumnya aku ketemu klien di tempat yang sama. Tak apalah yang penting hari ini aku harus bahagia. Sepertinya aku sedikit lelah dengan sakit hati dan terabaikan selama ini.

Aku dan Nadia segera berangkat menuju ke 'O' Cafe. Nadia sudah mempersiapkan semuanya. Yah, aku pernah menjadi seperti Nadia jadi aku sendiri tidak ingin merepotkannya.

Kita sudah setuju bertemu dengan klien. Dan mereka bilang tidak bisa terlalu lama untuk bertemu. Aku melihat jam melingkar di tangan dan itu baru jam sebelas kurang sepuluh menit. Jadi mungkin sampai di lokasi tepat waktu.

Begitu sampai kami segera mencari tempat duduk yang nyaman. Hari ini aku juga tidak lagi berharap bertemu Mas Banyu dan Laras.

Kita segera memesan minuman begitu klien sudah datang. Dengan cekatan Nadia segera mencatat semua kebutuhan klien kami. Tidak sampai satu jam meeting ini sudah selesai. Bahkan sepertinya hanya memakan waktu setengah jam lebih sedikit.

Aku memang dari tadi sempat mendapati mereka berbicara. Tapi sepertinya sudah tidak seintens sebelumnya. Apakah perubahan Mas Banyu karena dia menyadari aku cemburu?

Apa iya dia sadar kalau aku cemburu? Aduh, bego banget aku kalau sampai dia sadar. Memang pas semalam aku pulang waktunya juga hampir sama. Walaupun aku lebih dulu sampai rumah. Tapi Mas Banyu kan tidak peduli dengan aku. Tidak mungkin dia tahu kalau aku cemburu dengan Laras.

Sudahlah hari ini aku ingin bahagia. Toh Mas Banyu yang menyediakan tempat. Aku hanya terima jadi aja.

"Kamu kok udah di sini? Segitunya pengen ketemu cowo?" Mas Banyu tiba tiba sudah berdiri di depan meja yang aku tempati.

"Hah? Maksudnya apa? Aku baru ketemu klien." Tumben dia ngomong gitu.

"Mbak, aku balik dulu. Anak anak nanti setelah makan siang mau laporan." Tiba tiba Nadia kembali dari toilet dan seperti membuktikan semua ucapanku pada Mas Banyu.

"Iya Nad. Hati hati. Jangan lupa yang tadi segera kasih ke orang dapur." Nadia mengangguk paham.

"Mari Pak Banyu, saya pamit." Ucap Nadia yang sepertinya agak bingung dan mungkin juga kikuk.

"Iya." Jawabnya dingin.

"Tempat yang aku sediain di sana. Kamu pindah ke sana aja." Mas Banyu memintaku pindah tempat.

Aku segera pindah ke tempat yang di tunjukkan. Tapi Mas Banyu tidak menemaniku dan malah pergi ke belakang. Sepertinya ke ruangan staf.

"Maaf kak, tempat ini sudah ada yang pesan." Tertera nama Rega.

Sepertinya aku tahu dia laki laki yang sepertinya suka dengan Laras. Sepertinya dia juga pelayan di sini. Kemarin aku tidak melihatnya menggunakan seragam.

"Oh ya. Maaf. Tapi tadi saya di minta duduk di sini" Ucapku yang segera berdiri.

"Tapi tempat ini sudah ada yang memesan. Bukannya tadi kakak duduk di sebelah sana? Tolong kakak pindah dulu ya." Ucapnya masih sopan.

Mungkin dia tadi tidak melihatku dengan Mas Banyu. Atau mungkin memang aku dan Mas Banyu yang tidak terlihat seperti suami isteri.

"Yang pesan meja ini Pak Banyu?" Tanyaku spontan.

"Iya kak. Jadi saya minta tolong sekali untuk kakak pindah. Saya tahu semua orang mengenal baik Pak Banyu." Ucapnya sedikit takut.

"Kalau saya bilang Pak Banyu pesan tempat ini untuk saya apa kamu bakalan percaya?" Tanyaku berusaha bertahan.

"Maaf sekali kak, tapi saya tidak bisa percaya kalau tidak ada buktinya."

"Kalau saya bilang saya ini istri sah Pak Banyu apa kamu masih mau mengusir saya?" Dia melotot seakan tidak percaya.

Dia sepertinya masih belum percaya dengan apa yang dia dengar. Atau mungkin satu cafe ini tidak ada yang tahu kalau pemiliknya sudah menikah.

"Kak, tolong sekali lagi jangan membuat ini semakin rumit. Saya cuma minta kakak pindah dari tempat ini. Saya mohon kak jangan sampai boss saya marah." Ucapnya memohon dan masih tidak percaya.

Aku menarik napas dalam. Dia memang tidak membantahku. Tapi aku tahu kalau dia tidak terima jika aku ini istri sah bossnya. Mungkin karena aku juga tidak pernah diajak dan diperkenalkan secara langsung.

"Baiklah aku akan pindah. Aku tidak akan menyusahkan kamu. Tapi boleh aku tanya sesuatu setelah aku pindah ke meja yang tadi?"

"Iya kak." Jawabnya singkat lalu mengantarku menjauhi meja tadi.

"Ok, sekarang aku sudah pindah, tolong jawab pertanyaanku dengan jujur. Seberapa dekat Pak Banyu dengan Laras?"

"Maaf kak, tapi ini bukan kapasitas saya untuk menjawab." Ucapnya takut.

"Semakin cepat kamu menjawab jujur semakin cepat kamu bisa menyelesaikan pekerjaan kamu." Ucapku tak kalah dingin.

Dia mengambil napas dalam sebelum menjawabnya. Seakan rasa takut menyelimutinya. Tapi aku hanya ingin meyakinkan hatiku saja.

"Sangat dekat daripada karyawan lain. Cuma itu yang bisa saya katakan."

"Garin." Panggil Mas Banyu begitu keluar dari tempat tadi. "Kamu kenapa balik lagi? Bukannya aku suruh tunggu di sofa sana?"

"Maaf Pak..."

"Tadi aku minta tolong karyawan Mas Banyu buat nyari kunciku yang hilang." Aku segera memotong ucapan orang itu agar dia tidak ikut dalam masalahku.

"Oh.." Jawabnya dingin.

"Kamu balik kerja." Mas Banyu meminta karyawannya untuk segera pergi meninggalkan kami.

"Maaf." Ucap lirih karyawan itu yang ditujukan padaku.

Mas Banyu mengajakku kembali ke sofa yang tadi aku tempati. Sepertinya kali ini banyak karyawan yang memperhatikan kami.

"Kuncinya udah ketemu?" Tanya Mas Banyu kepadaku.

"U-Udah kok."

"Kamu mau minum lagi atau nanti nunggu teman temanmu?"

"Nanti aja mas. Aku mau cek laporan dulu aja. Mungkin mereka masih lama kesininya." Aku segera mengambil ponselku.

Aku menyalakan ponselku. Memantau pekerjaan melalui ponsel. Laporan dari Nadia juga selalu "in time". Laporan untuk pengantaran makanan mulai dari acara pesta, nasi kotak makan siang untuk rapat rapat sampai pesanan yang lain juga sudah selesai mereka kirim.

Aku tidak menyadari kalau Mas Banyu ternyata masih di hadapanku. Mungkin aku terlalu fokus dengan pekerjaanku.

"Garin." Panggil Mas Banyu tiba tiba.

"Loh, Mas Banyu ga balik kerja?" Tanyaku heran.

"Ga, nanti aja."

"Terus?"

"Ya liatin kamu kerja dari tadi. Emang catering lagi banyak pesana sampai kamu sibuk sama ponsel."

"Maaf Mas. Catering biasanya juga rame. Tapi kan sekarang aku udah gantiin Mama, jadi yang biasanya Mama kerjain ya harus aku kerjain." Ucapku sedikit bahagia.

Baru kali ini dia begitu perhatian kepadaku. Apa aku boleh berharap lagi sama dia? Apa dia benar benar memperhatikan aku sekarang? Atau malah sebenarnya ada sesuatu?

"Mas Banyu balik kerja aja. Bukannya ini jam makan siang?"

"Iya. Ya udah aku balik dulu. Nanti aku antar pulang." Rasanya aku masih belum percaya.

Nganterin pulang? Tumben banget Mas Banyu baik sama aku. Apa aku ga mimpi? Apa benar esnya sudah mencair? Tapi sekarang aku tidak boleh terlalu berharap. Mungkin hari ini dia ingin pulang cepat untuk ketemu Mama.

"Permisi kak, ini Cafe Latte-nya." Seorang pelayan mengantarkan secangkir kopi.

"Maaf, tapi saya tidak pesan kopi ini." Bagaimana mau pesan kopi setiap kesini pasti aku hanya meminta minuman selain kopi.

Ya, aku memang kurang menyukai kopi. Rasanya kurang cocok saja di lidahku.

"Tapi tadi Pak Banyu yang meminta untuk diantar ke meja ini." Ucapnya ragu.

"Oh, baiklah. Terima kasih." Aku memahami posisinya sekarang.

Mas Banyu, kenapa sepertinya kamu memberikan aku harapan? Aku hari ini ingin bahagia. Aku tidak ingin merasakan sakit hati lagi. Sekarang kamu melakukan hal yang membuatku bahagia, tapi nanti tiba tiba bisa saja kamu malah menyakitiku lagi.

Aku harus bagaimana sekarang?