"Apa lo bilang ? Lo mau mati...?"
Diki langsung marah berteriak setelah mendengar jawaban fahren dan para pemuda di belakang Diki langsung maju serentak.
Tatang yang sedang makan keripik di samping Fahren tiba-tiba maju dan berkata "Kalo berani satu lawan satu." Diki tertawa sinis mendengar nya.
"Satu lawan satu ? Lo pikir ini ring tinju ?" Diki tersenyum dingin dan semakin mendekat dengan kelompok Fahren.
Fahren yang berada di belakang tiba-tiba mengerutkan kening lalu mengusap hidung nya melihat perkembangan situasi.
Saat Diki dan kelompok nya akan menyerang, tiba-tiba terdengar suara benturan di belakang.
"krrak...."
Diki menoleh dan melihat rombongan mobil nya yang di parkir di jalan ditabrak oleh mobil kijang dan pengemudi berkepala botak memakai kaos dan cela jeans keluar dari mobil nya.
"Sialan ada yang akan masuk rumah sakit hari ini."
Diki menoleh pada fahren dan lainya lalu berkata "Bung aku akan ingat lo."
Diki langsung mendekat pada pengemudi mobil kijang lalu berteriak "Bajingan, apa mata lo ditaro di dengkul ? Apa lo tau harga mobil ini ?"
Pengemudi mobil kijang melihat Fahren sekilas lalu melirik Diki "Ini bukan tempat parkir tetapi orang bodoh memarkirkan mobil nya di sini."
"Apa ..? hajar...!!!"
Diki yang tanpa basa basi langsung menerjang 1 lawan 8 orang, beberapa orang yang berhenti melihat kerusuhan langsung menelfon polisi dan beberapa merekam, tetapi gerombolan Diki meremehkan orang ini, dengan gerakan beladiri seperti di film-film, kelompok Diki dalam beberapa detik babak belur
Joko, Tatang dan Dimas hanya terpaku berdecak kagum melihat 'live action' di depan mereka, 8 orang babak belur dan beberapa saat polisi datang lalu membawa mereka semua ke kantor polisi.
Dari awal Fahren dan kawan-kawan hanya melihat dari samping.
"Orang ini tidak sederhana, ayo jangan ikut campur."
Dimas yang menyaksikan kejadian dari samping merasa ada sesuatu yang salah tetapi cepat membuang fikiran nya.
Mereka masuk restoran lalu seorang pelayan cantik berpostur tigngi serta memakai seragam ketat dengan logo restoran di dadanya menghampiri rombongan, seketika Dimas terpaku diam lalu resepsionis ini tersenyum dan bertanya pada mereka.
"Nama saya Sari apakah mau pesan tempat di lantai 1, atau lantai 2 yang Privat room ?"
Dimas yang paling depan di rombongan segera menjawab "Mmmis....mis miss Sari ..... "
"Ekhem....,kami pesan Privat room,maaf teman saya selalu gugup dan sedikit sange jika melihat wanita cantik."
Fahren yang ada di belakang langsung memotong omongan Dimas. Mendengar kata-kata itu sang pelayan pun langsung menahan tawa.
"Bajingan kau...." Tegur Dimas pada Fahren dengan wajah merah, mereka memesan beberapa makanan dan bir,ketika sedang berbincang bincang joko yang sedang memegang handphone lalu berkata "Lihat mobil ini Ferrari 488 GTB, ini seri terbaru andai aku memilikinya." Joko meneteskan air liur melihat mobi-mobil di handphone nya.
"Menurut ku lebih bagus Lamborghini." Sambung Tatang yang sedang makan.
"Hey bro, mobil apa yang kau suka ?" Tanya Dimas pada Fahren. "Aku lebih suka 'Lycan' lebih bertenaga dan akselerasi yang liar."
"Hey bro itu terdengar seperti kau pernah mengendarainya " Sambung Joko yang masih melihat mobil ferrari di hp nya.
"Kring..."
Handphone Dimas berbunyi lalu dia mengangkat telfonnya, ketika selesai menjawab telfon dimas berkata "Seperti yang aku duga, orang yang berkelahi dengan Diki bukan orang sembarangan, Diki di penjara karena kasus penganiyayaan, normal nya jika sesuatu seperti ini, Diki selalu bisa lolos tapi kali ini tidak, bahkan kakek menghubungi beberapa orang di kejaksaan dan kepolisian tetapi tidak bisa mengeluarkan nya."
"Kawan apa yg akan kamu lakukan?" Tanya Fahren.
"Dia memang menyebalkan tetapi dia tetap keluarga, di tambah kake menyebutkan bahwa orang itu ada beberapa hubungan dengan proyek yang sedang ayah kerjakan, aku akan kesana melihat situasi." Kata Dimas sambil mengerutkan kening.
"Baiklah apa kami boleh ikut ?" Tanya fahren.
"Tentu saja kalian harus ikut, ini berguna untuk pengetahuan kita."
Setelah membayar tagihan mereka keluar dari restoran lalu menuju kantor polisi, Setelah sampai di sana mereka masuk lalu Dimas melihat ayah nya, ayah Diki dan kakek nya serta satu orang berpakaian rapi dia adalah pengacara keluarga Dimas, mereka sedang berdiskusi tentang bagaimana keluar dari masalah ini.
Dimas datang lalu menyapa mereka. Ketika melihat Dimas, ayah nya langsung menyuruh nya duduk, sedangkan Fahren, Joko dan Tatang melihat dari kejauhan.
"Orang yang kita hadapi sekarang sangat kuat, bahkan kakek dan koneksi nya tidak bisa berbuat apa-apa dan sepertinya koneksi keluarga kita ketakutan, bahkan 80% koneksi bisnis kita berencana mundur dari infestasi bila masalah ini belum selesai, di Bandung normal nya tidak ada yang bisa menyentuh kita, tetapi kakek ingin kamu mengambil palajaran ini, terkadang kekuatan uang bisa meratakan rumah orang lain dan berhati hatilah pada harimau dan naga yang berjongkok, jika itu teman maka sangat menguntungkan, jika lawan maka itu mimpi buruk." Kakek dimas menasihati dengan serius dengan tatapan tajam.
(Harimau dan Naga berjongkok adalah penguasa yang terlihat sederhana)
Dimas tertunduk diam dan hanya bisa mengangguk.
"Cekrek..."
Terdengar suara buka pintu dari ruang kepala kepolisian, lalu keluar seorang pria berjas rapi kurang lebih berumur 40 tahun dan di susul pria lebih muda sekitar 30 tahunan dengan koper di tangan nya, di belakang mereka di ikuti kepala Polisi, pria berumur 40 tahun melihat ke arah rombongan Fahren lalu menoleh ke keluarga Dimas.
"Dimas...? " tanya pria itu dengan heran .
"Ah...ya." Dimas yang mendengar nya tersentak kaget, tidak hanya Dimas bahkan keluarga nya pun ikut kaget, karena pria inilah yang sedang mereka hadapi.
"Mereka adalah keluarga mu ? Tanya pria itu.
"Ah iya benar ini keluarga saya, yang disebelah saya adalah ayah,dan di seberang saya adalah kakek beserta paman saya." Jawab Dimas dengan gugup.
"Lalu pemuda yang mengeroyok supir saya ? Lanjut pria itu bertanya.
"Oh dia adalah sepupu saya Diki "jawab Dimas dengan masih gugup.
Pria itu menoleh pada kepala polisi dan pria yang lebih muda darinya yang sebenar nya adalah pengacara.
"Cabut tuntutan nya !"
Pria itu langsung pergi tetapi kakek Dimas langsung berkata "Terimakasih karna sudah mau memaafkan cucu saya " Sambil tertunduk.
Pria itu berhenti berjalan dan menoleh "Berterimakasih lah pada cucu anda, jika bukan karena dia teman SMA anak saya maka saya tidak akan repot-repot."
Pria itu kembali berjalan pergi keluar, serentak ayah, paman dan kakek Dimas melihat Dimas yang terdiam bodoh.
"Bagus cucu ku kamu hari ini menyelamatkan keluarga kita."
"ah...iya." Dimas yang terdiam bodoh menjawab, dia mengingat-ngingat masa SMA dan merasa aneh karna di antara semua orang di SMA itu, tidak ada anak 'monster' yang sangat berpengaruh, justru dialah 'monster' nya kala itu.
Dimas pergi duluan karena harus mengantarkan teman-teman nya ke kampus.
Fahren mengemudi mobil, karena Dimas masih terbengong bodoh, "Aku masih belum mengerti dengan semua ini." Setelah beberapa saat dia berbicara.
"Ya setidak nya sepupu mu yang menyebalkan itu akan di hajar kakek mu." Kata Joko dengan sedikit nyengir.
"biar lah, lagipula semua ulah nya."jawab Tatang.
Dimas cuma mengangguk tetapi matanya tiba-tiba tertuju pada Fahren yang mengemudi tapi setelah beberapa pemikiran dia menoleh lagi keluar jendela.
Mobil parkir di kampus karena Joko dan Tatang ingin ke Perpustakaan untuk mengerjakan tugas, lalu mereka turun dan Fahren pamit pulang karena harus siap-siap kerja paruh waktu, ketika sedang berjalan menuju kosan sebuah mobil sedan mewah menghampiri fahren. Fahren menoleh dan membuka pintu lalu masuk.
Di dalam nya hanya ada pria paruh baya yang duduk di kemudi.
"Tuan muda apa kabar ?" Dengan ramah pria parubaya itu menyapa.